Monday, 1 December 2014

Holiday (Jiro Wang' s Part)

Hello, admin bawa ff nih sebenernya sih udah pernah di posting ke fb, baru beberapa hari yang lalu sih buat memeriahkan ultah nya Jiro Wang makanya judul ff ini "Holiday (Jiro Wang's Part)". 


Author:: TaraChun
Genre:: Friendship, Comedy
Cast::   Wu Chun
             Da Dong
             Ya Lun
             Yi Ru

Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.

[Jiro Wang’s Part]

            Setelah melewati berbagai aktivitas yang melelahkan selama seminggu penuh akhirnya 4 orang pria yang tergabung dalam sebuah boyband Fahrenheit itu mendapatkan hari libur mereka. Walaupun hanya beberapa hari tapi setidaknya cukup bagi mereka untuk menyegarkan pikiran.
“Besok kita berangkat pagi ya, ingat jangan sampai kesiangan!” ujar Chun mengingatkan ketiga sahabatnya setelah makan malam
“Kau tenang saja! Aku akan tidur lebih awal” jawab Da Dong
“Kalau begitu aku masuk kamar dulu ya, mau mandi” ujar Yi Ru
“Aku juga mau ke kamar, lelah sekali. Hoaahhhmmmm” Ya Lun menguap dan masuk ke kamarnya
            Chun sendiri masih sibuk membersihkan piring-piring kotor sementara Da Dong asyik nonton tv dan tertawa-tawa sendiri dengan hebohnya, entahlah apa yang ia tonton. Mendengar suara tawa Da Dong membuat Chun sedikit kesal lalu keisengan melintas di pikirannya.
Klikk…
Dalam sekejap seisi rumah berubah menjadi gelap dan membuat seseorang yang tengah asyik dengan acaranya sendiri sedikit ketakutan
“Apa yang terjadi?” tanya Da Dong bingung “Chun, kau dimana?” Da Dong semakin panik karena tak mendengar suara Chun sedikitpun
      Tepat di belakangnya, Da Dong merasa ada sesuatu atau mungkin seseorang yang semakin mendekatinya. Dengan mengumpulkan seluruh keberanian, ia menoleh ke belakang dan…
“Arrgghhh” teriak Da Dong sekencang-kencangnya
“Hahahahaha….” Chun tertawa puas berhasil membuat Da Dong ketakutan
            Chun dengan senter yang tepat hanya menyinari wajahnya saja berhasil membuat Da Dong berteriak histeris dan membuat bangun seisi rumah
“Hei! Bisakah jangan bercanda seperti ini? Kau benar-benar membuat jantungku hampir copot” ujar Da Dong sambil memegangi dadanya
            Ya Lun dan Yi Ru keluar dari kamar masing-masing dengan senter mereka lalu mendekati Chun dan Da Dong yang membuat kegaduhan di malam hari serta membangunkan tidur mereka
“Berisik sekali! Apa yang kalian lakukan?” tanya Yi Ru sedikit kesal
“Kenapa jadi gelap begini? Bukankah kita sudah membayar tagihan listrik untuk bulan ini?” Ya Lun ikut bertanya dengan polosnya
“Semua ini dia yang lakukan” Chun menunjuk Jiro yang masih dengan sisa-sisa ketakutannya
“Kenapa malah menyalahkan aku? Kau yang matikan listriknya kan, huh” keluh Da Dong
“Siapa suruh kau malam-malam ketawa-ketawa sendiri, bukannya membantuku! Lagian kau itu harusnya tidur lebih cepat, besok kita mau liburan dan ingat satu hal! Diantara kita semua kaulah yang paling susah dibangunkan…” ujar Chun membela diri dan masih menyalahkan Da Dong
“Kalian berdua ini sudah besar tapi sifat masih kekanak-kanakan saja, huh! Sudahlah, aku mau tidur lagi” Yi Ru kembali masuk ke kamarnya
Begitupula dengan Ya Lun ikut kembali masuk kamar dan melanjutkan tidurnya. Chun yang juga sudah lelah pun masuk ke kamarnya dan meninggalkan Da Dong sendirian di ruang keluarga.
“Loh, kenapa jadi aku sendirian disini? Lampunya bagaimana? Gelap sekali, lebih baik aku tidur juga” ujar Da Dong dan masuk ke kamarnya sambil meraba-raba tembok karena tak membawa senter di tangannya
            Matahari mulai menampakkan sinarnya dan menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar untuk membangunkan 4 pria yang masih dalam alam mimpi mereka. Ternyata usaha matahari tidaklah sia-sia, perlahan-lahan seorang pria yang tidak lain adalah Wu Chun membuka matanya. Chun tersenyum menyambut hari yang sangat ditunggu yaitu ia bisa refreshing dari segala aktivitas yang bisa dibilang cukup menyita tenaga dan pikiran.
“Pasti mereka belum bangun” ujar Chun begitu melihat jam dinding
            Seperti biasanya Chun menyiapkan sarapan lalu membangunkan ketiga sahabatnya, mungkin aneh karena Chun melakukan semua itu hampir setiap hari tapi apa boleh buat dia adalah member tertua di antara yang lainnya dan bisa dibilang Wu Chun sosok ayah dalam Fahrenheit.
            Namun, berbeda dari biasanya, kali ini Chun tidak perlu repot-repot membangunkan ketiga sahabatnya itu karena ternyata mereka sudah duduk di ruang makan dan siap untuk sarapan termasuk Da Dong, member yang paling sulit dibangunkan.
“Wah, sejak kapan kalian jadi bisa bangun pagi sendiri?” sindir Chun
“Hari ini kan kita liburan jadi sepertinya aku terlalu bersemangat” jawab Ya Lun masih dengan kepolosannya dan rambut yang acak-acakan
“Yupz, benar kata Ya Lun… Liburan kali ini membuatku penuh semangat” ujar Da Dong menambahkan
“Baguslah kalau begitu jadi aku tak perlu repot-repot membangunkan kalian dan menghabiskan suara serta tenagaku” Chun melangkah ke dapur dan mengambil masakannya untuk sarapan mereka
“Chun, aku bantuin ya!” ujar Yi Ru sedikit berlari kecil ke dapur
 Melihat tingkah ketiga sahabatnya yang bisa dibilang berbeda karena alasan liburan jadi terlalu semangat membuat Chun bingung dan hanya bisa tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mereka semua makan dengan lahapnya tanpa suara sedikitpun, benar-benar berbeda dari biasanya yang ketika sarapan, ruang makan akan dipenuhi oleh suara tawa ataupun keributan lainnya hasil dari kekonyolan mereka.
Biarpun Fahrenheit tokoh idola yang dikagumi dan selalu terlihat keren dimanapun mereka berada tapi tak bisa dipungkiri begitu berkumpul dalam satu ruangan dimana hanya ada 4 pria itu saja maka suasana akan berubah menjadi sangat ramai dan cukup membuat pusing yang melihatnya. Kalau dibilang mereka ada masalah, mungkin saja karena lelah dengan berbagai aktivitas membuat naluri kegilaan pria-pria tampan itu muncul seketika.
Setelah selesai makan, mereka langsung bergegas lari ke kamar masing-masing untuk mengambil koper. Sementara di bawah sudah ada supir perusahaan yang siap mengatar ke bandara karena mereka akan liburan ke Okinawa. Bermain di pantai saat musim panas, cukup menyenangkan, mungkin.. bagi mereka tapi anehnya kenapa harus ke Jepang? Apakah di Taiwan tidak ada pantai? Tentu saja ada tapi alasan yang pasti adalah karena mereka ingin lebih santai tanpa gangguan dari Netizen Taiwan yang terus mengincar gossip tentang keretakan hubungan mereka padahal sama sekali tak ada keretakan internal Fahrenheit sendiri
“Okinawa, I’m coming” ujar Jiro begitu duduk dalam pesawat
“Sssttt.. Kau ini berisik sekali, nanti kalau ada yang mengenali kita gimana?” tanya Yi Ru
“Iya nih Dong ge, udah suaranya besar banget lagi teriak-teriak gitu, berisik tau!” ujar Ya Lun menambahkan
“Ya, baiklah… Lagi-lagi aku yang disalahkan, jadi sekarang aku mau tidur saja. Hooahhhmmm, masih ngantuk gara-gara bangun kepagian. Chun, nanti kalau sudah samapi bangunin ya!” pinta Da Dong lalu memejamkan matanya
Hening, tak ada suara karena ternyata semua member Fahrenheit sudah tertidur lelap karena bangun kepagian setelah aktivitas yang mereka lakukan cukup melelahkan. Sungguh beruntung, akhirnya bisa mendapatkan libur walaupun hanya beberapa hari tapi setidaknya bagi mereka, liburan sangatlah berarti.
Baru sebentar rasanya tidur tapi mereka sudah dibangunkan oleh beberapa pramugari karena ternyata pesawat mereka sudah sampai dan mendarat di Bandara Internasional Naha dengan aman terkendali.
“Sudah sampai ya? Sekarang mau kemana dulu nih?” tanya Ya Lun seperti biasa dengan polos dan sikap dinginnya yang langsung to the point
“Tentu saja ke hotel dulu, kita kan gak mungkin ke pantai bawa-bawa koper” jawab Da Dong
“Wah, kau ada kemajuan ternyata” puji Yi Ru tertawa kecil
“Maksudmu?” tanya Da Dong mencari jawaban
“Huahh, harusnya tadi kau tidak perlu memuji dia. Lihat sendiri kan sekarang hasilnya yang ada kembali seperti semula” Chun menggeleng-gelengkan kepala dengan sikap Da Dong yang ia sendiri bingung mengartikannya dengan kata ‘polos’ atau ‘bodoh’?
Berbeda dari biasanya dimana ketika tur ke luar negeri, mereka harus bebagi kamar berdua, kali ini keempat pria itu memutuskan untuk memiliki kamar masing-masing. Yah, walaupun pada awalnya ada yang tidak setuju. Yupz, Ya Lun selalu takut tidur sendirian dalam kamar hotel tapi apa boleh buat kali ini ia harus mengalah.
“Yeahhh… Akhirnya aku bisa tenang disini, menikmati harumnya air laut dan suara deburan ombak yang sangat merdu” ujar Ya Lun sedikit puitis
“Kau terlalu puitis” Da Dong pun langsung berlarian menuju pantai
“Dan sedikit berlebihan” lanjut Chun ikut berlari mengejar Da Dong yang sudah lebih dulu
“Sudahlah, ayo jalan!” ajak Yi Ru dan mengejar kedua sahabatnya
“Wei! Ni men deng wo a!” teriak Ya Lun dan langsung berlari mengejar sahabat-sahabatnya
Mereka terus berlarian di pinggir pantai yang tak berujung, menyusurinya seperti anak kecil. Benar-benar terlihat kalau keempat pria itu sedang menikmati liburan mereka yang tanpa disadari ternyata mereka sudah cukup jauh dari posisi semula dimana hotel mereka berada. Hari semakin sore dan pengunjung pantai semakin sepi sedangkan pria-pria yang sedang melepas lelah itu masih tertidur di pasir pantai dengan posisi membentuk bintang dimana kepala mereka saling menyatu
“Hwaaa… Sudah malam” teriak Ya Lund an membuat ketiga sahabatnya terbangun
“Aishh, dimana kita? Kenapa gelap dan sepi sekali ya?” tanya Da Dong
“Astaga” Chun menepuk jidatnya
“Kita tentu saja masih di pantai Da Dong dan sekarang sudah malam makanya gelap. Kau ini sudah sadar atau belum sih?” tanya Yi Ru sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Da Dong
“Hyaattt… Aku takut!” isak Ya Lun begitu kebiasaan buruknya kambuh
“Nih anak satu mulai deh” ujar Yi Ru
“Ya udah kita balik ke hotel aja” ajak Chun beranjak dari tempatnya dan berjalan kea rah yang menurutnya benar
“Hei Chun, bukannya tadi kita datang dari sana ya?” tanya Da Dong sambil menunjuk ke arah yang berlawanan dari Chun
Chun menoleh sepintas, ia sendiri tak yakin dengan arah di pantai ini karena hari yang semakin gelap dan belum sepenuhnya sadar dari tidur yang menurutnya sangat nyaman itu, sehingga Chun hanya bisa pasrah dan mengikuti arah yang ditunjuk Da Dong
“Awas ya kalau salah!” ancam Chun membuat Da Dong bergidik ngeri
“Hmm, semoga benar” jawab Da Dong seenaknya dan kali ini ia yang memimpin perjalanan mereka menyusuri pantai hingga sampai hotel
“Kenapa rasanya jauh sekali ya? Aku lelah” ujar Ya Lun manja
“Kau ingin pulang atau tidak?” tanya Da Dong melirik tajam Ya Lun dan hanya anggukan yang didapat “Makanya ikuti saja aku!” perintah Da Dong melanjutkan langkahnya
Semakin lama perasaan keempat sahabat itu mulai merasa ada suatu keganjalan, sepertinya mereka tersesat karena gelapnya langit dan satu hal yang membuat mereka yakin adalah dimana sekarang mereka melihat pemandangan yang belum pernah dilihat sebelumnya. Yah, pulau yang sangat polos tanpa adanya tanda-tanda kalau mereka pernah melewati tempat itu dari hotel dimana mereka harusnya menginap malam ini
‘Miyami Island
Terdapat sebuah tanda dimana mereka pikir seharusnya memang benar saat ini sedang berda di sebuah pulau bernama Miyami dengan pantai masih menjadi objek yang selalu mereka lihat sepanjang malam menyusuri pantai ini
“Da Dong, kau membawa kami kemana? Apa ini Miyami Island?” tanya Chun terdengar kesal tapi ia sendiri tak bisa menyalahkan Da Dong karena memang dirinya juga lupa arah kembali ke hotel
“Hah… Aku juga bingung Chun tapi sepertinya arah kita tadi memang dari sini, entahlah mungkin pantai disini termasuk pantai yang bisa berpindah tempat” jelas Da Dong sambil melihat ke sekelilingnya yang semakin membuat bingung
Yi Ru mengacak-ngacak rambutnya sendiri seakan frustasi karena mereka pun tidak membawa alat komnikasi atau semacamnya sehingga tidak bisa mengabari manajer ataupun piihak perusahaan untuk menolong mereka dari tempa apalah yang entah dimana, mereka sendiri tak taHU
“Lebih baik kita coba cari perumahan warga di sekitar sini saja, mungkin ada yang bisa membantu meminjamkan telepon atau apapun yang bisa mengeluarkan kita dari pulau ini dan kembali ke Taiwan” usul Ya Lun yang mendapat tanggapan dari ketiga sahabatnya, seketika menjadi pusat perhatian “Apa ada yang salah?” tanya Ya Lun ragu
“Bagus Ya Lun, ternyata tidak ada ruginya kau menjadi member termuda dari kami” puji Yi Ru menunjukkan kedua jempol tangannya pada Ya Lun
“Apa hubungannya dengan member termuda? Bukankah sama saja?” tanya Ya Lun dengan kembali pada sikap polos dan dinginnya
“Tentu ada hubungannya, karena kau member termuda jadi otakmu masih sedikit lebih jernih daripada kami” jelas Yi Ru
“Yupz, benar kata Yi Ru bahkan aku tidak memikirkan ke arah sana” ujar Da Dong
“Kau kan memang tidak pernah memikirkan apapun” ejek Chun
“Hei! Kau ini dari kemarin ngajak ribut terus sih. Aku ini jenius tau jadi ide yang masuk akal seperti kata Ya Lun tidak akan terpikir olehku” jawab Da Dong yang membuat ketiga temannya terbelalak tak percaya “Kalian kenapa?” tanya Da Dong memandangi satu persatu temannya yang masih bengong dengan mulut sedikit menganga
Karena tidak ada respon, dengan ide jahilnya Da Dong yang melihat sebuah botol bekas tergeletak di pasir langsung mengambil dan mengisinya dengan air laut yang asinnya melebihi garam
“Nyamm… nyamm.. nyamm.. Pasti rasanya manis sekali.. Hahahaha” Da Dong tertawa geli begitu mengisi penuh botol bekas itu dengan air laut
Ia mendekati ketiga pria yang sepertinya masih betah dengan posisi bengong dimana mata terbelalak lebar dan mulut sedikit menganga seperti sedang terhipnotis. Mereka hanya diam saat Da Dong memasukkan sedikit air laut ke dalam mulut ketiga sahabatnya itu. Da Dong tersenyum penuh kemenangan sambil menepukkan tangannya tepat di depan mata ketiga sahabatnya yang membuat mereka bertiga seketika sadar dan langsung menelan air laut dalam mulutnya
“Aishh, asin…” ujar Ya Lun memainkan lidahnya sendiri
“Apa ini?” tanya Chun memegangi tenggorokannya
“Kyaaaa… Asin sekali” pekik Yi Ru yang mencoba memuntahkan sesuatu tapi tetap tak bisa
“Hai sahabat-sahabatku, mau tau apa?” tanya Da Dong sambil menunjukkan botol bekas yang masih berisi air laut
“Wang… Da… Dong….” teriak ketiga pria itu bersamaan dan langsung mengejar Da Dong yang terus saja berlari
Akhirnya Da Dong lelah sendiri dan berhasil ditangkap oleh ketiga sahabatnya, mereka menebarkan senyum iblis yang membuat Da Dong bergidik ngeri melihat senyuman-senyuman itu
“Saatnya pembalasan!” ujar Chun melirik Yi Ru dan Ya Lun bergantian kemudian mereka bertiga mengangguk kompak
Tangan dan kaki Da Dong dipegang erat oleh Chun dan Yi Ru sehingga ia benar-benar dalam posisi terlentang di atas pasir pantai yang bisa dibilang cukup dingin pada malam hari. Ya Lun tersenyum begitu menyelesaikan tugasnya dengan mengubur tubuh Da Dong yang hanya menyisakan kepalanya saja tanpa pasir pantai.
“Kali ini kau akan menjadi bantal kami, hahahaha” Chun tertawa gembira diikuti dengan Yi Ru dan Ya Lun sementara Da Dong hanya bisa pasrah
Dengan terpaksa mereka harus tidur di pantai dan ditemani oleh suara deburan ombak yang menjadi musik penghantar tidur bagi mereka. Hari mulai berganti, disambut dengan indahnya pemandangan matahari terbit yang terlihat dari pantai. Matahari semakin tinggi dan mereka pun bangun dari tidurnya sambil mengucek-ngucek mata masing-masing.
“Nyaman sekali” ujar Ya Lun
“Yah, walaupun tidur di pantai tapi tetap nyenyak” tambah Yi Ru
“Hmmm, apa kita melupakan sesuatu?” tanya Chun melirik kedua sahabatnya itu
Mereka bertiga saling menatap satu sama lain dan dengan kompaknya lagi-lagi berteriak
“WANG DA DONG” teriak mereka begitu melihat Da Dong yang tubuhnya masih berselimut pasir dimana sebagai bantal mereka tidur semalam
“Apa dia mati?” tanya Ya Lun polos sedikit ketakutan
“Oh tidak, jangan sampai biang ribut ini mati disini” ujar Yi Ru
“Dia masih punya hutang padaku” ujar Chun membuat kedua sahabatnya mengalihkan perhatian padanya “Apa?” tanya Chun tegas “Aku hanya bercanda. Sudahlah, kita bongkar saja!” ajak Chun diikuti oleh Ya Lun dan Yi Ru membongkar pasir yang menyelimuti tubuh Da Dong
“Dadanya masih bergerak berarti dia masih hidup” ujar Ya Lun menunjuk ke arah dada Da Dong yang bergerak naik turun
“Next round?” tanya Chun
“Okay” jawab Yi Ru membuka mulut Da Dong sedangkan Chun memasukkan air laut dalam botol semalam ke mulut Da Dong
Tak lama kemudian Da Dong bangun dan merasa keram di sekujur tubuhnya, pasti karena semalam dijadikan bantal oleh ketiga sahabatnya. Begitu ia sadar seperti menelan sesuatu yang sangat asin dan membuatnya batuk tersendak
“Nyaannn… Asin sekali” pekik Da Dong lalu melihat ke arah ketiga sahabatnya yang sedang tertawa puas melihatnya seperti itu “Kalian? Huh…” keluh Da Dong
“Cepat bangun! Kita harus keluar dari pulau ini” pinta Chun pada ketiga sahabatnya
 Mereka terus melangkah tanpa henti entah kemana dan sudah seberapa jauh yang membuat perut mereka kelaparan karena dari semalam tidak makan. Namun ternyata perjuangan mereka tidak sia-sia begitu melihat beberapa rumah yang jaraknya tak jauh lagi, mereka langsung berlari dan mengetuk salah satu pintu rumah yang menurut feeling mereka mungkin bisa membantu karena rumah itu cukup besar jadi setidaknya orang di dalam rumah itu seharusnya bisa Bahasa Inggris untuk memudahkan berkomunikasi
Tak lama, ada seseorang yang membuka pintu dan terlihat sosok wanita separuh baya menatap mereka dari ujung kaki sampai kepala. Wanita itu mengerjap-ngerjapkan matanya seakan tidak percaya melihat 4 orang pria tampan kini berada dihadapannya
“Excuse me! Can you help us?” tanya Chun membuka suara karena wanita itu hanya diam
Sepertinya wanita separuh baya itu tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Chun, ia menggunakan isyarat tangan untuk menyuruk keempat pria itu menunggu di luar dan ia pun masuk ke dalam memanggil seseorang. Muncullah seorang gadis belia dari dalam diikuti oleh wanita separuh baya yang tadi menyambut mereka
“Hai” sapa Yi Ru ramah
Gadis itu tak bergeming, ia masih terus memandangi keempat oria yang ada di hadapannya dan membuat keempat pria itu bingung sendiri sampai salah tingkah
“Hello, Can you help us?” tanya Ya Lun kali ini
“Excuse me!” tambah Da Dong sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah gadis itu
“Arrgghhh… Wang Da Dong, FeiLunHai…” teriak gadis itu kegirangan tapi langsung berhenti seketika dan mencubit pipinya sendiri sedikit keras “Aww” pekik gadis itu “Aku idak bermimpi” batinnya
“Sepertinya dia mengenal kita” bisik Yi Ru pada Chun dan hanya anggukan sebagai jawaban dari Chun
“Excuse me! Can you help us?” tanya Chun sekali lagi dengan sopannya
“Oh ya, of course! Please!” gadis itu mengajak mereka masuk ke dalam rumahnya yang bisa dibilang cukup besar
“Cukup besar” gumam Da Dong
“Tentu saja tapi tidak mungkin lebih besar dari rumah kalian” ujar gadis itu yang mendengar ucapan Da Dong
“Kau… bisa bahasa Mandarin?” tanya Ya Lun ragu
“Aku kursus belajar Bahasa Mandarin demi kalian” ujar gadis itu dan membuat Fahrenheit sedikit terkejut
“Jadi kau mengenal kami?” tanya Da Dong mencari kepastian
“Tentu saja. Bahkan aku salah satu fans beratmu dan akan selalu menyempatkan diri menonton konser kalian dimanapun dan kapanpun” jawab gadis itu penuh semangat
“Jadi bisakah kau membantu kami?” tanya Yi Ru ragu
Gadis itu mengangguk mantap dan tersenyum membuat Fahrenheit lega melihatnya karena sepertinya mereka mendatangi rumah yang tepat.
“Baiklah, aku langsung saja. Kami tersesat disini dan bingung arah kembali ke hotel” ujar Chun pelan “Tadinya kami hanya ingin berlibur dan bermain-main di pantai tapi entahlah sepertinya terlalu jauh menyusuri pantai membuat kami lelah dan tertidur hingga tanpa sadar sudah malam membuat kami lupa arah” lanjutnya menjelaskan
Gadis itu mengengguk mengerti mendengar cerita Chun kemudian ia tersenyum semanis mungkin
“Kalian mau kembali ke Taiwan?” tanya gadis itu
“Yah, tapi kami harus kembali ke hotel dulu mengambil barang-barang disana” jawab Yi Ru ramah
“Bisa pinjam telepon rumah atau handphonemu?” tanya Ya Lun “Kami ingin menelpon manajer” tambahnya
“Ohh, silakan!” jawab gadis itu sambil memberikan ponselnya pada Ya Lun
“Xiexie ni” Ya Lun menerima telepon itu dan menekan angka-angka yang merupakan nomor handphone manajernya
Setelah selesai menelpon, Ya Lun segera mengembalikan ponsel gadis itu dan tersenyum pada ketiga sahabatnya menunjukkan kabar baik, mereka bertiga mengangguk mengerti
“Bisa antarkan kami kembali ke hotel? Atau kalau kau sibuk bisa beritahu kami saja arah kembali ke hotel” ujar Da Dong
“Aku… Hmm, aku memang ada kuliah sekarang. Oh ya, supirku mungkin bisa mengatar kalian tapi sebelum pergi, bisakah? Hmmm…” gadis itu berlari kecil dan mengambil sesuatu dari laci mejanya
“Baiklah!” jawab Fahrenheit kompak seakan mengerti maksud gadis itu
“Bibi, bantu aku ya!” pinta gadis itu manja pada wanita separuh baya yang tadi membukakan pintu untuk Fahrenheit
“Baik nona” jawab wanita itu mengambil kamera dari tangan gadis yang ia panggil nona “Sudah nona” ujar wanita itu menyerahkan kembali kamera pada majikannya
“Xiexie nimen, I really love Fahrenheit especially you, Da Dong” ujar gadis itu tersipu malu masih dengan senyum manisnya “Hmm, duibuqi. Aku tidak bisa mengantar kalian, sekarang aku harus ke kampus. Bye bye” ia menundukkan kepalanya dan melambaikan tangan pada Fahrenheit kemudian keluar dari rumahnya
“Mobil sudah siap tuan-tuan” ujar seorang pria tinggi yang sepertinya berusia 40 tahun
Fahrenheit mengikuti pria itu menuju mobil yang sudah disiapkan sebelumnya untuk mengantar mereka kembali ke hotel
“Untunglah, kita bisa kembali” Ya Lun menghela nafas panjang begitu sampai di lobby hotel
“Yah, sepertinya kali ini kita bisa berterima kasih padanya walaupun awalnya sedikit membuat kesal tapi ternyata yang menolong kita adalah fansnya” ujar Chun melirik Da Dong yang sedari tadi hanya senyum-senyum saja
“Ehemm, apakah rocker kita ini sedang jatuh cinta pada fans nya sendiri ya?” sindir Yi Ru dan berhasil menyadarkan Da Dong
“Hei, gadis itu memang cukup manis bukan?” ujar Da Dong mengelak
“Ya, terserah apa katamu saja dan yang pasti liburan kita kali ini benar-benar melelahkan” keluh Chun sambil membuka pintu kamarnya
Liburan Fahrenheit kali ini benar-benar gagal karena ulah Wang Da Dong yang bisa dibilang sok tahu tapi cukup mengesankan bagi mereka kerena ternyata bertemu seorang fans yang sangat baik dan tidak terlalu menuntut macam-macam. Setidaknya ada hikmah dibalik semua yang terjadi selama liburan mereka di Okinawa. Sampai jumpa di holiday berikutnya ^_^



THE END

No comments:

Powered by Blogger.