Tuesday 23 July 2013

,
Warning:: Fanfic ini terinspirasi dari lagu Yu Shi Yan Lei (Fahrenheit) dan Xiu Lian Ai Qing (JJ Lin), sengaja dibuat untuk birthday Dedew Lan Hua. Sebelumnya, ini hanya fanfic jadi maaf aja kalau ada kesamaan dengan kehidupan nyata readers. Happy reading ^_^


Author:: TaraChun
Chinese Title:: Yu Shi Yan Lei (雨是眼泪)
English Title:: Rain is Tears
Genre:: Friendship, Hurt
Length:: Oneshoot
Cast:: Jiro Wang as Da Dong
            Dedew Lan Hua as Dedew


Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.


“Aku pasti akan kembali, percayalah!” ujarnya dengan senyum yang mengembang

            Sejak hari itu aku terus menunggumu disini, tempat terakhir kali aku bertemu denganmu dan kita berpisah. Setiap kali mengingat ucapanmu itu membuatku memiliki harapan besar dan kembali tersenyum tapi tak kunjung kabar darimu. Setahun sudah, perasaanku masih tetap sama padamu dan tak pernah pudar sedikitpun bahkan terkadang aku berpikir.

“Mungkinkah kepergianmu memberikan jawaban berarti bagiku?”
           
            Aku mulai merasakan kehilangan separuh jiwaku dan aku sadar perasaan ini bukan seperti yang aku pikirkan sebelumnya, lebih dari itu. Mungkin memang terlambat tapi aku berjanji jika kau benar-benar kembali semua akan berubah seperti perasaanmu selama ini padaku.

“Kembalilah, kumohon!”
           
            Hanya satu harapanku, kau kembali dan memberiku kesempatan untuk mengatakan semuanya. Penyesalan ini sudah tak bisa kubendung lagi, ingin rasanya membawamu kembali tapi bagaimana aku bisa melakukannya? Aku sendiri tak tau kemana harus mencarimu.

“Kau kenapa Dew?” tanyaku pada gadis yang ada dihadapanku, tatapannya sungguh berbeda seperti menyimpan suatu kesedihan tapi aku sendiri tak mengerti apa itu

“Ada yang ingin kukatakan padamu” ujarnya menatap lekat mataku

            Aku hanya diam dan menunggunya siap mengatakan padaku, dia seperti bukan Dedew yang aku kenal. Mata itu membuatku merasakan hal yang aneh akan terjadi dan mungkin menyakitkan atau menyedihkan untuknya bahkan mungkin juga untukku

“Aku sudah mengenalmu beberapa tahun ini sejak pertama kali menginjakkan kaki di Taiwan, kau begitu baik dan perhatian padaku. Mungkin aku terlalu berlebihan menanggapi perhatianmu itu dan membuat semuanya berantakan” ujarnya lagi dengan mata berkaca-kaca

“Apa maksudmu?” tanyaku tidak mengerti, tiap kali melihat matanya membuat hatiku sakit
           
            Yah, kami memang sudah bersahabat sejak pertama kali dia datang ke Taiwan tepatnya saat bertemu di pesawat dan aku duduk bersebelahan dengannya.

            Cukup lama aku menunggu jawaban darinya tapi tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. Kini aku mulai mendengar isakan kecil dan melihat sebulir bening menetes dari matanya

“Sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang ingin kau katakan? Jangan menangis, aku tidak bisa melihatmu seperti ini” ujarku menghapus air mata yang membasahi pipinya

“Bisakah jangan terlalu baik padaku?” tanyanya dengan menepis tanganku

            Tidak biasanya Dedew seperti ini, apa yang dia sembunyikan?

“Sore ini aku akan pulang ke Indonesia dan tidak tahu kapan bisa kembali kesini” ujarnya dengan bulir bening yang kembali menetes

“Jadi karena ini kau menangis?” tanyaku lembut dengan memegang pundaknya

“Kenapa kau tidak pernah mengerti perasaanku?” bentaknya dan menatap tajam mataku

            Sebelumnya aku tidak pernah melihat reaksi Dedew seperti ini, ia benar-benar membuatku bingung dan tak tau harus mengatakan apa. Sepertinya yang kukatakan selalu salah dan membuatnya lebih sedih lagi.

“Bukankah aku bisa mengunjungimu nantinya ke Indonesia? Kau bisa mengirimkan alamatmu disana padaku” ujarku mencoba menghiburnya

“Benarkah?”

“Sejauh apapun jarak antara kita tapi persahabatan tidak akan putus begitu saja karena aku akan selalu ada dalam hatimu dan kau akan selalu ada dalam hatiku” jelasku mengembangkan senyuman

            Dedew menggeleng dan membuatku makin tidak mengerti, apa perkataanku salah?

“Aku tidak ingin mendengar jawaban itu, aku ingin tau bagaimana perasaanmu terhadapku?”

            Jawaban apa yang harus aku berikan sedangkan aku sendiri tidak mengerti dengan perasaan ini, sungguh membingungkan.

“Sudahlah, kau tidak perlu menjawabnya. Semua sudah jelas, aku yang salah karena terlalu berlebihan menanggapi kebaikan dan perhatianmu” ujarnya menghapus air mata dan tersenyum

“Duibuqi” hanya itu yang bisa kuucapkan

“Harusnya aku yang mengatakan itu… Duibuqi Da Dong, mungkin perasaanku sudah membebanimu tapi aku hanya ingin jujur sebelum pergi. Kita tetap sahabat kan?” ia kembali tersenyum dan menunjukkan kelingkingnya

            Aku menyambutnya dengan penuh senyuman, ia selalu bisa membuatku merasa sedikit lega disaat ‘terdesak’ seperti saat ini. Mungkin aku salah, bukan ‘terdesak’ tapi lebih tepatnya aku ‘bodoh’ karena tidak mengerti perasaanku sendiri dan membuatnya sedih.

“Kita akan tetap menjadi sahabat selamanya karena aku tidak ingin kehilanganmu” jawabku

“Waktunya sudah hampir tiba, aku harus pergi. Selamat tinggal Da Dong…”

“Aku akan mengantarmu” pintaku

“Tidak perlu, kau hanya akan membuatku merasa berat meninggalkan Taiwan” ujarnya membalikkan badan dan terus berjalan lurus ke depan

            Tidak, aku tak bisa membiarkannya pergi dalam keadaan seperti ini. Semua hanya akan membuatku merasa semakin bersalah.

“Dew, deng yi xia! (Dew, tunggu!)”  teriakku kemudian berlari mengejarnya

            Berhasil, ia berhenti dan membalikkan tubuhnya ke arahku.

“Bawalah ini!” aku memberikannya sebuah cincin yang selalu aku pakai saat konser bersama Fahrennheit “Ingatlah! Dalam hati Jiro Wang ataupun Da Dong akan selamanya ada namamu. Kau sahabat terbaikku, jika ada waktu kembalilah! Aku akan menunggumu di tempat ini” ujarku meyakinkannya

            Aku langsung memeluk tubuhnya yang masih berdiri di hadapanku, sepertinya aku mulai terhanyut dalam suasana. Tanpa sadar, air mataku pun menetes dan mengenai punggung bajunya. Mungkin ia merasa ada sesuatu yang membasahi bajunya, pelukanku pun dilepasnya. Ia tersenyum dan jemarinya lembut menghapus air mataku, dengan segaris senyum ia mengatakan

“Aku pasti akan kembali, percayalah!” ujarnya dengan senyum yang mengembang

            Aku hanya mengangguk mendengar ucapannya, aku percaya dengan yang ia katakan. Senyumnya sudah tak terlihat lagi seiring dengan tubuhnya berbalik dan pergi meninggalkanku. Tak bisa dipungkiri, kepergiannya membuatku sangat khawatir, sedetikpun aku tak pernah melepaskan pandanganku darinya hingga bayangannya benar-benar menghilang.

“Aku percaya padamu!” ujarku masih terus melihat ke arah dimana tubuhnya menghilang

            Tak lama setelah kepergiannya air langit mulai berjatuhan yang awalnya hanya rintik-rintik hingga deras sedangkan aku sendiri tak tau harus berbuat apa. Aku masih terpaku di tempat ini dan mengikuti langit menjatuhkan air nya. Tak akan ada yang melihatku seperti ini disaat hujan, bahkan air mata ini tak ada yang tau kalau sedang mengalir dengan derasnya.

            Sepertinya langit mengejekku yang bodoh karena tidak mencegah kepergiannya dan membuatku akhirnya menahan perasaan ini sendiri. Apakah air mata yang aku keluarkan ini berarti dan bisa membuatnya kembali? Pertanyaan ini melintas begitu saja dalam pikiranku

“Arrkkhhh….” aku hanya bisa berteriak di tempat ini karena aku tau derasnya suara air terjun dan hujan membuat orang-orang di sekitar sini tak akan mendengarnya

            Sampai saat ini, setahun sudah aku menunggunya disini dan terus dengan harapan ada kabar darinya atau mungkin tiba-tiba ia muncul lalu menutup mataku dari belakang dan membuatku tersenyum karena kerinduanku akhirnya terbalaskan kemudian ia duduk di sampingku dan seperti biasanya kami menikmati keindahan air terjun Shifen bersama. Tapi aku tau itu hanyalah harapanku belaka…

“Entahlah apa yang akan terjadi setelah ia kembali? Mungkinkah situasinya akan sama seperti dulu? Bagaimana aku harus bersikap padanya?” ini pertanyaan yang hanya aku dan dia bisa menjawabnya

            Masih terngiang dalam pikiranku saat 4 tahun lalu aku mengajaknya pertama kali ke tempat ini. Senyumannya mengisyaratkan kekaguman yang luar biasa pada keindahan alami panorama alam ciptaan Tuhan.

“Cantik sekali” ujarnya

“Tentu saja… Air terjun Shifen merupakan yang terlebar di Taiwan dan sangat sejuk apalagi dikelilingi oleh pegunungan. Oh ya, di sekitar sini kau akan menemukan ‘kettle pits’ berupa lubang di sekitar tepi sungai yang membentuk kolam-kolam kecil. Paling menarik dari kettle pits ini, jika terkena sinar matahari maka akan membiaskan sinar dan membuat cahaya-cahaya indah di sekitar air terjun” jelasku dengan penuh senyuman

            Ia hanya tersenyum hingga aku selesai menjelaskan kemudian berkata

“Sepertinya kau cocok untuk menjadi seorang guide” ujarnya mengejekku

“Tak ada guide yang setampan aku jadi kau harusnya merasa beruntung bisa mendapat pemandu di Taiwan ini yang seperti aku”  ujarku membanggakan diri sendiri

“Terserah apa katamu saja yang penting kau senang tapi tempat ini memang benar-benar indah. Aku akan menambahkannya di list tempat yang aku suka” ia mengeluarkan notebook dan spidol dari saku jaketnya

            Aku hanya bisa tertawa melihatnya begitu antusias menulis tempat ini di notebooknya, mulai saat itu aku memutuskan untuk menjadikan tempat ini sebagai tempat yang wajib dikunjungi bersamanya.

“Kapanpun kau ingin ke tempat ini, aku akan menemanimu” janjiku

            Namun, apakah kini janji itu masih berlaku? Kau tak ada disini menemaniku bahkan disaat aku sangat membutuhkanmu. Aku ingin melihatmu mencoba untuk menghiburku disaat kesedihan melanda. Seperti malam itu, tak ada seorangpun yang menemaniku selain dirimu

“Kita mau kemana?” tanyaku padanya yang sedari tadi menarik tanganku

“Tentu saja ke tempat biasa tapi kali ini berbeda, aku akan membuatmu melupakan semua masalah yang sedang kau hadapi” ujarnya masih menarik tanganku

            Sama seperti biasanya, usahanya itu selalu bisa membuatku terhanyut dan kembali menyimpulkan senyuman di wajahku. Dan memang berbeda dari biasanya, kali ini ia membeli 2 lampion lalu memberikan 1 padaku.

“Untuk apa?” tanyaku singkat

“Tulislah apapun yang kau mau pada lampion ini, nanti kita akan menerbangkannya. Kata penjualnya, menurut kepercayaan, lampion-lampion ini akan terbang ke surga dan menyampaikan doa serta harapan kita” jelasnya tersenyum

Aku pun menuliskan apa yang aku inginkan pada lampion itu dan menerbangkannya bersama. Yah, sedikit lebih lega rasanya tapi bukan karena lampion itu melainkan karena ada seseorang yang menemaniku

“Apa yang kau tulis?” tanyanya penasaran

            Aku hanya menggeleng sambil tersenyum dan membuatnya kesal karena sikapku.

“Sudahlah, lagian aku juga tidak terlalu ingin tau apa yang kau tulis” ujarnya

“Oh ya, bagaimana kau bisa tau tentang lampion ini?” tanyaku penasaran

“Aku kan pernah mencobanya” jawabnya singkat

“Jadi kau pernah ke sini tanpa mengajakku?” tanyaku berpura-pura marah padanya

“Tidak mungkin kan kalau aku harus menunggumu pulang dari Jepang bersama Fahrenheit untuk datang ke tempat ini?” jawabnya

“Baiklah, aku terima alasanmu kali ini” jawabku sedikit pasrah

            Andai saja saat itu aku memberitahukan harapanku padamu, apakah mungkin hari ini tidak akan terjadi dan aku tidak akan kesepian? Jika waktu bisa diulang, aku ingin mengatakannya padamu

“Aku harap orang yang bersamaku saat ini bisa menemani dan menjadi sahabat terbaikku selamanya” itulah yang aku tulis pada lampion itu

            Namun, tak ada gunanya lagi aku menyesali saat itu karena semua yang telah terjadi tak akan pernah bisa di ulang kembali kecuali mempunyai mesin waktu dan apapun yang dinamakan mesin waktu itu tak pernah ada, hanya sesuatu yang mustahil dan hanya ada pada cerita doraemon saja.

“Dedew, wo hao xiang ni (Dedew, aku sangat merindukanmu)” teriakku pada langit

            Semoga langit menyampaikan kerinduanku padanya atau mungkin aku perlu menyampaikan pesan dengan lampion juga? Yah, itu benar.. Kali ini aku tidak boleh salah menulis harapanku

“Tuhan, tolong berikan aku petunjuk tentang dirinya. Aku ingin mengatakan semua yang aku rasakan padanya bahwa aku sangat merindukannya dan…” hanya ini yang aku inginkan, sisanya aku akan berusaha sendiri

            Aku pun menerbangkan lampion itu dan terus melihatnya hingga benar-benar menghilang dari pandanganku. Lagi-lagi ini terjadi, kenapa harus disaat seperti ini?

“Kenapa kau menangis? Apakah harapanku akan sia-sia atau kau hanya ingin mengejekku karena mengharapkan sesuatu yang dulu sempat aku lepaskan di tempat ini?” tanyaku pada langit yang mulai menitihkan air matanya.

            Rintik-rintik hujan perlahan menjadi deras tapi kenapa? Aku tidak sedih dan tidak ingin menangis untuk kesekian kalinya di tempat ini. Kadang aku berpikir, kenapa tiap kali datang ke tempat ini dan memikirkanmu membuat langit menitihkan air matanya?

“Dan kenapa aku harus ikut terhanyut dan menitihkan air mata juga?” pertanyaanku ini masih belum terjawab

            Kringg.. Kringg… Jujur saja aku masih ingin menikmati kesedihan ini dan tidak ingin diganggu oleh siapapun tapi begitu melihat nama penelpon yang tertera membuatku sangat semangat dan berubah pikiran karna inilah yang aku tunggu.

“Wei, you shenme hao xiao xi ne? (Halo, ada informasi apa?)” tanyaku penuh harap pada seseorang di balik telpon ini

“Aku menemukan alamatnya” jawab orang itu

“Hen hao, zai na li? (sangat bagus, dimana?)” tanyaku penasaran

“Dia tinggal di Cikarang, Bekasi, alamat lengkapnya akan aku sms” jawabnya

“Baiklah, bayaranmu akan segera aku transfer” aku pun menutup telponnya

            Tak kusangka akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi setelah menunggu setahun lamanya. Yah, beberapa hari yang lalu aku memutuskan untuk tidak menunggu lagi dan menyewa seseorang untuk mencari informasi tentang keberadaanmu di Indonesia.

Aku sadar, jika terus menunggu hanya akan menghabiskan waktuku karena setelah setahun kepulangannya ke Indonesia tak satupun telpon atau sms darinya yang masuk ke ponselku. Bahkan nomor handphone nya pun sudah tidak aktif lagi. Hal itu membuatku berpikir mungkinkah dia menghidariku?

“Sebentar lagi kita akan bertemu Dew dan aku tidak sabar memberikan kejutan padamu. Terima kasih Tuhan, kau telah mengabulkan doa dan harapanku” ujarku sambil menatap ke langit yang masih setia menjatuhkan airnya

            Aku hanya tersenyum dan berpikir mungkin selama ini aku salah paham pada langit. Hujan membuat air mataku tak terlihat oleh orang lain dan perasaanku lebih lega setelah menangis. Sepertinya langit lah yang membantu mengobati kerinduanku padamu selama ini.

“Yah benar, aku harus mempersiapkan semua dan memberinya kejutan. Benar-benar tak sabar menantikan pertemuan kita lagi” ujarku bahagia begitu memikirkan bisa bertemu lagi dengannya

            Sudah saatnya aku mengejar hal yang penting dalam hidupku untuk di masa depan. Aku pun beranjak dari posisiku semula dimana kabar gembira menghampiriku. Saat ini yang aku pikirkan hanyalah pergi dari tempat ini, pulang dan menyiapkan keperluanku untuk dibawa ke Indonesia lalu menjemputnya kembali. Pada saat ia kembali, nantinya aku tidak akan sendirian lagi mengunjungi tempat ini karena seseorang yang membuatku menyukai tempat ini pun akan kembali bersamaku dan kami bisa menikmati keindahan Air Terjun Shifen berdua seperti dulu lagi tapi dengan awal yang baru, bukan sebagai sahabat melainkan sepasang kekasih yang saling mencintai.

“Aku akan minta manajer mengatur jadwalku untuk beberapa hari ke depan, itulah yang harus kulakukan” ujarku berjalan menuju mobil

            Dengan kecepatan maksimal aku mengendarai mobil, benar-benar tidak sabar bisa tiba di rumah secepatnya. Begitu tiba di rumah, aku langsung menghubungi manajer dan memintanya membuat jadwal free untukku mulai besok sampai beberapa hari ke depan.

“Sekarang saatnya pesan tiket dan besok aku akan berangkat ke Indonesia untuk menjemputmu” ujarku masih berkutat di depan laptop

            Besok 21 Juli dengan China Airlines jam 1 siang aku akan berangkat ke Indonesia dan memberimu kejutan tepat pada hari ulang tahunmu 22 Juli. Kalau begitu sekarang masih ada waktu untuk membeli hadiah

“Sebaiknya aku mandi dulu karena tidak mungkin aku keluar dengan pakaian basah kuyup seperti ini apalagi aku kan seorang tokoh idola. Apa kata mereka nantinya jika melihat seorang Jiro Wang ‘Fahrenheit’ yang biasanya sangat mementingkan penampilan tapi malah keluar dengan keadaan seperti ini?” pikirku begitu melihat tubuhku dari bawah sampai atas benar-benar basah

            Aku harus mencari hadiah terindah untuk orang yang spesial dalam hidupku tapi apa yang paling dia inginkan? Kenapa aku bodoh sekali? Sudah 4 tahun bersahabat dengannya tapi masih tidak mengerti hal yang paling dia suka. Biasanya wanita sangat suka diberikan boneka, bunga, dan coklat jadi lebih baik aku memberikannya boneka saja karena bunga dan coklat tidak akan bisa bertahan lama tapi boneka apa ya?

“Hmmm…” aku masih berkeliling dan memilih boneka yang tepat untuknya “Ah, wo zhidao la (Ah, aku tau)” ujarku begitu melihat sebuah boneka besar berwarna biru muda dengan pita di kepalanya “Yupz, hello kitty pasti cocok untuknya” pikirku dan membawa boneka itu ke kasir untuk dibungkus menjadi sebuah hadiah ulang tahun

            Hadiah sudah siap berarti besok aku tinggal berangkat saja dan sekarang saatnya pulang untuk istirahat. Benar-benar tak sabar menunggu hari esok dan aku akan mengabarkan pada langit kalau aku berhasil menjemput cinta sejatiku.

“Semoga besok menjadi awal yang indah, selamat malam dunia” ujarku dan mulai memejamkan mata

            Sepertinya hari sudah berganti, kurasakan sinar yang menelusup lewat celah-celah jendela kamarku mulai mencoba untuk membuka mata ini dan menarik selimutku dengan kehangatannya. Sepertinya masuk membawa angin dan membisiki sesuatu ditelingaku

“Bukankah kau ingin bertemu dengannya, cepat bangun!” bisikan itu menghipnotisku

            Aku langsung bangun dan membuka jendela kamar, mempersilahkan sinar matahari beserta angin masuk ke kamarku sebagai tanda terima kasih karena sudah membangunkanku. Sudah lama rasanya tak merasakan kesegaran udara pagi di Taipei atau mungkin karena hari ini aku terlalu bersemangat ya.

“Sebaiknya sekarang aku mandi dan langsung berangkat ke bandara” ujarku melangkah masuk kamar mandi

            Tiba sudah saatnya kita akan bertemu lagi dan mulai menjalin cinta layaknya sepasang kekasih dan aku janji kali ini akan menjagamu, tidak akan pernah melepaskanmu dari genggamanku. Begitu aku check in, dalam hitungan jam kita akan segera bertemu dan sekarang lah saatnya

“Indonesia, I’m coming” ujarku masuk pesawat

            Selama dalam pesawat yang aku pikirkan hanyalah cepat sampai di Indonesia dan bertemu denganmu tapi jujur saja aku masih bingung bagaimana mengungkapkan perasaan ini padamu? Saat ini aku harus benar-benar mengumpulkan seluruh keberanianku dan membuatmu percaya kalau aku sungguh tulus mencintaimu

            Akhirnya sampai juga di Indonesia, sekitar 5 jam sudah aku dalam pesawat. Kalau jam tanganku sekarang menunjukkan pukul 6.15 p.m. berarti waktu Indonesia seharusnya pukul 5.15 p.m. karena setahuku perbedaan waktu Taipei dan Jakarta adalah 1 jam.

“Sepertinya masih sempat” ujarku tersenyum

            Setelah ke hotel menaruh barang-barang ini, aku tidak bisa mensia-siakan waktu yang tersisa begitu saja. Aku harus memberikannya kue hasil buatanku sendiri untuk lebih membuktikan lagi ketulusanku.

“Baiklah, itu yang harus kulakukan sekarang, memanfaatkan sedikit waktu yang masih tersisa”

            Sampai hotel semua lancar dan aku harap saat masuk ke mall ini juga akan lancar, jangan sampai ada yang mengenaliku. Mungkin sedikit terlihat aneh masuk mall menggunakan kacamata, topi, dan masker seperti ini tapi apa boleh buat? Aku harus membeli bahan-bahan dan peralatan lainnya untuk membuat kue.

“Astaga, bagaimana aku harus berinteraksi dengan kasirnya? Apa dia menerima Taiwan Dollar ya? Gawat… Bahasa Inggrisku kan juga kurang apalagi diantara member Fahrenheit yang lain aku lah yang paling lemah dalam Bahasa Inggris. Zenmeban la?” pikirku begitu antri di kasir

“Silakan maju tuan” ujar kasir itu tersenyum padaku, dengan isyarat tangannya aku bisa mengerti yang dimaksud

            Aku harus tenang dan membiarkan kasir itu selesai menghitung semuanya, kemudian tersenyum dan langsung membayar dengan Taiwan Dollar. Semoga lancar. Begitu kasir menunjukkan berapa yang harus aku bayar, dengan tenangnya aku ambil uang dalam dompetku dan menyerahkan itu padanya

“Can I pay with Taiwan Dollar?” tanyaku sedikit ragu

“Sorry, we don’t accept foreign currency” jawab kasir itu masih dengan senyumnya

“Apa yang harus aku lakukan sekarang?” pikirku

            Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku dari belakang dan itu berhasil membuatku sedikit terkejut serta bertambah panik. Aku pun menoleh ke belakang dan melihat seorang gadis, sepertinya seumuran dengan Dedew tersenyum padaku.

“What can I do for you?” tanyanya menawarkan bantuan

“I don’t have rupiahs to pay for all” jawabku

            Gadis itu berbicara pada kasir lalu mengeluarkan uang dari dompetnya, sepertinya berniat membantuku untuk membayar ini semua. Ternyata benar orang Indonesia memang baik dan ramah sama seperti Dedew dan gadis yang baru saja menolongku ini. Kami meninggalkan kasir bersama setelah ia membayar barang belanjaannya.

“Are you from Taiwan?” tanyanya

“That’s right” jawabku singkat

“Looks like I get to know your voice” ujanya

“Hah? Really?” tanyaku singkat

“Like one of my idols from Taiwan named Jiro Wang” jawabnya

            Ternyata gadis ini juga mengenalku bahkan hanya dengan mendengar suaraku saja dia bisa mengetahui siapa aku? Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus kabur tapi dia sudah menolongku

“Do you want to meet him?” tanyaku padanya

“Of course” jawabnya mantap

“Follow me!” pintaku dan mengajaknya ke tempat yang lebih tersembunyi

            Mungkin baik jika aku menunjukkan wajahku padanya karena gadis ini cukup baik sudah membantuku dan memberikan sebuah foto bersama mungkin bisa membuatnya sedikit lebih bahagia

“It’s me” ujarku membuka penyamaran

“Oh My God… You’re really handsome, I wish my friend was here and can see you surely she very happy” ujarnya

“Thanks for help me and this to pay you back” aku memberikan Dollar Taiwan yang tadi akan aku gunakan untuk membayar padanya “Sorry, I must go” ujarku

“Wait… Can we take a picture together?” tanya nya sambil mengeluarkan ponsel miliknya

            Aku mengangguk lalu berfoto dengannya dan dengan segera aku pergi meninggalkannya karena aku pun masih harus membuat kue untuk ulang tahun Dedew besok. Begitu tiba di hotel, lekas aku mengganti pakaian dan mengikuti langkah-langkah membuat kue.

“Cukup sulit tapi akhirnya jadi juga, tinggal memberi hiasannya saja dan akan menjadi kue tart yang perfect ala Jiro Wang” ujarku sambil menghias kue

            Kue tart selesai dan sekarang saatnya aku istirahat, bersiap untuk besok memberi kejutan tepat pada hari ulang tahunnya. Semoga saja dia senang dan merasakan ketulusanku.

“Selamat pagi Indonesia” ujarku membuka jendela kamar

            Hari yang aku tunggu akhirnya tiba, sepertinya semangatku hari ini meningkat 10x lipat dari kemarin. Bagaimana tidak? Hari ini aku akan bertemu dan menyatakan perasaan pada wanita yang sangat aku cintai. Aku tidak akan melepaskan kesempatan ini.

“Sebaiknya sekarang aku mandi”

            Benar-benar segar setelah mandi, aku harus berangkat sekarang tapi lebih baik jika aku minta pihak hotel mencarikan taksi untukku karena akan lebih sulit jika aku minta supir taksi itu sendiri membawaku ke alamat Dedew, bisa saja terjadi miss communication dan aku akan lebih lama berputar-putar di jalan.

            Tak lama kemudian telepon kamar hotel berbunyi dan aku sekarang sudah berada di taksi dengan membawa hadiah boneka Hello Kitty serta kue tart yang sudah aku buat semalam untuk hari spesial ini.

“Anda sudah sampai” ujar supir taksi berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana

“Thank you” aku menundukkan kepala kemudian turun dari taksi

            Dengan memberanikan diri aku mengetuk pintu rumah hingga salah seorang dari dalam rumah itu keluar dan betapa terkejutnya begitu aku melihat seorang gadis yang membantuku kemarin keluar dari rumah Dedew dengan senyum ramahnya

“Shi ni? (kau?)” tanyaku terkejut

“Dui a, shi wo (benar, ini aku)” jawabnya

“Kau bisa Bahasa Mandarin?” tanyaku lagi

“Yah, aku mengidolakan kalian jadi sudah seharusnya aku belajar bahasa mandarin. Oh ya, ada keperluan apa kau datang kesini?” tanyanya

“Aku ingin bertemu seseorang, namanya Dedew. Benarkah ini rumahnya?” tanyaku

“Kau kenal Dedew? Ya benar, ini rumahnya dan Dedew adalah teman yang aku maksud kemarin. Namaku Tara” ujarnya memperkenalkan diri

“Dedew adalah sahabatku di Taiwan dan setahun lalu dia kembali ke Indonesia tapi selama setahun sudah ia tak pernah memberi kabar padaku. Berhubung hari ini adalah ulang tahunnya jadi aku sengaja datang kesini untuk memberikan kejutan padanya” jelasku

“Sahabat?” tanyanya ragu “Sangat disayangkan kau datang terlambat” ujarnya dengan raut wajah menggambarkan kesedihan yang mendalam

“Apa maksudmu dengan terlambat? Dimana Dedew?” tanyaku dengan perasaan campur aduk

“Ikutlah denganku!” ajaknya

            Aku hanya bisa menuruti perkataannya agar aku bisa bertemu dengan Dedew  tapi entah kenapa perasaanku sungguh tidak karuan. Mengingat ucapannya tadi ‘terlambat’ apa maksudnya? Aku berusaha untuk positif thinking tapi tetap tidak bisa, kekhawatiran terus menyelimuti perasaanku

“Kita sudah tiba” ujarnya

“Tempat apa ini?” tanyaku

“Dedew pergi menginggalkan kita semua beberapa bulan yang lalu, ia sudah tenang disisi Tuhan dan inilah makamnya” jawabnya dengan meneteskan air mata

“Bagaimana bisa?” tanyaku begitu membaca nama yang tertera pada nisan itu bertuliskan namanya

“Dedew sakit parah dan ia juga baru mengetahuinya setahun yang lalu sebelum pulang dari Taiwan, mungkin itu sebabnya Dedew tidak memberikan kabar apapun padamu. Ia takut kau sedih dan menjadi seperti sekarang ini. Ia terus berusaha untuk bertahan tapi tetap tak ada hasilnya, selama beberapa bulan menahan rasa sakit yang teramat sangat dan pada akhirnya ia harus menyerah karena penyakit itu” jelasnya dengan suara mengambang

            Aku sungguh tak tau harus berbuat apa lagi, kini air mataku tak terbendung lagi dan mengalir dengan derasnya. Kenapa langit tak membantuku menyamarkan air mata ini? Lalu untuk apa kue ini?


“Harusnya kau memberikanku kesempatan untuk merawatmu bukan pergi seperti ini tanpa kabar sama sekali” ujarku di makamnya

“Dedew tidak ingin ada seseorang yang menangis di makamnya apalagi orang itu adalah kau, idolanya sendiri” ujar gadis bernama Tara itu menepuk pundakku

“Bagaimana bisa? Dia satu-satunya wanita yang berhasil mengembalikan arti cinta dalam hidupku, kau tau?” ujarku sedikit membentaknya

            Tak ada suara yang keluar dari bibir gadis itu, ia masih diam dan begitu aku menoleh ke arahnya. Mata itu benar-benar penuh dan siap untuk jatuh tapi ia berusaha untuk menahannya. Aku tau bukan hanya aku yang merasa kehilangan Dedew, banyak orang yang sayang padanya dan Tara salah satunya tapi aku malah membentaknya seperti barusan

“Duibuqi (maaf)” ujarku

            Ia pergi dan keluar dari makam dengan berlari, aku tidak mungkin membiarkan seorang gadis pergi sendirian begitu saja. Aku pun mengejarnya keluar dari makam dan begitu sampai di luar aku melihat air mata telah membanjiri pipinya.

“Aku tidak bermaksud membentakmu tadi, aku hanya terlalu sedih karena kepergiannya” ujarku dengan perasaan bersalah

“Air mata ini bukan untuk hal sepele seperti itu, aku hanya tidak ingin menangis di depan makamnya. Bukankah tadi aku sudah bilang padamu kalau Dedew tidak ingin ada orang yang menangis di depan makamnya? Sebaiknya kau pulang saja ke Taiwan karena banyak hal yang harus kau lakukan disana. Aku yakin Dedew juga tidak ingin melihatmu mengecewakan orang-orang yang sudah bekerja keras bersamamu.” Jelasnya sambil menghapus air mata yang membasahi pipinya

“Aku mengerti maksudmu, besok aku akan pulang tapi bisakah kau memberikan hadiah ini pada keluarganya?” ujarku memberikan boneka Hello Kitty itu padanya

“Tenanglah, boneka ini akan kutaruh di kamarnya” jawabnya dengan segaris senyum tersimpul di bibirnya

“Kalau begitu aku pergi dulu”

            Pupus sudah harapanku, orang yang aku cintai telah pergi untuk selamanya bahkan aku tidak sempat melihat wajahnya untuk yang terakhir kali. Kenapa kisah cintaku harus seperti ini? Disaat aku ingin memulai dengan awal yang baru tapi semua berakhir sebelum itu terjadi.

“Besok aku akan pulang ke Taiwan tapi… Sudahlah, jika terus disini hanya akan menambah kesedihanku dan membuatnya tidak tenang berada di sisi Tuhan” ujarku

            Begitu tiba di hotel entah kenapa aku merasa sangat lelah dan tertidur begitu saja hingga tanpa sadar hari sudah berganti menjadi pagi lagi. Hari ini aku akan pulang ke Taiwan tapi akan lebih baik jika aku mengunjungi peristirahatan terakhirmu sebelum pergi. Sepertinya memang bukan hanya aku yang merasa kehilanganmu tapi banyak orang yang sangat menyayangimu.

“Aku tau kau pasti datang lagi kesini” ujarnya menoleh ke arahku

“Yah, aku akan pulang siang ini” ujarku dengan menaruh bunga mawar merah dan kuning

            Gadis itu menoleh ke arahku mengisyaratkan sebuah pertanyaan yang aku tau maksudnya apa, dengan senyum aku menjawab

“Mawar merah dan kuning melambangkan persahabatan dan jatuh cinta sama seperti perasaanku padanya” jelasku

“Ini untukmu, mungkin bisa mengobati kerinduanmu padanya karena aku tau kau tidak mungkin sering datang ke Indonesia” ujarnya memberiku sebuah buku diary

“Terima kasih, aku pergi dulu” jawabku dan menerima buku diary itu

“Salam untuk Fahrenheit terutama Wu Chun. Sampai jumpa” ujarnya tersenyum

            Aku hanya mengangguk dan tersenyum padanya lalu pergi meninggalkan gadis itu yang masih setia duduk di depan makam Dedew. Saat ini aku sudah berada dalam pesawat untuk pulang ke Taiwan. Tempat pertama yang akan aku datangi begitu tiba di Taiwan sudah pasti tempat dimana aku terakhir kali melihat wajahnya yang mengatakan padaku sambil tersenyum

“Aku pasti akan kembali, percayalah!” ujarnya dengan senyum yang mengembang

            Sekarang aku sudah berada di sini, tempat yang kau sukai. Inilah Air Terjun Shifen, masih sama seperti dulu saat pertama kali aku mengajakmu kesini tak ada perubahan sedikitpun. Kita duduk disini berdua sambil menikmati keindahan air terjun tapi sekarang aku hanya sendiri dan ditemani sebuah buku diary milikmu. Perlahan kubuka diary ini halaman demi halaman dan ternyata semua berisi tentang aku dan dia.

“Dear diary, hari ini aku bahagia sekali karena bertemu dengan idolaku Jiro Wang dan dia duduk bersebelahan denganku di pesawat. Bagaimana rasanya? Aku yakin kau pasti tau”

“Dear diary, saat ini hubunganku dengan Jiro Wang semakin dekat dan kami menjadi sahabat baik. Benar-benar diluar perkiraanku kami bisa menjadi sahabat. Jiro membawaku jalan-jalan ke suatu tempat yang indah dan bagiku tempat ini adalah tempat terindah yang pernah aku kunjungi. Dia bilang padaku akan menemaniku kapanpun ke tempat ini. Oh ya, nama tempat ini Air Terjun Shifen”

“Dear diary, entah kenapa hari ini sepertinya Da Dong sangat sedih dan membuat perasaanku ikut sedih karenanya. Aku berusaha untuk menghibur Da Dong dengan membawanya ke Air Terjun Shifen lalu kami menerbangkan lampion bersama setelah menuliskan harapan kami. Aku melihatnya begitu bahagia setelah menerbangkan lampion itu, entahlah apa yang dia harapkan? Sedangkan harapanku sendiri adalah menjadi seseorang yang berarti dalam hidup Da Dong selamanya”

“Dear diary, hari ini aku pergi ke rumah sakit karena tidak kuat menahan rasa sakit yang menusuk-nusuk jantungku. Dan ternyata memang ada suatu kelainan pada jantungku. Dokter bilang umurku tidak lama lagi tapi aku sungguh tidak ingin berpisah dengan Da Dong. Aku tidak ingin membuatnya sedih karena kepergianku. Apa yang harus kulakukan?”

“Dear diary, akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan mengucapkan selamat tinggal pada Da Dong. Dia adalah seorang sahabat yang sangat baik dan kebaikannya itu membuatku salah paham. Aku jatuh cinta padanya tapi aku sadar kalau aku bukanlah siapa-siapa jadi sebelum terlambat lebih baik aku pergi meninggalkannya”

“Dear diary, sudah 5 bulan aku di Indonesia tapi sama sekali belum memberikan kabar padanya padahal aku janji akan kembali. Apakah aku harus memberitahunya tentang keadaanku ini? Aku pikir waktuku sudah tidak lama lagi”

“Dear diary, ternyata aku sudah bertahan selama 8 bulan ini dan selama 8 bulan juga aku tidak mengabarinya. Apa aku salah melakukan ini? Jujur saja aku sudah tidak kuat lagi, andai dia ada disini aku ingin mengucapkan sesuatu padannya ‘Wo Ai Ni Jiro Wang’.”

“Dear diary, entahlah aku bisa bertahan berapa lama lagi tapi jujur saja aku sungguh sudah tidak kuat. Mungkinkah ini terakhir kalinya aku menulis dan mencurahkan segala sesuatunya padamu? Jika memang ini yang terakhir kalinya, aku hanya berharap dia bisa bahagia selamanya tanpa aku dan untuk terakhir kalinya aku ingin mengatakan ‘I Love U Jiro Wang’.”


            Air langit kembali berjatuhan dan tidak seperti biasanya, langit langsung menangis dengan derasnya tanpa tetes demi tetes air yang biasanya ia turunkan.

“Argghhh…” aku berteriak sekuat tenaga

“Kenapa? Kenapa semua ini harus terjadi padaku?” bentakku pada langit

            Entah kenapa air mata ini kembali mengikuti langit mengalir dengan derasnya. Tak kusangka tempat ini benar-benar menjadi tempat terakhirku dengannya. Begitu banyak kenangan antara aku dengannya disini, haruskah aku tetap pergi kesini? Namun, biar bagaimanapun juga aku lah yang memperkenalkannya pada Dedew dan ia sangat menyukai tempat ini. Mungkin itulah jawabannya, aku akan terus ke tempat ini kapanpun yang aku inginkan. Aku yakin kau akan terus berada disini menemani dan menjagaku dari atas sana

“Aku mencintaimu Dedew, selamanya kau akan berada dan menempati posisi terpenting dalam hatiku” ujarku sambil memeluk buku diary miliknya dan membiarkan langit menemaniku menangis

Khayalan masa lalu, menjadi kata maaf dimasa depan itulah penyesalanku dan hujan seperti air mata, sangat ingin berjatuhan melambangkan perasaanku yang merindukanmu.

>>> The End <<<
Powered by Blogger.