Title::
Rose Destiny
Author::
TaraChun
Main
Cast:: Jiro Wang as Wang Da Dong
Rainie Yang as Yang
Cheng Lin
Support
Cast:: Fahrenheit, Mike He, Ariel Lin Yi Chen, Yang Fan | HIT– 5
Genre::
Fantasy
Length::
Chapter
Disclaimer:: Saya membuat
cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi
mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi
jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.
“Tapi kenapa harus
aku?” lirih Cheng Lin, perasaan dan pikirannya sekarang sudah tak menentu
“Kekuatan Florennis melemah dan kami butuh yang
baru, hanya kau satu-satunya yang mengetahui keberadaan Florennis lainnya. Semua terjadi karena ulah kaum Oleander, mereka ingin balas dendam atas
kematian raja dan ratu mereka. Entah apa yang dilakukan oleh Pangeran dari Oleander itu tapi karena perbuatannya
membuat kekuatan Florennis melemah.
Jika kita tidak segera menemukan yang baru maka kaum vampire dan werewolf akan
musnah dari dunia ini. Semua bergantung padamu Princess,” jelas Jiro
Cheng Lin tak menjawab
apapun, ia hanya diam. Bingung? Tentu saja! Apa yang harus dilakukannya? Disatu
sisi ia sangat ingin kembali dengan keluarga aslinya tapi disisi lain ia
memikirkan bagaimana nanti keluarga manusianya jika ia menghilang? Ia merasa
nyaman menjadi manusia apalagi memiliki sahabat seperti Yi Chen.
Apa ketika ia kembali
menjadi vampire kehidupannya akan berubah? Apakah ia akan melupakan
kehidupannya dulu sebagai manusia? Apakah keluarga dan sahabatnya nanti akan
tetap mengingatnya? Apakah ia siap memulai kehidupan baru menjadi vampire?
Menjadi makhluk tanpa jiwa yang akan hidup abadi. Cheng Lin ragu bisa melakukan
hali itu.
Ya benar, pria tampan
yang satu ini bukankah memang memiliki kekuatan Mind Control? Jadi tak perlu heran kenapa ia mengatakan itu. Semua
yang ada dalam pikiran Cheng Lin tentu ia tahu itu. Bukan bermaksud lancang
membaca pikiran seorang puteri mahkota tapi siapa yang tahan ketika disuguhkan
dengan raut wajah kusut Cheng Lin yang sedang bergulat dengan pikirannya itu?
Calvin hanya ingin menenagkan, tidak lebih.
Cheng Lin yang
mendengar itu sontak mendongakkan kepalanya dan menatap Calvin bingung. Tentu
ia masih belum sepenuhnya percaya dengan hal-hal seperti ini. Jiro yang sudah
mengerti arah pembicaraan Calvin pun menoleh ke arah puteri mahkota. Berbeda
dengan yang lainnya, gadis bernama Yi Chen sedang berkutat dengan otaknya.
Seperti sedang mencari file-file yang terkubur dalam memori otaknya itu.
“Oleander?” gumamnya kecil namun masih dapat terdengar di telinga
ketiga makhluk itu, tak lama kemudian ia menjentikkan jarinya sambil tersenyum
simpul. “Ah, aku ingat!” pekiknya
“Kau kenapa Yi Chen?
Apa sekarang kau benar-benar sudah tidak waras?” tanya Cheng Lin memperhatikan
wajah sahabatnya
“Apa kau tidak ingat
sesuatu Cheng Lin? Oleander! Ayolah!”
tanya gadis itu sambil menggoyang-goyangkan lengan sahabatnya
“Maksudmu?” tanya Cheng
Lin bingung, pikirannya masih sangat buntu sekarang dan benar-benar tidak ingin
bekerja keras dulu
“Ck! Menyebalkan!”
gerutu Yi Chen tapi tetap memberitahu isi pikirannya. “Aish, itu loh Oleander kan nama bunga beracun yang
tumbuh sembarang di taman belakang sekolah,” ujarnya
“Ya kau benar sekali
Lin Yi Chen xiaojie. Oleander memang nama bunga cantik yang
beracun dan sangat berbahaya. Ketika kau lengah saat berada di dekatnya maka
bisa saja tanpa sengaja kau akan menyentuh bagian dari bunga itu dan tak
menutup kemungkinan kematian akan segera menghampirimu,” ujar Calvin lebih
menjelaskan secara detail
“Sama seperti kaum Oleander yang merupakan musuh kami,
mereka sangat indah di pandang baik pria maupun wanitanya tapi ketika kau
terjerumus dalam pesona mereka maka itu akan terus menjeratmu hingga kau tak
pernah bisa lepas dan pada akhirnya kematianlah yang harus kau hadapi. Mereka
adalah kaum pengkhianat dan karena mereka pula kaum vampire dan werewolf
mengalami kesalahpahaman berkepanjangan hingga saat ini,” lanjut Jiro yang
disetujui dengan anggukan oleh Calvin
Tanpa berpikir panjang tiba-tiba
sebuah kalimat singkat yang terkesan ambigu keluar dari bibir mungil gadis
bernama Lin Yi Chen. “Kalian juga sangat tampan,” itulah kalimat yang terlontar
dari bibirnya dan sontak membuat yang lain lagi-lagi menoleh ke arahnya.
Ketika menyadari telah
mengucapkan sesuatu, gadis itu langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan
merutuki diri sendiri. “Bodoh… Bodoh… Bodoh…,” gerutunya pelan. Sementara Cheng
Lin yang melihat kelakuan sahabatnya sudah tertawa keras sedangkan dua vampire
tampan itu hanya tersenyum simpul.
“Tidak perlu menyakiti
dirimu sendiri Yi Chen xiaojie! Yah,
kau benar kami memang vampire tampan dan itu nyata,” ujar Calvin menghibur
namun tetap terkesan dingin
Biar bagaimanapun juga
mereka tetaplah vampire, makhluk tanpa jiwa yang abadi dan satu lagi yang
penting untuk diingat bahwa mereka adalah makhluk penghisap darah. Mungkin
memang sedikit berbeda bagi vampire
origin maupun vampire slave yang
masih dapat mengontrol rasa haus mereka tapi bagaimana dengan dua jenis vampire
lainnya?
“Cukup panggil aku Yi
Chen saja, oke!” pinta Yi Chen merasa sedikit risih dengan penambahan kata xiaojie saat memanggil namanya
Lagi dan lagi. Oh
sepertinya benar-benar ada yang salah dengan tempat ini, pikir kedua gadis itu.
Kenapa tempat bernama Vampire Hill ini
senang sekali menghembuskan angin kencang yang membuat manusia manapun pasti
merasa bergidik ngeri ditambah hawa yang sering berubah hanya dalam hitungan
menit.
Kedua gadis itu memang
sudah mengerti tentang perubahan suhu yang terjadi di tempat ini namun
sepertinya angin yang berhembus sekarang hawanya berbeda daripada sebelumnya
saat tiga vampire alter muncul dan
vampire tampan bernama Calvin ini juga muncul. Angin yang sekarang lebih besar
dan mengganas seperti angin topan tapi anehnya itu tidak membuat Cheng Lin
maupun Yi Chen terbang terbawa angin tersebut.
“Sudah kuduga sejak
awal mereka pasti muncul,” ujar Jiro dengan smirk-nya
“Sepertinya kalian
harus bersembunyi nona-nona manis,” timpal Calvin yang juga menyeringai
“Mereka?” tanya kedua
gadis itu bersamaan
“Bersembunyilah dengan
baik jika kalian tidak ingin menjadi santapan dari para vampire baru yang
sangat haus darah itu. Mereka adalah vampire level terendah yang sangat
memalukan bagi kami para kaum vempire lainnya, vampire outcast,” jelas Calvin
Tanpa bertanya apa-apa
lagi, kedua gadis itu menuruti ucapan Calvin. Mereka bersembunyi di balik
punggung kedua vampire tampan yang saling memunggungi untuk melindungi dua
gadis manusia.
Tak lama kemudian
muncul banyak sosok makhluk mengerikan yang tidak bisa mengendalikan diri
mereka terhadap nafsu akan darah. Mereka adalah vampire di tingkat yang paling
rendah atau biasa juga disebut vampire
outcast.
“Banyak sekali,” gumam
Cheng Lin
“Mengerikan!” tambah Yi
Chen bergidik ngeri
Kedua vampire tampan
yang mendengar gumaman kedua gadis itu hanya tersenyum tipis. Bola mata mereka
sudah berubah merah pekat dan angin yang tadi berhembus kencang kini berhenti
lalu langit berubah gelap.
“Apa ini? Kenapa
langitnya jadi gelap?” pekik Yi Chen panik dan langsung memeluk erat pinggang
vampire bernama Calvin itu sambil menyembunyikan wajahnya yang sudah ketakutan
Sementara Calvin yang
mendapati reaksi tiba-tiba dari Yi Chen cukup dibuat terkejut oleh gadis itu
namun dalam sekejap ia kembali fokus pada lawan-lawannya. Begitu pula dengan
Jiro yang masih fokus melawan musuhnya karena Cheng Lin terlihat tidak setakut
Yi Chen, sahabatnya. Mungkinkah karena jati diri Cheng Lin sebenarnya yang
membuat gadis itu terlihat biasa saja?
Para vampire outcast itu menyerang secara
brutal, mereka benar-benar sudah dibutakan dengan harumnya darah dari Princess
Rainie yang notabene merupakan Vampire
Origin. Bagi para vampire tersebut, tak ada darah yang selezat milik klan
darah murni. Namun, satu hal yang mereka lupakan bahwa tak sembarang vampire
yang dapat meminum darah kaum Vampire
Origin tanpa izin.
Jiro dan Calvin masih
terus melawan para vampire outcast tersebut.
Namun, bukannya jumlah mereka berkurang tapi terus bertambah karena semakin
banyak yang berdatangan. Walaupun memiliki kekuatan istimewa tetap saja jika
hanya berdua melawan ratusan vampire outcast yang sedang dilanda nafsu akan
darah, perlawanan mereka tidak maksimal. Belum lagi harus melindungi dua orang
manusia yang menjadi alasan utama dari kedatangan para vampire level rendah
tersebut.
“Aish! Shit!” Jiro benar-benar sudah tidak bisa
lagi mengontrol kekuatannya, tubuh vampire tampan itu kini sepenuhnya sudah
diselimuti api.
Dalam sekali terjangan
ia berhasil melumpuhkan puluhan lawannya tersebut. Mereka berubah menjadi abu
karena api yang dikeluarkan oleh Jiro. Hawa disana berubah menjadi sangat
panas, rasanya kulit seperti terbakar bagi dua gadis itu yang merupakan manusia
biasa.
Tentu mereka tidak
memiliki kekuatan apapun ditambah lagi saat ini mereka berada di suatu tempat
yang entah sebenarnya bagian mana dari bumi yang memiliki hawa tidak stabil
seperti di Vampire Hill ini.
Sedangkan Calvin pun masih asyik menggunakan pikirannya dengan mengucapkan kata
MUSNAH setelah mengulurkan kedua
tangannya dengan jari-jari yang terbuka lebar kemudian mengepalkannya dan dalam
sekejap para vampire outcast itupun
musnah tanpa jejak
“Huahh… Keren!” pekik
Yi Chen setelah menyaksikan pertempuran itu yang akhirnya berhasil dimenangkan
oleh kedua vampire tampan bernama Jiro dan Calvin ini. “Tapi panas sekali,”
gumamnya kecil namun tentu dapat terdengar oleh Calvin
“Tenang saja! Sebentar
lagi kau akan merasa kedinginan,” bisik Calvin tepat ditelinga Yi Chen membuat
gadis manis itu merinding dan pipinya pun merona
Wuussshhh… Freezzzz….
Tiba-tiba angin yang
sangat kencang berhembus dan hawa terasa sangat dingin. Perlahan tapi pasti,
api yang tadinya masih menyala langsung padam dan sedetik kemudian muncul dua
pria lainnya yang tak kalah tampan dibandingkan dengan Jiro dan Calvin.
“Wow… Hao shuai!” puji Yi Chen pelan,
terpesona melihat ketampanan sosok dua pria yang baru saja datang
“Sepertinya kami tidak
terlambat, mereka belum gosong karena apimu Jiro,” ujar salah seorang dari
kedua pria itu
“Kau terlalu berlebihan
Zun, hal itu tidak akan terjadi,” sahut Jiro pada temannya yang baru saja
datang
“Tidak perlu mengelak,
hal itu bisa saja terjadi kalau kami terlambat datang. Kau bisa lihat tubuh
mereka sedikit memerah karena kepanasan,” balas temannya yang satu lagi
Jiro pun memperhatikan
Cheng Lin dan Yi Chen bergantian dan ternyata memang benar yang dikatakan
temannya itu.
“Baiklah, kali ini aku
berterima kasih padamu Aaron,” ujar Jiro mengalah
“Sebaiknya kau
mengembalikan mereka Jiro, keadaan akan semakin berbahaya bagi mereka jika
terlalu lama di sini,” nasihat Zun sambil memperhatikan Cheng Lin dan Yi Chen
yang penampilannya terlihat berantakan
“Uhmm, baiklah aku akan
mengantarkan mereka pulang,” sahut Jiro
“Ah ya, sebelumnya aku
ingin menyampaikan sesuatu padamu Princess,” ujar Aaron menghentikan niat Jiro
yang akan membawa kembali dua gadis ini ke dunia manusia
“Apa?” tanya Cheng Lin
sedikit penasaran
“Kami sudah tidak bisa
menunggu lebih lama lagi,” ujar Aaron singkat dan terkesan sedikit ambigu
Jujur saja Cheng Lin
tidak terlalu mengerti maksud ucapan pria tampan berwajah imut tapi dingin itu.
Tidak bisa menunggu lebih lama lagi? Ayolah, apa maksudnya? Bukankah tadi Jiro
bilang kalau ia diberi kesempatan untuk berpikir tapi kenapa sekarang? Hah!
Sungguh membingungkan.
“Kurasa ada yang harus
diperjelas disini, Princess tidak mengerti maksud ucapanmu Aaron,” ujar Calvin
tersenyum lembut namun tetap terkesan dingin
Tentu, vampire adalah
makhluk berdarah dingin. Selembut apapun yang mereka lakukan tak akan merubah
segalanya. Baik dari ekspresi maupun suhu tubuh mereka akan selalu dingin.
“Biar aku yang
menjelaskan,” ujar pria bernama Zun
Semua pandangan beralih
pada pria itu, mereka menunggu apa yang sebenarnya terjadi. Baik Jiro maupun
Calvin mempunyai firasat buruk tentang hal ini karena sebelum mereka pergi
semuanya baik-baik saja. Namun, tiba-tiba kedua temannya mengatakan sesuatu
yang bisa mereka pastikan ada yang tidak beres.
“Setelah Calvin pergi
untuk membantu Jiro tadi, Prince Evan mendapatkan informasi dari King bahwa Oleander sudah mengetahui keberadaan
Princess Rainie. Mereka sudah mencium jejak keanehan yang terjadi selama
beberapa hari terakhir ini. Bukankah selama tiga hari berturut-turut ini bunga
di halaman rumah Princess mendadak mati? Merekalah penyebabnya. Kemungkinan
bangsa Oleander menunggu waktu yang
tepat untuk membunuh Princess sebelum genap berusia tujuh belas tahun. Mereka
tidak ingin kami kembali menemukan Florennis
yang baru karna bisa mengancam ketenangan bangsa mereka,” jelas Zun panjang
lebar berharap gadis manusia reinkarnasi dari sang puteri mahkota itu mengerti
bahwa ada bahaya yang sedang mengancam keberadaannya
“Maka sebelum hal itu
terjadi Princess harus kembali bersama kami. Prince Evan memberi waktu selama
dua hari untuk mengucapkan salam perpisahan pada orang-orang terdekatmu dan
memberikan alasan yang tepat agar mereka tidak mencurigai kepergianmu yang
mendadak,” tambah pria dingin berwajah imut yang diketahui bernama Aaron
tersebut
Tak ada satupun kata
yang keluar dari bibir Cheng Lin. Bingung? Pasti. Ia belum siap dengan
perubahan dan perpisahan. Walaupun jarang bertemu dengan orang tua manusianya
di rumah tapi tetap saja berat bagi Cheng Lin. Terlebih ia juga memiliki
seorang sahabat yang selalu berada di dekatnya dalam suasana seperti apapun.
“Sanggupkah aku
melakukan ini semua? Kenapa hal ini harus terjadi padaku?” benaknya
Sama dengan sahabatnya,
Yi Chen pun merasa sedih jika harus berpisah dengan Cheng Lin. Mereka sudah
bersahabat sejak kecil. Jika Cheng Lin pergi lalu siapa lagi yang mau menjadi
temannya? Mungkin banyak tapi tak ada yang setulus Cheng Lin.
“Aku tidak berharap dia
pergi tapi kalau semua sudah menjadi takdirnya maka aku pun tak bisa berbuat
apa-apa,” batin Yi Chen
Keempat pria yang
melihat perubahan ekspresi kedua gadis itu hanya bisa diam. Mereka mengerti
pergulatan yang sedang terjadi dalam diri kedua gadis manusia ini tapi mereka
pun hanya menjalankan tugas saja. Terlebih bagi Calvin yang memang memiliki
kekuatan Mind Control. Ia bisa
membaca pikiran keduanya dan sangat mengerti. Mereka hanya diam, tak bisa
memberi solusi apapun saat ini.
“Lebih baik sekarang
kau antarkan dia kembali Jiro. Di Light
City sekarang pasti sudah malam dan lagipula mereka sudah terlalu lama
disini,” ujar Zun yang disahuti anggukan dari Jiro
“Baiklah, sebaiknya ku
antar kalian pulang sekarang,” ajak Jiro pada kedua gadis manusia yang masih
menikmati bergelut dengan pikiran mereka masing-masing
Calvin hanya bisa
menatap iba kedua gadis itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh ia
ingin melakukan sesuatu tapi tak bisa. Mungkin ketika kembali ke REGENNIS KINGDOM ia bisa bertanya solusi
yang tepat pada Prince Evan. Saat ini cukup ia sendiri yang tahu bagaimana isi
pikiran dari kedua gadis itu.
“Hei, kalian tidak
ingin pulang?” tanya Jiro pada kedua gadis itu sambil mengibaskan kedua
tangannya di depan wajah mereka
Baik Cheng Lin maupun
Yi Chen akhirnya tersadar, mereka mengerjapkan mata. Kemudian kedua gadis itu
melihat ke sekeliling mereka dan mendapati keempat vampire pria tampan itu
menatap mereka.
“Aku akan mengantar
kalian kembali,” ulang Jiro setelah melihat kesadaran dua gadis itu kembali
“Baiklah!” jawab
keduanya kompak
Begitu mengantarkan
Cheng Lin dan Yi Chen pulang, Jiro pun pamit untuk kembali ke REGENNIS KINGDOM. Ia harus meminta
kejelasan dari rencana baru ini pada Prince Evan. Jujur saja, Jiro merasa tidak
suka melihat ekspresi Cheng Lin tadi ketika sedang sedih. Entah kenapa seperti
ada sesuatu yang membuatnya merasakan kesedihan itu pula.
Sepeninggalnya Jiro,
kedua gadis yang kini sudah berada dalam kamar Cheng Lin duduk di ranjang
dengan saling berhadapan. Mereka pun langsung berpelukan dan menangis. Akhirnya
air mata yang mereka tahan sejak tadi tumpah juga, mengalir deras dan sulit
untuk dihentikan.
“Apa yang harus aku lakukan
Yi Chen?” tanya Cheng Lin di sela-sela isakannya
Tak ada jawaban dari Yi
Chen, gadis itu masih menangis sambil menggelengkan kepalanya. Ia sendiri tak
tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Sungguh Yi Chen sangat menyayangi
Cheng Lin begitupun sebaliknya.
Akhirnya tangis mereka
reda namun masih terdengar sedikit isakan dari bibir kedua gadis itu. Mereka
tak ingin berpisah. Kenapa takdir harus mempermainkan persahabatan mereka?
Itulah pertanyaan yang terlintas di benak kedua gadis itu.
“Apa nanti setelah kau
kembali dengan keluarga aslimu, kita masih bisa bertemu?” tanya Yi Chen dengan
mata berkaca-kaca walau tangisannya sudah mereda
“Entahlah, aku harap
walau nanti terpisah kita masih tetap sahabat,” sahut Cheng Lin
“Itu pasti. Aku tidak
akan bisa melupakan sahabat yang cerewet dan menyebalkannya sepertimu,” balas
Yi Chen memasang wajah polosnya
“Astaga Yi Chen! Di
saat seperti ini bisakah kau serius? Sepertinya aku juga akan sulit untuk
melupakan sahabat yang sangat menyebalkan sepertimu. Huh!” keluh Cheng Lin
Mereka kemudian tertawa
bersamaan, setidaknya di saat-saat terakhir ini mereka masih bisa menangis dan
tertawa bersama. Bagi mereka persahabatan adalah sesuatu yang sangat berharga
melebihi apapun.
“Kau harus menemaniku
selama dua hari terakhir ini,” perintah Cheng Lin
“Tenang saja! Aku akan
menemanimu sahabatku yang cantik,” sahut Yi Chen tersenyum manis
“Kau memang yang
terbaik Yi Chen!” balas Cheng Lin sambil memeluk sahabatnya
Manis? Yah,
persahabatan mereka memang terasa sangat manis. Dua gadis yang sudah bersama
sejak kecil, saling menyayangi satu sama lain. Mereka mengalami hal yang sama
dimana keluarga bukanlah orang terdekat mereka. Ketika kesedihan datang
menghampiri salah satu dari mereka maka yang satunya akan menghibur dan
menguatkan sahabatnya agar kesedihan itu pergi. Dan ketika kebahagiaan datang,
mereka pun akan turut bahagia satu sama lain. Berbagi suka maupun duka. Itulah
persahabatan mereka.
>>> To be continue.....
No comments:
Post a Comment