Hello, admin bawa ff nih sebenernya sih udah pernah di posting ke fb, baru beberapa hari yang lalu sih buat memeriahkan ultah nya Jiro Wang makanya judul ff ini "Holiday (Jiro Wang's Part)".
Author:: TaraChun
Genre:: Friendship, Comedy
Cast:: Wu
Chun
Da
Dong
Ya
Lun
Yi
Ru
Disclaimer:: Saya membuat
cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi
mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi
jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.
[Jiro
Wang’s Part]
Setelah
melewati berbagai aktivitas yang melelahkan selama seminggu penuh akhirnya 4
orang pria yang tergabung dalam sebuah boyband Fahrenheit itu mendapatkan hari libur
mereka. Walaupun hanya beberapa hari tapi setidaknya cukup bagi mereka untuk
menyegarkan pikiran.
“Besok kita berangkat
pagi ya, ingat jangan sampai kesiangan!” ujar Chun mengingatkan ketiga sahabatnya
setelah makan malam
“Kau tenang saja! Aku
akan tidur lebih awal” jawab Da Dong
“Kalau begitu aku masuk
kamar dulu ya, mau mandi” ujar Yi Ru
“Aku juga mau ke kamar,
lelah sekali. Hoaahhhmmmm” Ya Lun menguap dan masuk ke kamarnya
Chun
sendiri masih sibuk membersihkan piring-piring kotor sementara Da Dong asyik
nonton tv dan tertawa-tawa sendiri dengan hebohnya, entahlah apa yang ia
tonton. Mendengar suara tawa Da Dong membuat Chun sedikit kesal lalu keisengan
melintas di pikirannya.
Dalam sekejap seisi
rumah berubah menjadi gelap dan membuat seseorang yang tengah asyik dengan
acaranya sendiri sedikit ketakutan
“Apa yang terjadi?”
tanya Da Dong bingung “Chun, kau dimana?” Da Dong semakin panik karena tak
mendengar suara Chun sedikitpun
Tepat
di belakangnya, Da Dong merasa ada sesuatu atau mungkin seseorang yang semakin
mendekatinya. Dengan mengumpulkan seluruh keberanian, ia menoleh ke belakang
dan…
“Arrgghhh” teriak Da
Dong sekencang-kencangnya
“Hahahahaha….” Chun
tertawa puas berhasil membuat Da Dong ketakutan
Chun
dengan senter yang tepat hanya menyinari wajahnya saja berhasil membuat Da Dong
berteriak histeris dan membuat bangun seisi rumah
“Hei! Bisakah jangan
bercanda seperti ini? Kau benar-benar membuat jantungku hampir copot” ujar Da
Dong sambil memegangi dadanya
Ya
Lun dan Yi Ru keluar dari kamar masing-masing dengan senter mereka lalu
mendekati Chun dan Da Dong yang membuat kegaduhan di malam hari serta
membangunkan tidur mereka
“Berisik sekali! Apa
yang kalian lakukan?” tanya Yi Ru sedikit kesal
“Kenapa jadi gelap
begini? Bukankah kita sudah membayar tagihan listrik untuk bulan ini?” Ya Lun
ikut bertanya dengan polosnya
“Semua ini dia yang
lakukan” Chun menunjuk Jiro yang masih dengan sisa-sisa ketakutannya
“Kenapa malah
menyalahkan aku? Kau yang matikan listriknya kan, huh” keluh Da Dong
“Siapa suruh kau
malam-malam ketawa-ketawa sendiri, bukannya membantuku! Lagian kau itu harusnya
tidur lebih cepat, besok kita mau liburan dan ingat satu hal! Diantara kita
semua kaulah yang paling susah dibangunkan…” ujar Chun membela diri dan masih
menyalahkan Da Dong
“Kalian berdua ini
sudah besar tapi sifat masih kekanak-kanakan saja, huh! Sudahlah, aku mau tidur
lagi” Yi Ru kembali masuk ke kamarnya
Begitupula dengan Ya
Lun ikut kembali masuk kamar dan melanjutkan tidurnya. Chun yang juga sudah lelah
pun masuk ke kamarnya dan meninggalkan Da Dong sendirian di ruang keluarga.
“Loh, kenapa jadi aku
sendirian disini? Lampunya bagaimana? Gelap sekali, lebih baik aku tidur juga”
ujar Da Dong dan masuk ke kamarnya sambil meraba-raba tembok karena tak membawa
senter di tangannya
Matahari
mulai menampakkan sinarnya dan menerobos masuk melalui celah-celah jendela
kamar untuk membangunkan 4 pria yang masih dalam alam mimpi mereka. Ternyata
usaha matahari tidaklah sia-sia, perlahan-lahan seorang pria yang tidak lain
adalah Wu Chun membuka matanya. Chun tersenyum menyambut hari yang sangat
ditunggu yaitu ia bisa refreshing dari segala aktivitas yang bisa dibilang
cukup menyita tenaga dan pikiran.
“Pasti mereka belum
bangun” ujar Chun begitu melihat jam dinding
Seperti
biasanya Chun menyiapkan sarapan lalu membangunkan ketiga sahabatnya, mungkin
aneh karena Chun melakukan semua itu hampir setiap hari tapi apa boleh buat dia
adalah member tertua di antara yang lainnya dan bisa dibilang Wu Chun sosok
ayah dalam Fahrenheit.
Namun,
berbeda dari biasanya, kali ini Chun tidak perlu repot-repot membangunkan
ketiga sahabatnya itu karena ternyata mereka sudah duduk di ruang makan dan
siap untuk sarapan termasuk Da Dong, member yang paling sulit dibangunkan.
“Wah, sejak kapan
kalian jadi bisa bangun pagi sendiri?” sindir Chun
“Hari ini kan kita
liburan jadi sepertinya aku terlalu bersemangat” jawab Ya Lun masih dengan kepolosannya
dan rambut yang acak-acakan
“Yupz, benar kata Ya
Lun… Liburan kali ini membuatku penuh semangat” ujar Da Dong menambahkan
“Baguslah kalau begitu
jadi aku tak perlu repot-repot membangunkan kalian dan menghabiskan suara serta
tenagaku” Chun melangkah ke dapur dan mengambil masakannya untuk sarapan mereka
“Chun, aku bantuin ya!”
ujar Yi Ru sedikit berlari kecil ke dapur
Melihat tingkah ketiga sahabatnya yang bisa
dibilang berbeda karena alasan liburan jadi terlalu semangat membuat Chun
bingung dan hanya bisa tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mereka semua makan
dengan lahapnya tanpa suara sedikitpun, benar-benar berbeda dari biasanya yang
ketika sarapan, ruang makan akan dipenuhi oleh suara tawa ataupun keributan
lainnya hasil dari kekonyolan mereka.
Biarpun Fahrenheit
tokoh idola yang dikagumi dan selalu terlihat keren dimanapun mereka berada
tapi tak bisa dipungkiri begitu berkumpul dalam satu ruangan dimana hanya ada 4
pria itu saja maka suasana akan berubah menjadi sangat ramai dan cukup membuat
pusing yang melihatnya. Kalau dibilang mereka ada masalah, mungkin saja karena
lelah dengan berbagai aktivitas membuat naluri kegilaan pria-pria tampan itu
muncul seketika.
Setelah selesai makan,
mereka langsung bergegas lari ke kamar masing-masing untuk mengambil koper.
Sementara di bawah sudah ada supir perusahaan yang siap mengatar ke bandara
karena mereka akan liburan ke Okinawa. Bermain di pantai saat musim panas,
cukup menyenangkan, mungkin.. bagi mereka tapi anehnya kenapa harus ke Jepang?
Apakah di Taiwan tidak ada pantai? Tentu saja ada tapi alasan yang pasti adalah
karena mereka ingin lebih santai tanpa gangguan dari Netizen Taiwan yang terus
mengincar gossip tentang keretakan hubungan mereka padahal sama sekali tak ada
keretakan internal Fahrenheit sendiri
“Okinawa, I’m coming”
ujar Jiro begitu duduk dalam pesawat
“Sssttt.. Kau ini
berisik sekali, nanti kalau ada yang mengenali kita gimana?” tanya Yi Ru
“Iya nih Dong ge, udah
suaranya besar banget lagi teriak-teriak gitu, berisik tau!” ujar Ya Lun
menambahkan
“Ya, baiklah… Lagi-lagi
aku yang disalahkan, jadi sekarang aku mau tidur saja. Hooahhhmmm, masih
ngantuk gara-gara bangun kepagian. Chun, nanti kalau sudah samapi bangunin ya!”
pinta Da Dong lalu memejamkan matanya
Hening, tak ada suara
karena ternyata semua member Fahrenheit sudah tertidur lelap karena bangun
kepagian setelah aktivitas yang mereka lakukan cukup melelahkan. Sungguh
beruntung, akhirnya bisa mendapatkan libur walaupun hanya beberapa hari tapi
setidaknya bagi mereka, liburan sangatlah berarti.
Baru sebentar rasanya
tidur tapi mereka sudah dibangunkan oleh beberapa pramugari karena ternyata
pesawat mereka sudah sampai dan mendarat di Bandara Internasional Naha dengan
aman terkendali.
“Sudah sampai ya?
Sekarang mau kemana dulu nih?” tanya Ya Lun seperti biasa dengan polos dan
sikap dinginnya yang langsung to the point
“Tentu saja ke hotel
dulu, kita kan gak mungkin ke pantai bawa-bawa koper” jawab Da Dong
“Wah, kau ada kemajuan
ternyata” puji Yi Ru tertawa kecil
“Maksudmu?” tanya Da
Dong mencari jawaban
“Huahh, harusnya tadi
kau tidak perlu memuji dia. Lihat sendiri kan sekarang hasilnya yang ada
kembali seperti semula” Chun menggeleng-gelengkan kepala dengan sikap Da Dong
yang ia sendiri bingung mengartikannya dengan kata ‘polos’ atau ‘bodoh’?
Berbeda dari biasanya
dimana ketika tur ke luar negeri, mereka harus bebagi kamar berdua, kali ini
keempat pria itu memutuskan untuk memiliki kamar masing-masing. Yah, walaupun
pada awalnya ada yang tidak setuju. Yupz, Ya Lun selalu takut tidur sendirian
dalam kamar hotel tapi apa boleh buat kali ini ia harus mengalah.
“Yeahhh… Akhirnya aku
bisa tenang disini, menikmati harumnya air laut dan suara deburan ombak yang
sangat merdu” ujar Ya Lun sedikit puitis
“Kau terlalu puitis” Da
Dong pun langsung berlarian menuju pantai
“Dan sedikit
berlebihan” lanjut Chun ikut berlari mengejar Da Dong yang sudah lebih dulu
“Sudahlah, ayo jalan!”
ajak Yi Ru dan mengejar kedua sahabatnya
“Wei! Ni men deng wo
a!” teriak Ya Lun dan langsung berlari mengejar sahabat-sahabatnya
Mereka terus berlarian
di pinggir pantai yang tak berujung, menyusurinya seperti anak kecil.
Benar-benar terlihat kalau keempat pria itu sedang menikmati liburan mereka
yang tanpa disadari ternyata mereka sudah cukup jauh dari posisi semula dimana
hotel mereka berada. Hari semakin sore dan pengunjung pantai semakin sepi
sedangkan pria-pria yang sedang melepas lelah itu masih tertidur di pasir
pantai dengan posisi membentuk bintang dimana kepala mereka saling menyatu
“Hwaaa… Sudah malam”
teriak Ya Lund an membuat ketiga sahabatnya terbangun
“Aishh, dimana kita?
Kenapa gelap dan sepi sekali ya?” tanya Da Dong
“Astaga” Chun menepuk
jidatnya
“Kita tentu saja masih
di pantai Da Dong dan sekarang sudah malam makanya gelap. Kau ini sudah sadar
atau belum sih?” tanya Yi Ru sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah
Da Dong
“Hyaattt… Aku takut!”
isak Ya Lun begitu kebiasaan buruknya kambuh
“Nih anak satu mulai
deh” ujar Yi Ru
“Ya udah kita balik ke
hotel aja” ajak Chun beranjak dari tempatnya dan berjalan kea rah yang
menurutnya benar
“Hei Chun, bukannya
tadi kita datang dari sana ya?” tanya Da Dong sambil menunjuk ke arah yang
berlawanan dari Chun
Chun menoleh sepintas,
ia sendiri tak yakin dengan arah di pantai ini karena hari yang semakin gelap
dan belum sepenuhnya sadar dari tidur yang menurutnya sangat nyaman itu,
sehingga Chun hanya bisa pasrah dan mengikuti arah yang ditunjuk Da Dong
“Awas ya kalau salah!”
ancam Chun membuat Da Dong bergidik ngeri
“Hmm, semoga benar”
jawab Da Dong seenaknya dan kali ini ia yang memimpin perjalanan mereka
menyusuri pantai hingga sampai hotel
“Kenapa rasanya jauh
sekali ya? Aku lelah” ujar Ya Lun manja
“Kau ingin pulang atau
tidak?” tanya Da Dong melirik tajam Ya Lun dan hanya anggukan yang didapat
“Makanya ikuti saja aku!” perintah Da Dong melanjutkan langkahnya
Semakin lama perasaan
keempat sahabat itu mulai merasa ada suatu keganjalan, sepertinya mereka
tersesat karena gelapnya langit dan satu hal yang membuat mereka yakin adalah
dimana sekarang mereka melihat pemandangan yang belum pernah dilihat
sebelumnya. Yah, pulau yang sangat polos tanpa adanya tanda-tanda kalau mereka
pernah melewati tempat itu dari hotel dimana mereka harusnya menginap malam ini
‘Miyami
Island’
Terdapat sebuah tanda
dimana mereka pikir seharusnya memang benar saat ini sedang berda di sebuah
pulau bernama Miyami dengan pantai masih menjadi objek yang selalu mereka lihat
sepanjang malam menyusuri pantai ini
“Da Dong, kau membawa
kami kemana? Apa ini Miyami Island?” tanya Chun terdengar kesal tapi ia sendiri
tak bisa menyalahkan Da Dong karena memang dirinya juga lupa arah kembali ke
hotel
“Hah… Aku juga bingung
Chun tapi sepertinya arah kita tadi memang dari sini, entahlah mungkin pantai
disini termasuk pantai yang bisa berpindah tempat” jelas Da Dong sambil melihat
ke sekelilingnya yang semakin membuat bingung
Yi Ru mengacak-ngacak
rambutnya sendiri seakan frustasi karena mereka pun tidak membawa alat
komnikasi atau semacamnya sehingga tidak bisa mengabari manajer ataupun piihak
perusahaan untuk menolong mereka dari tempa apalah yang entah dimana, mereka
sendiri tak taHU
“Lebih baik kita coba
cari perumahan warga di sekitar sini saja, mungkin ada yang bisa membantu
meminjamkan telepon atau apapun yang bisa mengeluarkan kita dari pulau ini dan
kembali ke Taiwan” usul Ya Lun yang mendapat tanggapan dari ketiga sahabatnya,
seketika menjadi pusat perhatian “Apa ada yang salah?” tanya Ya Lun ragu
“Bagus Ya Lun, ternyata
tidak ada ruginya kau menjadi member termuda dari kami” puji Yi Ru menunjukkan
kedua jempol tangannya pada Ya Lun
“Apa hubungannya dengan
member termuda? Bukankah sama saja?” tanya Ya Lun dengan kembali pada sikap
polos dan dinginnya
“Tentu ada hubungannya,
karena kau member termuda jadi otakmu masih sedikit lebih jernih daripada kami”
jelas Yi Ru
“Yupz, benar kata Yi Ru
bahkan aku tidak memikirkan ke arah sana” ujar Da Dong
“Kau kan memang tidak
pernah memikirkan apapun” ejek Chun
“Hei! Kau ini dari
kemarin ngajak ribut terus sih. Aku ini jenius tau jadi ide yang masuk akal
seperti kata Ya Lun tidak akan terpikir olehku” jawab Da Dong yang membuat
ketiga temannya terbelalak tak percaya “Kalian kenapa?” tanya Da Dong
memandangi satu persatu temannya yang masih bengong dengan mulut sedikit
menganga
Karena tidak ada
respon, dengan ide jahilnya Da Dong yang melihat sebuah botol bekas tergeletak
di pasir langsung mengambil dan mengisinya dengan air laut yang asinnya
melebihi garam
“Nyamm… nyamm.. nyamm..
Pasti rasanya manis sekali.. Hahahaha” Da Dong tertawa geli begitu mengisi
penuh botol bekas itu dengan air laut
Ia mendekati ketiga
pria yang sepertinya masih betah dengan posisi bengong dimana mata terbelalak
lebar dan mulut sedikit menganga seperti sedang terhipnotis. Mereka hanya diam
saat Da Dong memasukkan sedikit air laut ke dalam mulut ketiga sahabatnya itu.
Da Dong tersenyum penuh kemenangan sambil menepukkan tangannya tepat di depan
mata ketiga sahabatnya yang membuat mereka bertiga seketika sadar dan langsung
menelan air laut dalam mulutnya
“Aishh, asin…” ujar Ya
Lun memainkan lidahnya sendiri
“Apa ini?” tanya Chun
memegangi tenggorokannya
“Kyaaaa… Asin sekali”
pekik Yi Ru yang mencoba memuntahkan sesuatu tapi tetap tak bisa
“Hai sahabat-sahabatku,
mau tau apa?” tanya Da Dong sambil menunjukkan botol bekas yang masih berisi
air laut
“Wang… Da… Dong….”
teriak ketiga pria itu bersamaan dan langsung mengejar Da Dong yang terus saja
berlari
Akhirnya Da Dong lelah
sendiri dan berhasil ditangkap oleh ketiga sahabatnya, mereka menebarkan senyum
iblis yang membuat Da Dong bergidik ngeri melihat senyuman-senyuman itu
“Saatnya pembalasan!”
ujar Chun melirik Yi Ru dan Ya Lun bergantian kemudian mereka bertiga
mengangguk kompak
Tangan dan kaki Da Dong
dipegang erat oleh Chun dan Yi Ru sehingga ia benar-benar dalam posisi
terlentang di atas pasir pantai yang bisa dibilang cukup dingin pada malam
hari. Ya Lun tersenyum begitu menyelesaikan tugasnya dengan mengubur tubuh Da
Dong yang hanya menyisakan kepalanya saja tanpa pasir pantai.
“Kali ini kau akan
menjadi bantal kami, hahahaha” Chun tertawa gembira diikuti dengan Yi Ru dan Ya
Lun sementara Da Dong hanya bisa pasrah
Dengan terpaksa mereka
harus tidur di pantai dan ditemani oleh suara deburan ombak yang menjadi musik
penghantar tidur bagi mereka. Hari mulai berganti, disambut dengan indahnya
pemandangan matahari terbit yang terlihat dari pantai. Matahari semakin tinggi
dan mereka pun bangun dari tidurnya sambil mengucek-ngucek mata masing-masing.
“Nyaman sekali” ujar Ya
Lun
“Yah, walaupun tidur di
pantai tapi tetap nyenyak” tambah Yi Ru
“Hmmm, apa kita
melupakan sesuatu?” tanya Chun melirik kedua sahabatnya itu
Mereka bertiga saling
menatap satu sama lain dan dengan kompaknya lagi-lagi berteriak
“WANG DA DONG” teriak
mereka begitu melihat Da Dong yang tubuhnya masih berselimut pasir dimana
sebagai bantal mereka tidur semalam
“Apa dia mati?” tanya
Ya Lun polos sedikit ketakutan
“Oh tidak, jangan
sampai biang ribut ini mati disini” ujar Yi Ru
“Dia masih punya hutang
padaku” ujar Chun membuat kedua sahabatnya mengalihkan perhatian padanya “Apa?”
tanya Chun tegas “Aku hanya bercanda. Sudahlah, kita bongkar saja!” ajak Chun
diikuti oleh Ya Lun dan Yi Ru membongkar pasir yang menyelimuti tubuh Da Dong
“Dadanya masih bergerak
berarti dia masih hidup” ujar Ya Lun menunjuk ke arah dada Da Dong yang
bergerak naik turun
“Next round?” tanya
Chun
“Okay” jawab Yi Ru
membuka mulut Da Dong sedangkan Chun memasukkan air laut dalam botol semalam ke
mulut Da Dong
Tak lama kemudian Da
Dong bangun dan merasa keram di sekujur tubuhnya, pasti karena semalam
dijadikan bantal oleh ketiga sahabatnya. Begitu ia sadar seperti menelan
sesuatu yang sangat asin dan membuatnya batuk tersendak
“Nyaannn… Asin sekali”
pekik Da Dong lalu melihat ke arah ketiga sahabatnya yang sedang tertawa puas
melihatnya seperti itu “Kalian? Huh…” keluh Da Dong
“Cepat bangun! Kita
harus keluar dari pulau ini” pinta Chun pada ketiga sahabatnya
Mereka terus melangkah tanpa henti entah
kemana dan sudah seberapa jauh yang membuat perut mereka kelaparan karena dari
semalam tidak makan. Namun ternyata perjuangan mereka tidak sia-sia begitu
melihat beberapa rumah yang jaraknya tak jauh lagi, mereka langsung berlari dan
mengetuk salah satu pintu rumah yang menurut feeling mereka mungkin bisa
membantu karena rumah itu cukup besar jadi setidaknya orang di dalam rumah itu
seharusnya bisa Bahasa Inggris untuk memudahkan berkomunikasi
Tak lama, ada seseorang
yang membuka pintu dan terlihat sosok wanita separuh baya menatap mereka dari
ujung kaki sampai kepala. Wanita itu mengerjap-ngerjapkan matanya seakan tidak
percaya melihat 4 orang pria tampan kini berada dihadapannya
“Excuse me! Can you
help us?” tanya Chun membuka suara karena wanita itu hanya diam
Sepertinya wanita
separuh baya itu tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Chun, ia menggunakan
isyarat tangan untuk menyuruk keempat pria itu menunggu di luar dan ia pun
masuk ke dalam memanggil seseorang. Muncullah seorang gadis belia dari dalam
diikuti oleh wanita separuh baya yang tadi menyambut mereka
“Hai” sapa Yi Ru ramah
Gadis itu tak
bergeming, ia masih terus memandangi keempat oria yang ada di hadapannya dan
membuat keempat pria itu bingung sendiri sampai salah tingkah
“Hello, Can you help
us?” tanya Ya Lun kali ini
“Excuse me!” tambah Da
Dong sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah gadis itu
“Arrgghhh… Wang Da
Dong, FeiLunHai…” teriak gadis itu kegirangan tapi langsung berhenti seketika
dan mencubit pipinya sendiri sedikit keras “Aww” pekik gadis itu “Aku idak
bermimpi” batinnya
“Sepertinya dia
mengenal kita” bisik Yi Ru pada Chun dan hanya anggukan sebagai jawaban dari
Chun
“Excuse me! Can you
help us?” tanya Chun sekali lagi dengan sopannya
“Oh ya, of course!
Please!” gadis itu mengajak mereka masuk ke dalam rumahnya yang bisa dibilang
cukup besar
“Cukup besar” gumam Da
Dong
“Tentu saja tapi tidak
mungkin lebih besar dari rumah kalian” ujar gadis itu yang mendengar ucapan Da
Dong
“Kau… bisa bahasa
Mandarin?” tanya Ya Lun ragu
“Aku kursus belajar
Bahasa Mandarin demi kalian” ujar gadis itu dan membuat Fahrenheit sedikit
terkejut
“Jadi kau mengenal
kami?” tanya Da Dong mencari kepastian
“Tentu saja. Bahkan aku
salah satu fans beratmu dan akan selalu menyempatkan diri menonton konser
kalian dimanapun dan kapanpun” jawab gadis itu penuh semangat
“Jadi bisakah kau
membantu kami?” tanya Yi Ru ragu
Gadis itu mengangguk
mantap dan tersenyum membuat Fahrenheit lega melihatnya karena sepertinya
mereka mendatangi rumah yang tepat.
“Baiklah, aku langsung
saja. Kami tersesat disini dan bingung arah kembali ke hotel” ujar Chun pelan
“Tadinya kami hanya ingin berlibur dan bermain-main di pantai tapi entahlah
sepertinya terlalu jauh menyusuri pantai membuat kami lelah dan tertidur hingga
tanpa sadar sudah malam membuat kami lupa arah” lanjutnya menjelaskan
Gadis itu mengengguk
mengerti mendengar cerita Chun kemudian ia tersenyum semanis mungkin
“Kalian mau kembali ke
Taiwan?” tanya gadis itu
“Yah, tapi kami harus
kembali ke hotel dulu mengambil barang-barang disana” jawab Yi Ru ramah
“Bisa pinjam telepon
rumah atau handphonemu?” tanya Ya Lun “Kami ingin menelpon manajer” tambahnya
“Ohh, silakan!” jawab
gadis itu sambil memberikan ponselnya pada Ya Lun
“Xiexie ni” Ya Lun
menerima telepon itu dan menekan angka-angka yang merupakan nomor handphone
manajernya
Setelah selesai
menelpon, Ya Lun segera mengembalikan ponsel gadis itu dan tersenyum pada
ketiga sahabatnya menunjukkan kabar baik, mereka bertiga mengangguk mengerti
“Bisa antarkan kami
kembali ke hotel? Atau kalau kau sibuk bisa beritahu kami saja arah kembali ke
hotel” ujar Da Dong
“Aku… Hmm, aku memang
ada kuliah sekarang. Oh ya, supirku mungkin bisa mengatar kalian tapi sebelum
pergi, bisakah? Hmmm…” gadis itu berlari kecil dan mengambil sesuatu dari laci
mejanya
“Baiklah!” jawab
Fahrenheit kompak seakan mengerti maksud gadis itu
“Bibi, bantu aku ya!”
pinta gadis itu manja pada wanita separuh baya yang tadi membukakan pintu untuk
Fahrenheit
“Baik nona” jawab
wanita itu mengambil kamera dari tangan gadis yang ia panggil nona “Sudah nona”
ujar wanita itu menyerahkan kembali kamera pada majikannya
“Xiexie nimen, I really
love Fahrenheit especially you, Da Dong” ujar gadis itu tersipu malu masih
dengan senyum manisnya “Hmm, duibuqi. Aku tidak bisa mengantar kalian, sekarang
aku harus ke kampus. Bye bye” ia menundukkan kepalanya dan melambaikan tangan
pada Fahrenheit kemudian keluar dari rumahnya
“Mobil sudah siap
tuan-tuan” ujar seorang pria tinggi yang sepertinya berusia 40 tahun
Fahrenheit mengikuti
pria itu menuju mobil yang sudah disiapkan sebelumnya untuk mengantar mereka
kembali ke hotel
“Untunglah, kita bisa
kembali” Ya Lun menghela nafas panjang begitu sampai di lobby hotel
“Yah, sepertinya kali
ini kita bisa berterima kasih padanya walaupun awalnya sedikit membuat kesal
tapi ternyata yang menolong kita adalah fansnya” ujar Chun melirik Da Dong yang
sedari tadi hanya senyum-senyum saja
“Ehemm, apakah rocker kita ini sedang jatuh cinta pada fans nya sendiri ya?” sindir Yi Ru dan
berhasil menyadarkan Da Dong
“Hei, gadis itu memang
cukup manis bukan?” ujar Da Dong mengelak
“Ya, terserah apa
katamu saja dan yang pasti liburan kita kali ini benar-benar melelahkan” keluh
Chun sambil membuka pintu kamarnya
Liburan Fahrenheit kali
ini benar-benar gagal karena ulah Wang Da Dong yang bisa dibilang sok tahu tapi
cukup mengesankan bagi mereka kerena ternyata bertemu seorang fans yang sangat
baik dan tidak terlalu menuntut macam-macam. Setidaknya ada hikmah dibalik
semua yang terjadi selama liburan mereka di Okinawa. Sampai jumpa di holiday
berikutnya ^_^
THE
END
No comments:
Post a Comment