Saturday, 24 January 2015

Rose Destiny (Part 5)


Author:: TaraChun
Main Cast::    Jiro Wang as Wang Da Dong
                        Rainie Yang as Yang Cheng Lin
Support Cast:: Fahrenheit, Mike He, Ariel Lin Yi Chen, Yang Fan | HIT– 5
Genre:: Fantasy, Romance
Length:: Chapter

Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.

Older Post: Part 1 , Part 2 , Part 3 , Part 4 

Prev Part  


“Apa maumu, hah?” bentak Yi Chen seraya berdiri tepat di depan Cheng Lin.


“Mauku?” Mike menyeringai semakin lebar, sungguh terlihat menakutkan. “Aku hanya ingin menjemput Queen of Oleander, calon istriku,” sahutnya semakin mendekat sementara kedua gadis itu mulai berjalan mundur.

“Aku tidak akan membiarkanmu membawa Cheng Lin,” Yi Chen masih merentangkan tangannya, mewaspadai gerakan Mike yang mungkin saja sama cepatnya seperti gerakan para vampire itu. Ia tidak mau melakukan kesalahan.



“Apa kau pikir aku akan menjadikan musuhku sebagai calon istri, hmm?” tanya Mike penuh penekanan seraya menampakkan kembali seringai iblisnya.

“A – apa maksudmu?” nada bicara Yi Chen yang semula penuh emosi kini berubah gugup dan ketakutan.

“Sepertinya kau cukup pandai untuk mengetahui maksudku, my queen,” sahut Mike yang kini sudah berada tepat dihadapan Yi Chen. Jarak mereka hanya terpaut sepuluh sentimeter.

Cheng Lin sendiri terlihat sudah mencerna dengan baik maksud ucapan Mike barusan. Ia terlihat panik sekarang dan dengan cepat menarik Yi Chen ke balik tubuhnya. Giliran dirinya yang melindungi Yi Chen dari Mike. Namun, sayangnya Cheng Lin masih seorang manusia sekarang. Tubuhnya kalah sigap dari Mike yang notabene memiliki kekuatan khusus. Bahkan Mike kini sudah berada di belakangnya dan menarik Yi Chen ke dalam dekapannya.

Damn! Sahabatnya sudah terkurung dalam dekapan posesif Mike sang Prince of Oleander. Yi Chen terus berusaha berontak namun tak ada hasilnya. Kekuatannya habis sudah dan tubuhnya lemas karena terlalu banyak mengeluarkan tenaga. Dalam sekejap mata mereka menghilang. Mike membawa Yi Chen pergi, sahabat terbaiknya menghilang.


“CALVIN! CALVIN! CALVIN!” Cheng Lin terus memanggil nama itu dalam hatinya, ia ingin menjerit namun akal sehatnya masih cukup berjalan baik. Saat ini ia sedang berada di sekolah, tak mungkin meneriakkan nama itu sekeras-kerasnya. Isakan tangis semakin keras terdengar dari bibirnya. “CALVIN! CALVIN!” lagi ia memanggil nama itu.


***


Saat ini di REGENNIS KINGDOM sedang disibukkan acara penyambutan kepulangan King and Queen dari REGNUM UNION. Terlihat dari seberapa antusiasnya para bangsa vampire itu menanti kabar baik dari King and Queen mereka. Berharap sudah ada jalan keluar dari mimpi buruk para makhluk immortal itu dari ancaman kepunahan.

“Semua persiapan sudah selesai?” Prince Evan datang bersama dengan Fahrenheit, memeriksa sampai sejauh mana persiapan pesta penyambutan sudah dikerjakan.

“Hampir selesai, putera mahkota,” sahut salah satu vampire yang bertugas untuk mengkoordinasi jalannya persiapan pesta penyambutan.

“Baiklah! Fahrenheit, ayo pergi!”

Perintah yang mutlak, tak terbantahkan oleh putera mahkota REGENNIS KINGDOM. Tanpa basa-basi dan menunggu lama, Fahrenheit langsung menghilang menuju ruang pertemuan bersama Prince Evan. Tentu, ada masalah serius yang harus mereka bahas.

“Jadi kakakku benar-benar akan segera kembali? Ia tidak merepotkan kalian kan?” pertanyaan Prince Evan ini sebenarnya lebih menjurus pada sosok vampire yang memiliki Fire Control pada dirinya.

“Memang sudah seharusnya kau bertanya padaku, ‘putera mahkota’! Di sini akulah yang menjadi korbannya,” sahut Jiro yang langsung menjawab pertanyaan pangeran mereka dengan menekankan kata ‘putera mahkota’.

“Oh! Benarkah?” pandangan Prince Evan memutar ke anggota Fahrenheit lainnya dengan dibalas seringaian oleh ketiga vampire tampan itu.

“Kalian semua memang bersekongkol!”

Tak ada yang membalas ucapan Jiro, mereka hanya mengangguk bersamaan seraya memamerkan evil smirk masing-masing. Menikmati karena berhasil membuat seorang Fire Control kembali bermain dengan auranya sendiri.

“SIAL!” geraman terlontar tiba-tiba dari bibir Calvin dan Prince Evan membuat ketiga vampire lainnya melihat mereka berdua yang saling tatap secara bergantian.

“Cepat pergi!” perintah Prince Evan dan saat itu juga Fahrenheit menghilang.

Yah, tentu mereka tahu maksud dari perintah Prince Evan itu. Pasti berkaitan dengan kakaknya, terjadi sesuatu dan mereka belum tahu apa sebenarnya? Hanya Calvin yang bisa dengan jelas mengetahui bagaimana panic dan frustasinya puteri mahkota dari REGENNIS KINGDOM itu, selain Prince Evan tentunya.

“Calvin, langsung bawa kakakku pulang. Light City sudah tak aman untuknya,” Prince Evan berkata melalui telepatinya.

Hanya berselang satu menit sejak meninggalkan REGENNIS KINGDOM kini Fahrenheit sudah berada di sekolah Cheng Lin. Mereka menemukan Cheng Lin tengah menangis sendirian tanpa Yi Chen, sahabatnya. Ke mana gadis itu?

“Princess Rainie?” panggilan itu membuat Cheng Lin mengangkat wajahnya yang sejak tadi menunduk berurai air mata.

Tentu ia tahu siapa yang memanggil dirinya dengan sebutan itu. Hanya mereka, para vampire tampan itu. Entah sugesti dari otaknya yang sedang kalut, Cheng Lin langsung menghambur memeluk Jiro yang baru datang bersama anggota Fahrenheit lainnya.

“Apa yang terjadi?” tanya Jiro sedikit kaku karena spontanitas Cheng Lin yang memeluknya tiba-tiba.

“Yi Chen … Dia … Mike membawa Yi Chen pergi,” dengan terisak tangisnya Cheng Lin memberitahu pada Fahrenheit hal yang membuatnya menangis.

Tak ada jawaban dari keempat vampire tampan itu. Mereka masih mberpikir untuk apa Mike, Pangeran Oleander itu membawa Yi Chen? Bukankah yang mengancam keberadaan bangsa Oleander adalah puteri mahkota mereka? Oh, mereka harus mendapat jawaban dari Cheng Lin tapi bagaimana? Gadis ini terlihat masih shock dengan yang terjadi pada sahabat baiknya.

“Sebenarnya apa yang terjadi?” desis Calvin tak mengerti karena Prince Evan pun tidak memberitahunya tentang masalah ini.

“Sebaiknya kau ikut dengan kami sekarang juga ke REGENNIS KINGDOM, princess! Light City sudah bukan lagi tempat yang aman untukmu,” ajak Zun yang dibenarkan oleh ketiga vempire lainnya.

Tanpa menunggu jawaban dari Cheng Lin, mereka semua langsung berteleportasi membawa puteri mahkota yang masih berada dalam pelukan Jiro. Dalam hitungan detik mereka sudah berada di REGENNIS KINGDOM dan menuju ruangan Prince Evan.

Hanya berselang beberapa detik dari Fahrenheit serta Cheng Lin, King and Queen REGENNIS KINGDOM  juga tiba di kerajaan. Mereka kini sudah berkumpul di sebuah ruangan yang lengkap dengan singgasana raja dan permaisurinya. Yah, saatnya tiba untuk mengembalikan puteri mahkota bersama mereka.

“Akhirnya kita bertemu lagi putriku,” ujar Queen Anne, ratu sekaligus permaisuri kerajaan bangsa vampire dan tentunya ibu kandung dari Cheng Lin atau yang dikenal dengan Princess Rainie.

Cheng Lin masih terpaku di tempatnya, menatap lurus sosok wanita cantik di usianya yang mungkin saja empat puluh tahun. Sungguh ia tak percaya melihat wanita yang dipikirnya seorang malaikat. Entahlah, wanita itu sungguh anggun dan berwibawa dengan pesona yang tentu tak bisa ditolak oleh siapapun. Dan tadi wanita itu memanggilnya apa? Putriku?

“Oh, God! Benarkah ini? Aku seorang puteri mahkota dari kerajaan bangsa vampire? Sulit dipercaya!” tanpa sadar Cheng Lin menyuarakan isi peikirannya.

“Yah, kau memang benar putriku,” kali ini King Wayne, raja dari kerajaan bangsa vampire yang menjawab pertanyaan dari gadis manis yang masih tertegun dengan apa yang sedang ia hadapi.

Tidak! Cheng Lin menggelengkan kepalanya masih tak percaya dengan semua ini terlebih ruangan tempatnya berpijak sekarang benar-benar terlihat aneh dan klasik. Yah, seperti kastil kuno di Eropa yang pernah ia lihat dari televisi. Dominasi warna merah dan cokelat kayu yang sungguh menunjukkan betapa elegan dan klasiknya tempat ini. Benarkah ia berada di kerajaan saat ini?

Ah ya, hampir saja ia melupakan tujuan utamanya karena terlalu terpesona dan larut dengan segala hal menakjubkan yang terjadi padanya saat ini. Bagaimana keadaan Yi Chen sekarang? Ia yakin sahabatnya yang terkadang menyebalkan dan sok berani itu pasti sedang ketakutan menjadi tawanan dari makhluk yang dikatakan oleh bangsa vampire ini dengan nama Oleander.

“Kami pasti akan berusaha menyelamatkan sahabatmu tapi sebelumnya ada hal yang wajib dan harus kau lakukan terlebih dahulu,” Cheng Lin baru menyadari jika sejak tadi memang ada seorang pria lagi di ruangan ini dan siapa pria yang baru saja bicara padanya itu?

“Aku Prince Evan, adikmu Princess Rainie.”

Jadi dia yang sering dipanggil Prince Evan oleh keempat vampire tampan ini. Dan tadi dia bilang adik? Oh, jadi aku juga punya adik seorang vampire tampan? Astaga, apakah makhluk-makhluk di kerjaan ini semuanya memiliki wajah yang rupawan? Ah, hampir saja ia lupa lagi.

“Apa yang bisa kulakukan untuk menyelamatkan Yi Chen?” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Cheng Lin setelah memperoleh kesadarannya kembali dari pesona terhadap vampire-vampire dalam ruangan ini.

Yah, tentu Cheng Lin tidak mau terlihat bodoh lagi dengan berbasa-basi jadi ia langsung menanyakan poin utama dari isi pikirannya. Yi Chen. Ia harus menyelamatkan sahabatnya itu dari tangan Oleander.

“Sebelumnya kau harus kembali menjadi vampire seperti kami,” sahut Prince Evan dan membuat kening Cheng Lin berkerut.

Bagaimana bisa? Apakah aku akan saling bertukar darah dengan vampire yang katanya adikku dan bernama Prince Evan ini seperti Kuran Kaname dan Cross Yuki. Ah, bukan, sepertinya aku lebih baik menyebut Kuran Yuki dari anime Vampire Knight yang pernah kutonton. Astaga, apa yang kupikirkan? Kenapa harus lari ke anime? Ini nyata Cheng Lin, bukan khayalanmu belaka! Tunggu, jadi siapa namaku sekarang? Cheng Lin atau Rainie seperti yang mereka katakan?” gerutu Cheng Lin dalam hatinya dengan pergulatan panjang yang entah sudah berlari jauh hingga ke anime.

Terlihat jelas tiga vampire Origin yang tak lain King and Queen serta Prince Evan menahan tawanya begitupula dengan Calvin yang tanpa sengaja ikut membaca pikiran Cheng Lin. Astaga, betapa lucu dan polosnya pemikiran puteri mahkota mereka.

Anime? Vampire Knight? Tentu mereka tahu itu. Yah, bukan berarti karna hidup sudah beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun lamanya membuat mereka terlihat seperti makhluk kuno yang tidak tahu apa-apa. Walau tidak tinggal di Light City namun mereka mengikuti perkembangan yang ada di dunia terang itu karena puteri mahkota mereka terdampar di sana.

Karena tak tahan akhirnya tawa King Wayne meledak sudah diikuti oleh Queen Anne, Prince Evan, dan juga Calvin tentunya. Hal itu sukses membuat Cheng Lin bingung dengan kerutan di dahinya dan alis yang hampir menyatu. Kenapa mereka tertawa? Apa ada sesuatu yang lucu terjadi dan ia lewatkan?

Berbeda dengan Cheng Lin yang kebingungan, ketiga anggota Fahrenheit lainnya mendengus kesal melihat Calvin tertawa. Enak sekali dia memiliki kekuatan Mind Control. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh Princess Rainie? Itulah yang menjadi pertanyaan ketiga vampire tampan itu.

“Ehem …. Bisa kami tahu ada apa sebenarnya ini?” Jiro mulai bersuara karena kesa dengan hal-hal yang tak ia ketahui sehingga membuat tiga vampire yang ia hormati dan sahabatnya ini tak berhenti tertawa.

“Oh, maaf!” Calvin menyadari tatapan tajam dari ketiga sahabatnya yang ditujukan padanya sehingga ia menghentikan tawa dengan senyuman lebarnya.

“Jadi?” Cukup satu kata yang menjadi pertanyaan untuk mendapat penjelasan.

“Baiklah, putriku! Mungkin saat ini kau memang masih bingung dengan apa yang harus kau lakukan untuk merubah diri menjadi vampire kembali. Semua akan kami jelaskan besok bertepatan dengan upacara perubahan dirimu jadi bersiaplah.”

King Wayne menjelaskan sedikit tentang yang akan Cheng Lin hadapi besok atau lebih tepatnya apa yang memang harus ia lakukan esok hari. Upacara perubahan kembali menjadi vampire bagi Vampire Origin ini merupakan yang pertama kalinya terjadi. King Wayne, melirik Queen Anne untuk memberitahu putrinya sesuatu.

“Putriku, besok setelah kau lahir kembali menjadi vampire maka namanu juga akan resmi berganti menjadi Rainie. Bisakanlah ketika kau mendengar para bangsa vampire di sini akan memanggilmu Princess Rainie karena memang itulah namamu sebenarnya. Sekarang istirahatlah, nanti akan ada yang membantumu untuk bersiap mengikuti acara hari ini,” jelas Queen Anne yang hanya dijawab anggukan kecil oleh Cheng Lin karena memang otaknya masih sibuk mencerna kata-kata yang diucapkan oleh King and Queen dari bangsa vampire ini.

“Ah, dan kakakku sayang. Ini memang sedikit mirip dengan anime Vampire Knight yang kau tonton itu. Hanya keturunan Vampire Origin yang bisa saling bertukar darah untuk nantinya mereka menjadi pasangan. Kau tidak akan bisa memilih yang lain karena selamanya akan terikat dengan pasanganmu seperti King Wayne dan Queen Anne atau bisa dikatakan lebih tepatnya ayah dan ibu kita,” Prince Evan tersenyum kecil melihat mata Cheng Lin yang membulat sempurna dan menatapnya tak percaya.

“Jadi benar seperti Kuran Kaname dan Kuran Yuki? Astaga!” maksud ingin bicara dalam hati tapi sama seperti sebelumnya, Cheng Lin menyuarakan isi pikirannya. “Ah, aku pasti bisa gila!” gerutunya lagi.

Jadi hal itu yang dipikirkan oleh Princess Rainie hingga membuat ketiga Vampire Origin dan Calvin tertawa geli? Benar-benar tak bisa dipercaya dan sangat kekanak-kanakan, itulah yang dipikirkan oleh ketiga anggota Fahrenheit lainnya. Namun, berbeda dengan Cheng Lin yang memang merasakan kehidupannya berubah karena hal aneh dan di luar akal sehat manusia ini. Sungguh, ia merasa sedang berada di antara dua dimensi sekarang.

“Tak perlu dipikirkan putriku, sebaiknya kau istirahat dulu untuk acara nanti malam. Jiro, antarkan Princess Rainie ke kamarnya,” perintah King Wayne pada Jiro tegas tak terbantahkan.

“Baiklah, permisi!” sahut Jiro dan langsung berbalik setelah memberi penghormatan dengan anggukan kepalan singkat dan diikuti dengan Cheng Lin yang membungkukkan badannya Sembilan puluh derajat sebelum benar-benar keluar dari ruangan itu.

“Kalian juga bisa keluar dan membantu persiapan untuk acarananti,” perintah King Wayne pada Zun, Aaron, dan Calvin yang langsung ditanggapi anggukan singkat oleh ketiganya seraya pergi meninggalkan ruangan dan menyisakan ketiga Vampire Origin di dalamnya.

“Dia banyak berubah,” ujar Queen Anne setelah kepergian Fahrenheit dan Cheng Lin.

“Yah, kau benar. Rainie memang cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan karena itu juga yang membuatnya harus dikirim ke Light City,” King Wayne menimpali ucapan ratunya dan mendapat tatapan sendu dari Queen Anne serta helaan nafas berat dari Prince Evan.

“Itu salah satu kelebihan yang bisa mencelakai dirinya sendiri. Andai saja dia tak cepat beradaptasi pasti semuanya berbeda,” tanggap Prince Evan serayamengusap wajahnya gusar.

“Itu hanya karena faktor ketidaksengajaan. Kakakmu sendiri tak pernah berharap bisa menemukan Florennis di usianya saat itu,” ujar Queen Anne lembut dan tersenyum penuh pengertian pada putra bungsunya.

Yah, Cheng Lin atau lebih baik mulai saat ini dipanggil dengan nama Princess Rainie itu memang dulu tak sengaja menemukan Florennis, bunga yang menjadi penopang dari kehidupan bangsanya. Ah, sulit menjelaskan memang sebenarnya bukan juga faktor ketidaksengajaan. Mungkin lebih tepat, keberuntungan?

Benar, keberuntungan memang dulu Princess Rainie kecil bertemu dengan pemimpin werewolf  yang sedang berburu. Gadis kecil yang tak lain vampire origin itu terlihat begitu polos dan lucu di mata pemimpin werewolf saat itu. Sehingga werewolf yang sudah berusia ribuan tahun dan mengetahui ajalnya tak akan lama lagi membawa gadis itu ke dalam hutan.

Entahlah, mungkin saja werewolf tua itu memang sudah mengetahui jika suatu saat akan terjadi masalah besar seperti ini pada kestabilan REGNUM UNION. Saat itu ia mengajak Princess Rainie di punggungnya dan membawa gadis kecil itu ke tempat Florennis berada. Dan seperti sudah ditakdirkan jika suatu saat nanti hanya Princess Rainie saja yang mengetahui tempat itu dan bisa mengembalikan kedamaian itu.

Saat pulang ke REGENNIS KINGDOM, Princess Rainie kecil langsung menceritakan pengalaman serunya bersama kakek werewolf, begitulah ia memanggil werewolf  tua itu. Ibunya hanya tersenyum miris saat tahu jika putrinya menjadi kunci dari keabadian REGNUM UNION terutama bangsa vampire. Oleh sebab itu, terpaksa King Wayne mengunci ingatan putrinya sendiri dan mengirim ke Light City untuk bereinkarnasi menjadi manusia sementara.

“Pergilah Evan! Bantu Fahrenheit untuk acara nanti dan pastikan persiapan upacara besok sempurna tanpa cacat!” perintah King Wayne setelah sekian lama keheningan melanda ruangan itu karena pikiran mereka berlari ke masa lalu.

***

“Lepaskan aku!” teriakan menggema di dalam sebuah kamar luas dan megah yang hanya diisi oleh seorang gadis dengan aktivitasnya sejak tadi tak henti menggedor pintu.

Sayangnya tak ada satu pun orang yang akan mengeluarkannya walau mendengar lengkingan gadis manis itu. Yah, siapa yang berani melawan perintah dari Prince of Oleander yang akan segera diangkat menjadi raja dari bangsa Oleander tersebut. Terlebih yang di dalam kamar itu adalah calon Queen mereka. Tentu jika tak ingin terkena amukan dari calon King mereka maka cukup dengan menuruti perintah saja.

“MIKE!” lagi, teriakan itu terdengar menyerukan nama seseorang yang sudah membawa dan mengurungnya dalam kamar luas di sebuah kastil megah ini.

Bisa ditebak dengan mudah jika gadis manis dalam ruangan itu adalah Yi Chen yang diculik oleh Mike saat di sekolah tadi. Entah sebenarnya apa alasan Mike ingin menjadikan Yi Chen sebagai Queen of Oleander, pendampingnya. Pria yang sejak tadi diteriakkan namanya itu mulai bosan dan akhirnya dalam sekejap sudah berada di hadapan Yi Chen.

“Kau? Bagaimana kau masuk?” seru Yi Chen terkejut melihat Mike sudah berada di dalam kamar yang sama dengannya, matanya membulat sempurna terlebih ketika melihat evil smirk pria itu.

“Merindukanku, hm?” pertanyaan itu terlontar dari bibir Mike diikuti seringaiannya tanpa menjawab pertanyaan Yi Chen sebelumnya.

“Hanya dalam mimpimu!” bentak Yi Chen yang juga tak peduli dengan jawaban dari kemunculan tiba-tiba Mike di kamar ini. “Keluarkan aku dari tempat ini!” lanjutnya dengan nada tinggi dan tatapan mata tajam terarah pada pria tampan di hadapannya.

“Tidak!” satu kata, hanya itu jawaban dari bibir Mike membuat Yi Chen menganga tak percaya.

“Kenapa? Kenapa kau membawaku ke sini? Aku tidak mengerti sama sekali. Lalu apa maksudmu mengatakan di sekolah tadi jika aku adalah calon Queen of Oleander, hah?” Yi Chen memborong pertanyaan hingga lupa bernafas dan membuatnya terengah-engah, emosinya sudah ingin ia luapkan sejak tadi pada pria bernama Mike ini.

“Bukankah aku sudah memberitahu alasannya padamu tadi?”

“Aku tahu bukan itu alasannya, sangat tidak masuk akal jika kau membawaku hanya karena tidak ingin menjadikan musuhmu sebagai ratu di kerajaanmu sendiri,” sahut Yi Chen cepat, ia tak ingin Mike mengelak dan mencari alasan-alasan aneh lainnya.

“Ternyata kau cukup pintar dari yang kubayangkan Ariel,” balas Mike dengan seringainya.

“Ariel? Aku? Hei! Namaku Lin Yi Chen, bukan Ariel! Cepat jelaskan!” perintah Yi Chen dengan dahi berkerut, ia masih memikirkan kenapa Mike memanggilnya Ariel.

Bukankah itu nama seekor putri duyung? Astaga, apa yang ia pikirkan? Pikirannya kini benar-benar kacau. Apakah dulunya Yi Chen adalah seorang mermaid bernama Ariel yang kehilangan suaranya itu? Lalu ia sama seperti Cheng Lin bereinkarnasi menjadi manusia. Oh, benar-benar tidak masuk akal. Yi Chen menggelengkan kepalanya, kesal dengan kekacauan pikirannya saat ini.

Vampire-vampire itu terlalu bodoh karena hanya memikirkan bagaimana kelangsungan hidup bangsa mereka hingga melupakan satu hal penting di sini. Itu kau, Ariel.”

“Jangan panggil aku Ariel, namaku Yi Chen!” bentak Yi Chen frustasi karena ia sendiri masih tidak mengerti dengan maksud ucapan Mike tentang dirinya yang penting? Apa maksud pria ini dan kenapa harus memanggilnya Ariel?

“Jangan berteriak padaku, Ariel!” bentak Mike keras hingga suaranya ikut menggema dalam kamar ini membuat Yi Chen bergidik ngeri mendengarnya terlebih kini Mike menatapnya tajam seolah ingin menerkam mangsa.

“Kau sendiri berhenti memanggilku Ariel dan jelaskan semuanya dengan benar. Apa maksudmu dengan aku yang menjadi bagian penting, hah? Seberapa jauh kau mengetahui tentangku? Kenapa aku tidak tahu apa-apa?” suara Yi Chen melemah, ia benar-benar frustasi saat ini, matanya berkaca-kaca ingin menumpahkan genangan air yang sudah siap untuk jatuh menganak sungai di pipinya.

“Cukup, jangan menangis, Ariel!” pinta Mike, nada suaranya melembut. “Kau akan segera mengetahui segalanya jika memang semua sudah tepat pada waktunya,” lanjut Mike dan seketika menghilang dari kamar itu meninggalkan Yi Chen sendirian.

“Apa maksud semua ini? Apa hubungannya denganku? Cheng Lin, aku membutuhkanmu di sini. Tolong aku!” lirihnya sambil memejamkan mata, tubuh gadis manis itu terkulai lemah di lantai yang dingin memikirkan identitas dirinya sendiri dengan air mata yang setia menemani.
 

To be Continue ....

No comments:

Powered by Blogger.