Author::
TaraChun
Main
Cast:: Jiro Wang as Wang Da Dong
Rainie Yang as Yang
Cheng Lin
Support
Cast:: Fahrenheit, Mike He, Ariel Lin Yi Chen, Yang Fan | HIT– 5
Genre::
Fantasy, Romance
Length::
Chapter
Disclaimer:: Saya membuat cerita akan
selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi
mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan
mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.
Prev Part
“Apa maumu, hah?”
bentak Yi Chen seraya berdiri tepat di depan Cheng Lin.
“Mauku?” Mike
menyeringai semakin lebar, sungguh terlihat menakutkan. “Aku hanya ingin
menjemput Queen of Oleander, calon
istriku,” sahutnya semakin mendekat sementara kedua gadis itu mulai berjalan
mundur.
“Aku tidak akan
membiarkanmu membawa Cheng Lin,” Yi Chen masih merentangkan tangannya,
mewaspadai gerakan Mike yang mungkin saja sama cepatnya seperti gerakan para
vampire itu. Ia tidak mau melakukan kesalahan.
“Apa kau pikir aku akan
menjadikan musuhku sebagai calon istri, hmm?” tanya Mike penuh penekanan seraya
menampakkan kembali seringai iblisnya.
“A – apa maksudmu?”
nada bicara Yi Chen yang semula penuh emosi kini berubah gugup dan ketakutan.
“Sepertinya kau cukup
pandai untuk mengetahui maksudku, my
queen,” sahut Mike yang kini sudah berada tepat dihadapan Yi Chen. Jarak
mereka hanya terpaut sepuluh sentimeter.
Cheng Lin sendiri
terlihat sudah mencerna dengan baik maksud ucapan Mike barusan. Ia terlihat
panik sekarang dan dengan cepat menarik Yi Chen ke balik tubuhnya. Giliran
dirinya yang melindungi Yi Chen dari Mike. Namun, sayangnya Cheng Lin masih
seorang manusia sekarang. Tubuhnya kalah sigap dari Mike yang notabene memiliki
kekuatan khusus. Bahkan Mike kini sudah berada di belakangnya dan menarik Yi
Chen ke dalam dekapannya.
Damn!
Sahabatnya sudah terkurung dalam dekapan posesif Mike sang Prince of Oleander. Yi Chen terus berusaha berontak namun tak ada
hasilnya. Kekuatannya habis sudah dan tubuhnya lemas karena terlalu banyak
mengeluarkan tenaga. Dalam sekejap mata mereka menghilang. Mike membawa Yi Chen
pergi, sahabat terbaiknya menghilang.
“CALVIN! CALVIN!
CALVIN!” Cheng Lin terus memanggil nama itu dalam hatinya, ia ingin menjerit
namun akal sehatnya masih cukup berjalan baik. Saat ini ia sedang berada di
sekolah, tak mungkin meneriakkan nama itu sekeras-kerasnya. Isakan tangis
semakin keras terdengar dari bibirnya. “CALVIN! CALVIN!” lagi ia memanggil nama
itu.
***
Saat ini di REGENNIS KINGDOM sedang disibukkan acara
penyambutan kepulangan King and Queen dari REGNUM
UNION. Terlihat dari seberapa antusiasnya para bangsa vampire itu menanti
kabar baik dari King and Queen mereka. Berharap sudah ada jalan keluar dari
mimpi buruk para makhluk immortal itu dari ancaman kepunahan.
“Semua persiapan sudah
selesai?” Prince Evan datang bersama dengan Fahrenheit, memeriksa sampai sejauh
mana persiapan pesta penyambutan sudah dikerjakan.
“Hampir selesai, putera
mahkota,” sahut salah satu vampire yang bertugas untuk mengkoordinasi jalannya
persiapan pesta penyambutan.
“Baiklah! Fahrenheit,
ayo pergi!”
Perintah yang mutlak,
tak terbantahkan oleh putera mahkota REGENNIS
KINGDOM. Tanpa basa-basi dan menunggu lama, Fahrenheit langsung menghilang
menuju ruang pertemuan bersama Prince Evan. Tentu, ada masalah serius yang
harus mereka bahas.
“Jadi kakakku
benar-benar akan segera kembali? Ia tidak merepotkan kalian kan?” pertanyaan
Prince Evan ini sebenarnya lebih menjurus pada sosok vampire yang memiliki Fire Control pada dirinya.
“Memang sudah
seharusnya kau bertanya padaku, ‘putera mahkota’! Di sini akulah yang menjadi
korbannya,” sahut Jiro yang langsung menjawab pertanyaan pangeran mereka dengan
menekankan kata ‘putera mahkota’.
“Oh! Benarkah?”
pandangan Prince Evan memutar ke anggota Fahrenheit lainnya dengan dibalas
seringaian oleh ketiga vampire tampan itu.
“Kalian semua memang
bersekongkol!”
Tak ada yang membalas
ucapan Jiro, mereka hanya mengangguk bersamaan seraya memamerkan evil smirk
masing-masing. Menikmati karena berhasil membuat seorang Fire Control kembali bermain dengan auranya sendiri.
“SIAL!” geraman
terlontar tiba-tiba dari bibir Calvin dan Prince Evan membuat ketiga vampire
lainnya melihat mereka berdua yang saling tatap secara bergantian.
Yah, tentu mereka tahu
maksud dari perintah Prince Evan itu. Pasti berkaitan dengan kakaknya, terjadi
sesuatu dan mereka belum tahu apa sebenarnya? Hanya Calvin yang bisa dengan
jelas mengetahui bagaimana panic dan frustasinya puteri mahkota dari REGENNIS KINGDOM itu, selain Prince Evan
tentunya.
“Calvin, langsung bawa
kakakku pulang. Light City sudah tak
aman untuknya,” Prince Evan berkata melalui telepatinya.
Hanya berselang satu
menit sejak meninggalkan REGENNIS KINGDOM
kini Fahrenheit sudah berada di sekolah Cheng Lin. Mereka menemukan Cheng Lin
tengah menangis sendirian tanpa Yi Chen, sahabatnya. Ke mana gadis itu?
“Princess Rainie?”
panggilan itu membuat Cheng Lin mengangkat wajahnya yang sejak tadi menunduk
berurai air mata.
Tentu ia tahu siapa
yang memanggil dirinya dengan sebutan itu. Hanya mereka, para vampire tampan
itu. Entah sugesti dari otaknya yang sedang kalut, Cheng Lin langsung
menghambur memeluk Jiro yang baru datang bersama anggota Fahrenheit lainnya.
“Apa yang terjadi?”
tanya Jiro sedikit kaku karena spontanitas Cheng Lin yang memeluknya tiba-tiba.
“Yi Chen … Dia … Mike
membawa Yi Chen pergi,” dengan terisak tangisnya Cheng Lin memberitahu pada
Fahrenheit hal yang membuatnya menangis.
Tak ada jawaban dari keempat
vampire tampan itu. Mereka masih mberpikir untuk apa Mike, Pangeran Oleander
itu membawa Yi Chen? Bukankah yang mengancam keberadaan bangsa Oleander adalah
puteri mahkota mereka? Oh, mereka harus mendapat jawaban dari Cheng Lin tapi
bagaimana? Gadis ini terlihat masih shock dengan yang terjadi pada sahabat
baiknya.
“Sebenarnya apa yang
terjadi?” desis Calvin tak mengerti karena Prince Evan pun tidak memberitahunya
tentang masalah ini.
“Sebaiknya kau ikut
dengan kami sekarang juga ke REGENNIS
KINGDOM, princess! Light City sudah bukan lagi tempat yang
aman untukmu,” ajak Zun yang dibenarkan oleh ketiga vempire lainnya.
Tanpa menunggu jawaban
dari Cheng Lin, mereka semua langsung berteleportasi membawa puteri mahkota
yang masih berada dalam pelukan Jiro. Dalam hitungan detik mereka sudah berada
di REGENNIS KINGDOM dan menuju
ruangan Prince Evan.
Hanya berselang
beberapa detik dari Fahrenheit serta Cheng Lin, King and Queen REGENNIS KINGDOM juga tiba di kerajaan. Mereka kini sudah
berkumpul di sebuah ruangan yang lengkap dengan singgasana raja dan
permaisurinya. Yah, saatnya tiba untuk mengembalikan puteri mahkota bersama
mereka.
“Akhirnya kita bertemu
lagi putriku,” ujar Queen Anne, ratu sekaligus permaisuri kerajaan bangsa
vampire dan tentunya ibu kandung dari Cheng Lin atau yang dikenal dengan
Princess Rainie.
Cheng Lin masih terpaku
di tempatnya, menatap lurus sosok wanita cantik di usianya yang mungkin saja
empat puluh tahun. Sungguh ia tak percaya melihat wanita yang dipikirnya
seorang malaikat. Entahlah, wanita itu sungguh anggun dan berwibawa dengan
pesona yang tentu tak bisa ditolak oleh siapapun. Dan tadi wanita itu
memanggilnya apa? Putriku?
“Oh, God! Benarkah ini?
Aku seorang puteri mahkota dari kerajaan bangsa vampire? Sulit dipercaya!”
tanpa sadar Cheng Lin menyuarakan isi peikirannya.
“Yah, kau memang benar
putriku,” kali ini King Wayne, raja dari kerajaan bangsa vampire yang menjawab
pertanyaan dari gadis manis yang masih tertegun dengan apa yang sedang ia
hadapi.
Tidak! Cheng Lin
menggelengkan kepalanya masih tak percaya dengan semua ini terlebih ruangan
tempatnya berpijak sekarang benar-benar terlihat aneh dan klasik. Yah, seperti
kastil kuno di Eropa yang pernah ia lihat dari televisi. Dominasi warna merah
dan cokelat kayu yang sungguh menunjukkan betapa elegan dan klasiknya tempat
ini. Benarkah ia berada di kerajaan saat ini?
Ah ya, hampir saja ia
melupakan tujuan utamanya karena terlalu terpesona dan larut dengan segala hal
menakjubkan yang terjadi padanya saat ini. Bagaimana keadaan Yi Chen sekarang?
Ia yakin sahabatnya yang terkadang menyebalkan dan sok berani itu pasti sedang
ketakutan menjadi tawanan dari makhluk yang dikatakan oleh bangsa vampire ini
dengan nama Oleander.
“Kami pasti akan
berusaha menyelamatkan sahabatmu tapi sebelumnya ada hal yang wajib dan harus
kau lakukan terlebih dahulu,” Cheng Lin baru menyadari jika sejak tadi memang
ada seorang pria lagi di ruangan ini dan siapa pria yang baru saja bicara
padanya itu?
“Aku Prince Evan,
adikmu Princess Rainie.”
Jadi dia yang sering
dipanggil Prince Evan oleh keempat vampire tampan ini. Dan tadi dia bilang
adik? Oh, jadi aku juga punya adik seorang vampire tampan? Astaga, apakah
makhluk-makhluk di kerjaan ini semuanya memiliki wajah yang rupawan? Ah, hampir
saja ia lupa lagi.
“Apa yang bisa
kulakukan untuk menyelamatkan Yi Chen?” pertanyaan itu meluncur begitu saja
dari bibir Cheng Lin setelah memperoleh kesadarannya kembali dari pesona
terhadap vampire-vampire dalam ruangan ini.
Yah, tentu Cheng Lin
tidak mau terlihat bodoh lagi dengan berbasa-basi jadi ia langsung menanyakan
poin utama dari isi pikirannya. Yi Chen. Ia harus menyelamatkan sahabatnya itu
dari tangan Oleander.
“Sebelumnya kau harus
kembali menjadi vampire seperti kami,” sahut Prince Evan dan membuat kening
Cheng Lin berkerut.
“Bagaimana bisa? Apakah aku akan saling bertukar darah dengan vampire
yang katanya adikku dan bernama Prince Evan ini seperti Kuran Kaname dan Cross
Yuki. Ah, bukan, sepertinya aku lebih baik menyebut Kuran Yuki dari anime Vampire
Knight yang pernah kutonton. Astaga, apa yang kupikirkan? Kenapa harus lari ke
anime? Ini nyata Cheng Lin, bukan khayalanmu belaka! Tunggu, jadi siapa namaku
sekarang? Cheng Lin atau Rainie seperti yang mereka katakan?” gerutu Cheng Lin
dalam hatinya dengan pergulatan panjang yang entah sudah berlari jauh hingga ke
anime.
Terlihat jelas tiga
vampire Origin yang tak lain King and
Queen serta Prince Evan menahan tawanya begitupula dengan Calvin yang tanpa
sengaja ikut membaca pikiran Cheng Lin. Astaga, betapa lucu dan polosnya
pemikiran puteri mahkota mereka.
Anime?
Vampire Knight? Tentu mereka tahu itu. Yah, bukan
berarti karna hidup sudah beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun lamanya
membuat mereka terlihat seperti makhluk kuno yang tidak tahu apa-apa. Walau
tidak tinggal di Light City namun
mereka mengikuti perkembangan yang ada di dunia terang itu karena puteri
mahkota mereka terdampar di sana.
Karena tak tahan
akhirnya tawa King Wayne meledak sudah diikuti oleh Queen Anne, Prince Evan,
dan juga Calvin tentunya. Hal itu sukses membuat Cheng Lin bingung dengan
kerutan di dahinya dan alis yang hampir menyatu. Kenapa mereka tertawa? Apa ada
sesuatu yang lucu terjadi dan ia lewatkan?
Berbeda dengan Cheng
Lin yang kebingungan, ketiga anggota Fahrenheit lainnya mendengus kesal melihat
Calvin tertawa. Enak sekali dia memiliki kekuatan Mind Control. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh Princess Rainie?
Itulah yang menjadi pertanyaan ketiga vampire tampan itu.
“Ehem …. Bisa kami tahu
ada apa sebenarnya ini?” Jiro mulai bersuara karena kesa dengan hal-hal yang
tak ia ketahui sehingga membuat tiga vampire yang ia hormati dan sahabatnya ini
tak berhenti tertawa.
“Oh, maaf!” Calvin
menyadari tatapan tajam dari ketiga sahabatnya yang ditujukan padanya sehingga
ia menghentikan tawa dengan senyuman lebarnya.
“Jadi?” Cukup satu kata
yang menjadi pertanyaan untuk mendapat penjelasan.
“Baiklah, putriku!
Mungkin saat ini kau memang masih bingung dengan apa yang harus kau lakukan
untuk merubah diri menjadi vampire kembali. Semua akan kami jelaskan besok
bertepatan dengan upacara perubahan dirimu jadi bersiaplah.”
King Wayne menjelaskan
sedikit tentang yang akan Cheng Lin hadapi besok atau lebih tepatnya apa yang
memang harus ia lakukan esok hari. Upacara perubahan kembali menjadi vampire
bagi Vampire Origin ini merupakan
yang pertama kalinya terjadi. King Wayne, melirik Queen Anne untuk memberitahu
putrinya sesuatu.
“Putriku, besok setelah
kau lahir kembali menjadi vampire maka namanu juga akan resmi berganti menjadi
Rainie. Bisakanlah ketika kau mendengar para bangsa vampire di sini akan
memanggilmu Princess Rainie karena memang itulah namamu sebenarnya. Sekarang
istirahatlah, nanti akan ada yang membantumu untuk bersiap mengikuti acara hari
ini,” jelas Queen Anne yang hanya dijawab anggukan kecil oleh Cheng Lin karena
memang otaknya masih sibuk mencerna kata-kata yang diucapkan oleh King and
Queen dari bangsa vampire ini.
“Ah, dan kakakku
sayang. Ini memang sedikit mirip dengan anime Vampire Knight yang kau tonton itu. Hanya keturunan Vampire Origin yang bisa saling bertukar
darah untuk nantinya mereka menjadi pasangan. Kau tidak akan bisa memilih yang
lain karena selamanya akan terikat dengan pasanganmu seperti King Wayne dan
Queen Anne atau bisa dikatakan lebih tepatnya ayah dan ibu kita,” Prince Evan
tersenyum kecil melihat mata Cheng Lin yang membulat sempurna dan menatapnya
tak percaya.
“Jadi benar seperti Kuran Kaname dan Kuran Yuki? Astaga!” maksud ingin bicara dalam hati tapi sama
seperti sebelumnya, Cheng Lin menyuarakan isi pikirannya. “Ah, aku pasti bisa
gila!” gerutunya lagi.
Jadi hal itu yang
dipikirkan oleh Princess Rainie hingga membuat ketiga Vampire Origin dan Calvin tertawa geli? Benar-benar tak bisa
dipercaya dan sangat kekanak-kanakan, itulah yang dipikirkan oleh ketiga
anggota Fahrenheit lainnya. Namun, berbeda dengan Cheng Lin yang memang
merasakan kehidupannya berubah karena hal aneh dan di luar akal sehat manusia
ini. Sungguh, ia merasa sedang berada di antara dua dimensi sekarang.
“Tak perlu dipikirkan
putriku, sebaiknya kau istirahat dulu untuk acara nanti malam. Jiro, antarkan
Princess Rainie ke kamarnya,” perintah King Wayne pada Jiro tegas tak
terbantahkan.
“Baiklah, permisi!” sahut
Jiro dan langsung berbalik setelah memberi penghormatan dengan anggukan kepalan
singkat dan diikuti dengan Cheng Lin yang membungkukkan badannya Sembilan puluh
derajat sebelum benar-benar keluar dari ruangan itu.
“Kalian juga bisa
keluar dan membantu persiapan untuk acarananti,” perintah King Wayne pada Zun,
Aaron, dan Calvin yang langsung ditanggapi anggukan singkat oleh ketiganya
seraya pergi meninggalkan ruangan dan menyisakan ketiga Vampire Origin di dalamnya.
“Dia banyak berubah,”
ujar Queen Anne setelah kepergian Fahrenheit dan Cheng Lin.
“Yah, kau benar. Rainie
memang cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan karena itu juga yang
membuatnya harus dikirim ke Light City,”
King Wayne menimpali ucapan ratunya dan mendapat tatapan sendu dari Queen Anne
serta helaan nafas berat dari Prince Evan.
“Itu salah satu
kelebihan yang bisa mencelakai dirinya sendiri. Andai saja dia tak cepat
beradaptasi pasti semuanya berbeda,” tanggap Prince Evan serayamengusap wajahnya
gusar.
“Itu hanya karena
faktor ketidaksengajaan. Kakakmu sendiri tak pernah berharap bisa menemukan Florennis di usianya saat itu,” ujar
Queen Anne lembut dan tersenyum penuh pengertian pada putra bungsunya.
Yah, Cheng Lin atau
lebih baik mulai saat ini dipanggil dengan nama Princess Rainie itu memang dulu
tak sengaja menemukan Florennis,
bunga yang menjadi penopang dari kehidupan bangsanya. Ah, sulit menjelaskan
memang sebenarnya bukan juga faktor ketidaksengajaan. Mungkin lebih tepat,
keberuntungan?
Benar, keberuntungan
memang dulu Princess Rainie kecil bertemu dengan pemimpin werewolf yang sedang
berburu. Gadis kecil yang tak lain vampire
origin itu terlihat begitu polos dan lucu di mata pemimpin werewolf saat itu. Sehingga werewolf yang sudah berusia ribuan tahun
dan mengetahui ajalnya tak akan lama lagi membawa gadis itu ke dalam hutan.
Entahlah, mungkin saja werewolf tua itu memang sudah mengetahui
jika suatu saat akan terjadi masalah besar seperti ini pada kestabilan REGNUM UNION. Saat itu ia mengajak
Princess Rainie di punggungnya dan membawa gadis kecil itu ke tempat Florennis berada. Dan seperti sudah
ditakdirkan jika suatu saat nanti hanya Princess Rainie saja yang mengetahui
tempat itu dan bisa mengembalikan kedamaian itu.
Saat pulang ke REGENNIS KINGDOM, Princess Rainie kecil
langsung menceritakan pengalaman serunya bersama kakek werewolf, begitulah ia memanggil werewolf tua itu. Ibunya
hanya tersenyum miris saat tahu jika putrinya menjadi kunci dari keabadian REGNUM UNION terutama bangsa vampire.
Oleh sebab itu, terpaksa King Wayne mengunci ingatan putrinya sendiri dan
mengirim ke Light City untuk
bereinkarnasi menjadi manusia sementara.
“Pergilah Evan! Bantu
Fahrenheit untuk acara nanti dan pastikan persiapan upacara besok sempurna
tanpa cacat!” perintah King Wayne setelah sekian lama keheningan melanda
ruangan itu karena pikiran mereka berlari ke masa lalu.
***
“Lepaskan aku!”
teriakan menggema di dalam sebuah kamar luas dan megah yang hanya diisi oleh
seorang gadis dengan aktivitasnya sejak tadi tak henti menggedor pintu.
Sayangnya tak ada satu
pun orang yang akan mengeluarkannya walau mendengar lengkingan gadis manis itu.
Yah, siapa yang berani melawan perintah dari Prince of Oleander yang akan segera diangkat menjadi raja dari
bangsa Oleander tersebut. Terlebih
yang di dalam kamar itu adalah calon Queen
mereka. Tentu jika tak ingin terkena amukan dari calon King mereka maka cukup dengan menuruti perintah saja.
“MIKE!” lagi, teriakan
itu terdengar menyerukan nama seseorang yang sudah membawa dan mengurungnya
dalam kamar luas di sebuah kastil megah ini.
Bisa ditebak dengan
mudah jika gadis manis dalam ruangan itu adalah Yi Chen yang diculik oleh Mike
saat di sekolah tadi. Entah sebenarnya apa alasan Mike ingin menjadikan Yi Chen
sebagai Queen of Oleander,
pendampingnya. Pria yang sejak tadi diteriakkan namanya itu mulai bosan dan
akhirnya dalam sekejap sudah berada di hadapan Yi Chen.
“Kau? Bagaimana kau
masuk?” seru Yi Chen terkejut melihat Mike sudah berada di dalam kamar yang
sama dengannya, matanya membulat sempurna terlebih ketika melihat evil smirk pria itu.
“Merindukanku, hm?”
pertanyaan itu terlontar dari bibir Mike diikuti seringaiannya tanpa menjawab
pertanyaan Yi Chen sebelumnya.
“Hanya dalam mimpimu!”
bentak Yi Chen yang juga tak peduli dengan jawaban dari kemunculan tiba-tiba
Mike di kamar ini. “Keluarkan aku dari tempat ini!” lanjutnya dengan nada
tinggi dan tatapan mata tajam terarah pada pria tampan di hadapannya.
“Tidak!” satu kata,
hanya itu jawaban dari bibir Mike membuat Yi Chen menganga tak percaya.
“Kenapa? Kenapa kau
membawaku ke sini? Aku tidak mengerti sama sekali. Lalu apa maksudmu mengatakan
di sekolah tadi jika aku adalah calon Queen
of Oleander, hah?” Yi Chen memborong pertanyaan hingga lupa bernafas dan
membuatnya terengah-engah, emosinya sudah ingin ia luapkan sejak tadi pada pria
bernama Mike ini.
“Bukankah aku sudah
memberitahu alasannya padamu tadi?”
“Aku tahu bukan itu
alasannya, sangat tidak masuk akal jika kau membawaku hanya karena tidak ingin
menjadikan musuhmu sebagai ratu di kerajaanmu sendiri,” sahut Yi Chen cepat, ia
tak ingin Mike mengelak dan mencari alasan-alasan aneh lainnya.
“Ternyata kau cukup
pintar dari yang kubayangkan Ariel,” balas Mike dengan seringainya.
“Ariel? Aku? Hei!
Namaku Lin Yi Chen, bukan Ariel! Cepat jelaskan!” perintah Yi Chen dengan dahi
berkerut, ia masih memikirkan kenapa Mike memanggilnya Ariel.
Bukankah itu nama
seekor putri duyung? Astaga, apa yang ia pikirkan? Pikirannya kini benar-benar
kacau. Apakah dulunya Yi Chen adalah seorang mermaid bernama Ariel yang
kehilangan suaranya itu? Lalu ia sama seperti Cheng Lin bereinkarnasi menjadi
manusia. Oh, benar-benar tidak masuk akal. Yi Chen menggelengkan kepalanya,
kesal dengan kekacauan pikirannya saat ini.
“Vampire-vampire itu terlalu bodoh karena hanya memikirkan bagaimana
kelangsungan hidup bangsa mereka hingga melupakan satu hal penting di sini. Itu
kau, Ariel.”
“Jangan panggil aku
Ariel, namaku Yi Chen!” bentak Yi Chen frustasi karena ia sendiri masih tidak
mengerti dengan maksud ucapan Mike tentang dirinya yang penting? Apa maksud
pria ini dan kenapa harus memanggilnya Ariel?
“Jangan berteriak
padaku, Ariel!” bentak Mike keras hingga suaranya ikut menggema dalam kamar ini
membuat Yi Chen bergidik ngeri mendengarnya terlebih kini Mike menatapnya tajam
seolah ingin menerkam mangsa.
“Kau sendiri berhenti
memanggilku Ariel dan jelaskan semuanya dengan benar. Apa maksudmu dengan aku
yang menjadi bagian penting, hah? Seberapa jauh kau mengetahui tentangku?
Kenapa aku tidak tahu apa-apa?” suara Yi Chen melemah, ia benar-benar frustasi
saat ini, matanya berkaca-kaca ingin menumpahkan genangan air yang sudah siap
untuk jatuh menganak sungai di pipinya.
“Cukup, jangan
menangis, Ariel!” pinta Mike, nada suaranya melembut. “Kau akan segera
mengetahui segalanya jika memang semua sudah tepat pada waktunya,” lanjut Mike
dan seketika menghilang dari kamar itu meninggalkan Yi Chen sendirian.
“Apa maksud semua ini? Apa
hubungannya denganku? Cheng Lin, aku membutuhkanmu di sini. Tolong aku!”
lirihnya sambil memejamkan mata, tubuh gadis manis itu terkulai lemah di lantai
yang dingin memikirkan identitas dirinya sendiri dengan air mata yang setia
menemani.
To be Continue ....
No comments:
Post a Comment