Saturday, 10 May 2014

Rose Destiny (Part 3)




Title:: Rose Destiny
Author:: TaraChun
Main Cast::    Jiro Wang as Wang Da Dong
                        Rainie Yang as Yang Cheng Lin
Support Cast:: Fahrenheit, Mike He, Ariel Lin Yi Chen, Yang Fan | HIT– 5
Genre:: Fantasy
Length:: Chapter


Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.



“Tapi kenapa harus aku?” lirih Cheng Lin, perasaan dan pikirannya sekarang sudah tak menentu


“Kekuatan Florennis melemah dan kami butuh yang baru, hanya kau satu-satunya yang mengetahui keberadaan Florennis lainnya. Semua terjadi karena ulah kaum Oleander, mereka ingin balas dendam atas kematian raja dan ratu mereka. Entah apa yang dilakukan oleh Pangeran dari Oleander itu tapi karena perbuatannya membuat kekuatan Florennis melemah. Jika kita tidak segera menemukan yang baru maka kaum vampire dan werewolf akan musnah dari dunia ini. Semua bergantung padamu Princess,” jelas Jiro

Cheng Lin tak menjawab apapun, ia hanya diam. Bingung? Tentu saja! Apa yang harus dilakukannya? Disatu sisi ia sangat ingin kembali dengan keluarga aslinya tapi disisi lain ia memikirkan bagaimana nanti keluarga manusianya jika ia menghilang? Ia merasa nyaman menjadi manusia apalagi memiliki sahabat seperti Yi Chen.

Apa ketika ia kembali menjadi vampire kehidupannya akan berubah? Apakah ia akan melupakan kehidupannya dulu sebagai manusia? Apakah keluarga dan sahabatnya nanti akan tetap mengingatnya? Apakah ia siap memulai kehidupan baru menjadi vampire? Menjadi makhluk tanpa jiwa yang akan hidup abadi. Cheng Lin ragu bisa melakukan hali itu.

“Semua akan baik-baik saja,” celetuk Calvin yang sebenarnya ditujukan pada Cheng Lin

Ya benar, pria tampan yang satu ini bukankah memang memiliki kekuatan Mind Control? Jadi tak perlu heran kenapa ia mengatakan itu. Semua yang ada dalam pikiran Cheng Lin tentu ia tahu itu. Bukan bermaksud lancang membaca pikiran seorang puteri mahkota tapi siapa yang tahan ketika disuguhkan dengan raut wajah kusut Cheng Lin yang sedang bergulat dengan pikirannya itu? Calvin hanya ingin menenagkan, tidak lebih.

Cheng Lin yang mendengar itu sontak mendongakkan kepalanya dan menatap Calvin bingung. Tentu ia masih belum sepenuhnya percaya dengan hal-hal seperti ini. Jiro yang sudah mengerti arah pembicaraan Calvin pun menoleh ke arah puteri mahkota. Berbeda dengan yang lainnya, gadis bernama Yi Chen sedang berkutat dengan otaknya. Seperti sedang mencari file-file yang terkubur dalam memori otaknya itu.

Oleander?” gumamnya kecil namun masih dapat terdengar di telinga ketiga makhluk itu, tak lama kemudian ia menjentikkan jarinya sambil tersenyum simpul. “Ah, aku ingat!” pekiknya

“Kau kenapa Yi Chen? Apa sekarang kau benar-benar sudah tidak waras?” tanya Cheng Lin memperhatikan wajah sahabatnya

“Apa kau tidak ingat sesuatu Cheng Lin? Oleander! Ayolah!” tanya gadis itu sambil menggoyang-goyangkan lengan sahabatnya

“Maksudmu?” tanya Cheng Lin bingung, pikirannya masih sangat buntu sekarang dan benar-benar tidak ingin bekerja keras dulu

“Ck! Menyebalkan!” gerutu Yi Chen tapi tetap memberitahu isi pikirannya. “Aish, itu loh Oleander kan nama bunga beracun yang tumbuh sembarang di taman belakang sekolah,” ujarnya

“Ya kau benar sekali Lin Yi Chen xiaojie. Oleander memang nama bunga cantik yang beracun dan sangat berbahaya. Ketika kau lengah saat berada di dekatnya maka bisa saja tanpa sengaja kau akan menyentuh bagian dari bunga itu dan tak menutup kemungkinan kematian akan segera menghampirimu,” ujar Calvin lebih menjelaskan secara detail

“Sama seperti kaum Oleander yang merupakan musuh kami, mereka sangat indah di pandang baik pria maupun wanitanya tapi ketika kau terjerumus dalam pesona mereka maka itu akan terus menjeratmu hingga kau tak pernah bisa lepas dan pada akhirnya kematianlah yang harus kau hadapi. Mereka adalah kaum pengkhianat dan karena mereka pula kaum vampire dan werewolf mengalami kesalahpahaman berkepanjangan hingga saat ini,” lanjut Jiro yang disetujui dengan anggukan oleh Calvin

Tanpa berpikir panjang tiba-tiba sebuah kalimat singkat yang terkesan ambigu keluar dari bibir mungil gadis bernama Lin Yi Chen. “Kalian juga sangat tampan,” itulah kalimat yang terlontar dari bibirnya dan sontak membuat yang lain lagi-lagi menoleh ke arahnya.

Ketika menyadari telah mengucapkan sesuatu, gadis itu langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan merutuki diri sendiri. “Bodoh… Bodoh… Bodoh…,” gerutunya pelan. Sementara Cheng Lin yang melihat kelakuan sahabatnya sudah tertawa keras sedangkan dua vampire tampan itu hanya tersenyum simpul.

“Tidak perlu menyakiti dirimu sendiri Yi Chen xiaojie! Yah, kau benar kami memang vampire tampan dan itu nyata,” ujar Calvin menghibur namun tetap terkesan dingin

Biar bagaimanapun juga mereka tetaplah vampire, makhluk tanpa jiwa yang abadi dan satu lagi yang penting untuk diingat bahwa mereka adalah makhluk penghisap darah. Mungkin memang sedikit berbeda bagi vampire origin maupun vampire slave yang masih dapat mengontrol rasa haus mereka tapi bagaimana dengan dua jenis vampire lainnya?

“Cukup panggil aku Yi Chen saja, oke!” pinta Yi Chen merasa sedikit risih dengan penambahan kata xiaojie saat memanggil namanya

Lagi dan lagi. Oh sepertinya benar-benar ada yang salah dengan tempat ini, pikir kedua gadis itu. Kenapa tempat bernama Vampire Hill ini senang sekali menghembuskan angin kencang yang membuat manusia manapun pasti merasa bergidik ngeri ditambah hawa yang sering berubah hanya dalam hitungan menit.

Kedua gadis itu memang sudah mengerti tentang perubahan suhu yang terjadi di tempat ini namun sepertinya angin yang berhembus sekarang hawanya berbeda daripada sebelumnya saat tiga vampire alter muncul dan vampire tampan bernama Calvin ini juga muncul. Angin yang sekarang lebih besar dan mengganas seperti angin topan tapi anehnya itu tidak membuat Cheng Lin maupun Yi Chen terbang terbawa angin tersebut.

“Sudah kuduga sejak awal mereka pasti muncul,” ujar Jiro dengan smirk-nya

“Sepertinya kalian harus bersembunyi nona-nona manis,” timpal Calvin yang juga menyeringai

“Mereka?” tanya kedua gadis itu bersamaan

“Bersembunyilah dengan baik jika kalian tidak ingin menjadi santapan dari para vampire baru yang sangat haus darah itu. Mereka adalah vampire level terendah yang sangat memalukan bagi kami para kaum vempire lainnya, vampire outcast,” jelas Calvin

Tanpa bertanya apa-apa lagi, kedua gadis itu menuruti ucapan Calvin. Mereka bersembunyi di balik punggung kedua vampire tampan yang saling memunggungi untuk melindungi dua gadis manusia.

Tak lama kemudian muncul banyak sosok makhluk mengerikan yang tidak bisa mengendalikan diri mereka terhadap nafsu akan darah. Mereka adalah vampire di tingkat yang paling rendah atau biasa juga disebut vampire outcast.

“Banyak sekali,” gumam Cheng Lin

“Mengerikan!” tambah Yi Chen bergidik ngeri

Kedua vampire tampan yang mendengar gumaman kedua gadis itu hanya tersenyum tipis. Bola mata mereka sudah berubah merah pekat dan angin yang tadi berhembus kencang kini berhenti lalu langit berubah gelap.

“Apa ini? Kenapa langitnya jadi gelap?” pekik Yi Chen panik dan langsung memeluk erat pinggang vampire bernama Calvin itu sambil menyembunyikan wajahnya yang sudah ketakutan

Sementara Calvin yang mendapati reaksi tiba-tiba dari Yi Chen cukup dibuat terkejut oleh gadis itu namun dalam sekejap ia kembali fokus pada lawan-lawannya. Begitu pula dengan Jiro yang masih fokus melawan musuhnya karena Cheng Lin terlihat tidak setakut Yi Chen, sahabatnya. Mungkinkah karena jati diri Cheng Lin sebenarnya yang membuat gadis itu terlihat biasa saja?

Para vampire outcast itu menyerang secara brutal, mereka benar-benar sudah dibutakan dengan harumnya darah dari Princess Rainie yang notabene merupakan Vampire Origin. Bagi para vampire tersebut, tak ada darah yang selezat milik klan darah murni. Namun, satu hal yang mereka lupakan bahwa tak sembarang vampire yang dapat meminum darah kaum Vampire Origin tanpa izin.

Jiro dan Calvin masih terus melawan para vampire outcast tersebut. Namun, bukannya jumlah mereka berkurang tapi terus bertambah karena semakin banyak yang berdatangan. Walaupun memiliki kekuatan istimewa tetap saja jika hanya berdua melawan ratusan vampire outcast yang sedang dilanda nafsu akan darah, perlawanan mereka tidak maksimal. Belum lagi harus melindungi dua orang manusia yang menjadi alasan utama dari kedatangan para vampire level rendah tersebut.

“Aish! Shit!” Jiro benar-benar sudah tidak bisa lagi mengontrol kekuatannya, tubuh vampire tampan itu kini sepenuhnya sudah diselimuti api.

Dalam sekali terjangan ia berhasil melumpuhkan puluhan lawannya tersebut. Mereka berubah menjadi abu karena api yang dikeluarkan oleh Jiro. Hawa disana berubah menjadi sangat panas, rasanya kulit seperti terbakar bagi dua gadis itu yang merupakan manusia biasa.

Tentu mereka tidak memiliki kekuatan apapun ditambah lagi saat ini mereka berada di suatu tempat yang entah sebenarnya bagian mana dari bumi yang memiliki hawa tidak stabil seperti di Vampire Hill ini. Sedangkan Calvin pun masih asyik menggunakan pikirannya dengan mengucapkan kata MUSNAH setelah mengulurkan kedua tangannya dengan jari-jari yang terbuka lebar kemudian mengepalkannya dan dalam sekejap para vampire outcast itupun musnah tanpa jejak

“Huahh… Keren!” pekik Yi Chen setelah menyaksikan pertempuran itu yang akhirnya berhasil dimenangkan oleh kedua vampire tampan bernama Jiro dan Calvin ini. “Tapi panas sekali,” gumamnya kecil namun tentu dapat terdengar oleh Calvin

“Tenang saja! Sebentar lagi kau akan merasa kedinginan,” bisik Calvin tepat ditelinga Yi Chen membuat gadis manis itu merinding dan pipinya pun merona

Wuussshhh… Freezzzz….

Tiba-tiba angin yang sangat kencang berhembus dan hawa terasa sangat dingin. Perlahan tapi pasti, api yang tadinya masih menyala langsung padam dan sedetik kemudian muncul dua pria lainnya yang tak kalah tampan dibandingkan dengan Jiro dan Calvin.

“Wow… Hao shuai!” puji Yi Chen pelan, terpesona melihat ketampanan sosok dua pria yang baru saja datang

“Sepertinya kami tidak terlambat, mereka belum gosong karena apimu Jiro,” ujar salah seorang dari kedua pria itu

“Kau terlalu berlebihan Zun, hal itu tidak akan terjadi,” sahut Jiro pada temannya yang baru saja datang

“Tidak perlu mengelak, hal itu bisa saja terjadi kalau kami terlambat datang. Kau bisa lihat tubuh mereka sedikit memerah karena kepanasan,” balas temannya yang satu lagi

Jiro pun memperhatikan Cheng Lin dan Yi Chen bergantian dan ternyata memang benar yang dikatakan temannya itu.

“Baiklah, kali ini aku berterima kasih padamu Aaron,” ujar Jiro mengalah

“Sebaiknya kau mengembalikan mereka Jiro, keadaan akan semakin berbahaya bagi mereka jika terlalu lama di sini,” nasihat Zun sambil memperhatikan Cheng Lin dan Yi Chen yang penampilannya terlihat berantakan

“Uhmm, baiklah aku akan mengantarkan mereka pulang,” sahut Jiro

“Ah ya, sebelumnya aku ingin menyampaikan sesuatu padamu Princess,” ujar Aaron menghentikan niat Jiro yang akan membawa kembali dua gadis ini ke dunia manusia

“Apa?” tanya Cheng Lin sedikit penasaran

“Kami sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi,” ujar Aaron singkat dan terkesan sedikit ambigu

Jujur saja Cheng Lin tidak terlalu mengerti maksud ucapan pria tampan berwajah imut tapi dingin itu. Tidak bisa menunggu lebih lama lagi? Ayolah, apa maksudnya? Bukankah tadi Jiro bilang kalau ia diberi kesempatan untuk berpikir tapi kenapa sekarang? Hah! Sungguh membingungkan.

“Kurasa ada yang harus diperjelas disini, Princess tidak mengerti maksud ucapanmu Aaron,” ujar Calvin tersenyum lembut namun tetap terkesan dingin

Tentu, vampire adalah makhluk berdarah dingin. Selembut apapun yang mereka lakukan tak akan merubah segalanya. Baik dari ekspresi maupun suhu tubuh mereka akan selalu dingin.

“Biar aku yang menjelaskan,” ujar pria bernama Zun

Semua pandangan beralih pada pria itu, mereka menunggu apa yang sebenarnya terjadi. Baik Jiro maupun Calvin mempunyai firasat buruk tentang hal ini karena sebelum mereka pergi semuanya baik-baik saja. Namun, tiba-tiba kedua temannya mengatakan sesuatu yang bisa mereka pastikan ada yang tidak beres.

“Setelah Calvin pergi untuk membantu Jiro tadi, Prince Evan mendapatkan informasi dari King bahwa Oleander sudah mengetahui keberadaan Princess Rainie. Mereka sudah mencium jejak keanehan yang terjadi selama beberapa hari terakhir ini. Bukankah selama tiga hari berturut-turut ini bunga di halaman rumah Princess mendadak mati? Merekalah penyebabnya. Kemungkinan bangsa Oleander menunggu waktu yang tepat untuk membunuh Princess sebelum genap berusia tujuh belas tahun. Mereka tidak ingin kami kembali menemukan Florennis yang baru karna bisa mengancam ketenangan bangsa mereka,” jelas Zun panjang lebar berharap gadis manusia reinkarnasi dari sang puteri mahkota itu mengerti bahwa ada bahaya yang sedang mengancam keberadaannya

“Maka sebelum hal itu terjadi Princess harus kembali bersama kami. Prince Evan memberi waktu selama dua hari untuk mengucapkan salam perpisahan pada orang-orang terdekatmu dan memberikan alasan yang tepat agar mereka tidak mencurigai kepergianmu yang mendadak,” tambah pria dingin berwajah imut yang diketahui bernama Aaron tersebut

Tak ada satupun kata yang keluar dari bibir Cheng Lin. Bingung? Pasti. Ia belum siap dengan perubahan dan perpisahan. Walaupun jarang bertemu dengan orang tua manusianya di rumah tapi tetap saja berat bagi Cheng Lin. Terlebih ia juga memiliki seorang sahabat yang selalu berada di dekatnya dalam suasana seperti apapun.

“Sanggupkah aku melakukan ini semua? Kenapa hal ini harus terjadi padaku?” benaknya

Sama dengan sahabatnya, Yi Chen pun merasa sedih jika harus berpisah dengan Cheng Lin. Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Jika Cheng Lin pergi lalu siapa lagi yang mau menjadi temannya? Mungkin banyak tapi tak ada yang setulus Cheng Lin.

“Aku tidak berharap dia pergi tapi kalau semua sudah menjadi takdirnya maka aku pun tak bisa berbuat apa-apa,” batin Yi Chen

Keempat pria yang melihat perubahan ekspresi kedua gadis itu hanya bisa diam. Mereka mengerti pergulatan yang sedang terjadi dalam diri kedua gadis manusia ini tapi mereka pun hanya menjalankan tugas saja. Terlebih bagi Calvin yang memang memiliki kekuatan Mind Control. Ia bisa membaca pikiran keduanya dan sangat mengerti. Mereka hanya diam, tak bisa memberi solusi apapun saat ini.

“Lebih baik sekarang kau antarkan dia kembali Jiro. Di Light City sekarang pasti sudah malam dan lagipula mereka sudah terlalu lama disini,” ujar Zun yang disahuti anggukan dari Jiro

“Baiklah, sebaiknya ku antar kalian pulang sekarang,” ajak Jiro pada kedua gadis manusia yang masih menikmati bergelut dengan pikiran mereka masing-masing

Calvin hanya bisa menatap iba kedua gadis itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh ia ingin melakukan sesuatu tapi tak bisa. Mungkin ketika kembali ke REGENNIS KINGDOM ia bisa bertanya solusi yang tepat pada Prince Evan. Saat ini cukup ia sendiri yang tahu bagaimana isi pikiran dari kedua gadis itu.

“Hei, kalian tidak ingin pulang?” tanya Jiro pada kedua gadis itu sambil mengibaskan kedua tangannya di depan wajah mereka

Baik Cheng Lin maupun Yi Chen akhirnya tersadar, mereka mengerjapkan mata. Kemudian kedua gadis itu melihat ke sekeliling mereka dan mendapati keempat vampire pria tampan itu menatap mereka.

“Aku akan mengantar kalian kembali,” ulang Jiro setelah melihat kesadaran dua gadis itu kembali

“Baiklah!” jawab keduanya kompak

Begitu mengantarkan Cheng Lin dan Yi Chen pulang, Jiro pun pamit untuk kembali ke REGENNIS KINGDOM. Ia harus meminta kejelasan dari rencana baru ini pada Prince Evan. Jujur saja, Jiro merasa tidak suka melihat ekspresi Cheng Lin tadi ketika sedang sedih. Entah kenapa seperti ada sesuatu yang membuatnya merasakan kesedihan itu pula.

Sepeninggalnya Jiro, kedua gadis yang kini sudah berada dalam kamar Cheng Lin duduk di ranjang dengan saling berhadapan. Mereka pun langsung berpelukan dan menangis. Akhirnya air mata yang mereka tahan sejak tadi tumpah juga, mengalir deras dan sulit untuk dihentikan.

“Apa yang harus aku lakukan Yi Chen?” tanya Cheng Lin di sela-sela isakannya

Tak ada jawaban dari Yi Chen, gadis itu masih menangis sambil menggelengkan kepalanya. Ia sendiri tak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Sungguh Yi Chen sangat menyayangi Cheng Lin begitupun sebaliknya.

Akhirnya tangis mereka reda namun masih terdengar sedikit isakan dari bibir kedua gadis itu. Mereka tak ingin berpisah. Kenapa takdir harus mempermainkan persahabatan mereka? Itulah pertanyaan yang terlintas di benak kedua gadis itu.

“Apa nanti setelah kau kembali dengan keluarga aslimu, kita masih bisa bertemu?” tanya Yi Chen dengan mata berkaca-kaca walau tangisannya sudah mereda

“Entahlah, aku harap walau nanti terpisah kita masih tetap sahabat,” sahut Cheng Lin

“Itu pasti. Aku tidak akan bisa melupakan sahabat yang cerewet dan menyebalkannya sepertimu,” balas Yi Chen memasang wajah polosnya

“Astaga Yi Chen! Di saat seperti ini bisakah kau serius? Sepertinya aku juga akan sulit untuk melupakan sahabat yang sangat menyebalkan sepertimu. Huh!” keluh Cheng Lin

Mereka kemudian tertawa bersamaan, setidaknya di saat-saat terakhir ini mereka masih bisa menangis dan tertawa bersama. Bagi mereka persahabatan adalah sesuatu yang sangat berharga melebihi apapun.

“Kau harus menemaniku selama dua hari terakhir ini,” perintah Cheng Lin

“Tenang saja! Aku akan menemanimu sahabatku yang cantik,” sahut Yi Chen tersenyum manis

“Kau memang yang terbaik Yi Chen!” balas Cheng Lin sambil memeluk sahabatnya

Manis? Yah, persahabatan mereka memang terasa sangat manis. Dua gadis yang sudah bersama sejak kecil, saling menyayangi satu sama lain. Mereka mengalami hal yang sama dimana keluarga bukanlah orang terdekat mereka. Ketika kesedihan datang menghampiri salah satu dari mereka maka yang satunya akan menghibur dan menguatkan sahabatnya agar kesedihan itu pergi. Dan ketika kebahagiaan datang, mereka pun akan turut bahagia satu sama lain. Berbagi suka maupun duka. Itulah persahabatan mereka.



 >>> To be continue.....

No comments:

Powered by Blogger.