Nah, kali ini kita akan membahas sedikit tentang Point of View.
Ada yang sudah tahu
atau pernah dengar sebelumnya? Aku yakin kalian sudah tahu sih.
Jadi apa itu Sudut
Pandang (Point of View)?
Menurut KBBI, sudut
pandang adalah cakupan sudut bidik lensa terhadap gambar.
Nah, dalam menulis
sendiri sangat penting bagi kita menentukan Point of View (PoV) yang akan
digunakan. Kenapa? Karena PoV itulah yang menjadi modus penulis dalam
menyampaikan ceritanya.
Point of View sendiri
ada 3 jenis, yaitu:
1. PoV Orang Pertama
(PoV 1), yang biasanya menggunakan tokoh 'aku' sebagai sudut pandang. Dalam hal
ini, cerita hanya akan berpusat pada perasaan dan kejadian yang dapat ditangkap
oleh si 'aku'. PoV 1 sendiri biasanya bersifat intim karena membuat
pembaca dapat lebih dekat dengan tokoh 'aku'.
Namun, kelemahannya
terkadang memakai PoV 1 membuat penulis seakan dalam mode curhat dan tidak bisa
mencakup hal yang lebih luas. Kendala lainnya dari PoV 1 ini membuat penulis
banjir dengan serangan -ku jika kurang pandai menyiasati.
Contoh:
Aku membangunkan
kakakku untuk mengantarku ke sekolah karena hari ini aku ada kuis Bahasa
Inggris. Aku tidak boleh terlambat atau guruku akan memberi nilai E pada
rapor bayanganku nanti.
Nah, dari contoh ini
sangat jelas bagaimana serangan -ku dalam penggunaan PoV 1. Namun, tentu saja
penulis dapat menyiasatinya dengan membaca ulang kembali dan hapus yang tidak
diperlukan atau menggantinya dengan kata lain. Ya, sejenis self editing.
Berikut perbaikan dari
contoh di atas:
Aku membangunkan kakak
untuk ke sekolah karena hari ini ada kuis Bahasa Inggris. Aku tidak boleh
terlambat atau bu guru akan memberi nilai E pada rapor bayangan nanti.
Bagaimana? Lebih enak
dibaca, kan?
2. PoV Orang Kedua (PoV
2), sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti 'kamu'. Jadi narator
tidak menjadi tokoh dalam cerita. Nah, PoV 2 ini sangat jarang digunakan dalam
cerita fiksi karena jika gagal menyiasati, pembaca akan merasa seperti
ditunjuk-tunjuk dan terkesan flat (datar). Kebanyakan PoV 2 digunakan pada non
fiksi, seperti 'how to'.
Untuk PoV 2 ini aku
skip ya, karena memang jarang dipakai. Jadi, kita langsung ke PoV selanjutnya
saja.
3. PoV Orang Ketiga
(PoV 3), biasanya menggunakan kata ganti 'dia/ia' atau 'nama'. Sudut pandang
ini sangat sering digunakan oleh penulis karena dapat lebih luas mengeksplor
sebuah cerita. Berbeda dengan PoV 1 yang hanya berpusat pada tokoh 'aku', PoV 3
sifatnya lebih objektif.
Namun, kelemahan yang
sering terjadi ialah penulis seringkali mengulang penggunaan nama. Selain itu,
jika tidak dapat mengeksekusi dengan baik, penulis akan sulit menggali perasaan
tokoh utama.
Contoh:
Dea sudah berulang kali
berusaha memecahkan rumus matematika ini. Namun, bukannya mendapat jawaban, Dea
lebih memiliki keinginan untuk mencekik gurunya. Otak Dea rasanya buntu, ia
sudah tidak sanggup berpikir lagi. Masa bodoh dengan semua ini, lebih baik Dea
melanjutkan bermain gamenya.
Nah, di atas ini contoh
buruk yang gak boleh ditiru ya. Gomen ^^ Maksudku,
bisa dilihat contoh di atas, banyak menggunakan nama Dea padahal sebenarnya
dapat diakali dengan kata ganti lain.
Contoh:
Dea sudah berulang kali
berusaha memecahkan rumus matematika ini. Namun, bukannya mendapat jawaban, ia
lebih memiliki tujuan untuk mencekik sang guru. Otaknya sudah buntu, gadis
remaja itu sudah tidak sanggup berpikir lagi. Masa bodoh dengan semua ini,
lebih baik ia melanjutkan bermain game.
Perbedaannya terlihat
jelas kan? Tentu penggunaan nama sangat bisa diganti dengan yang lainnya.
Selain penggunaan nama, kendala lain pada PoV 3 adalah serangan -nya. Masih
banyak penulis yang terkadang bingung dengan penempatan -nya dalam cerita.
Baiklah, sekian
materinya.
No comments:
Post a Comment