Saturday 2 August 2014

Rose Destiny (Part 4)


Title:: Rose Destiny
Author:: TaraChun
Main Cast::    Jiro Wang as Wang Da Dong
                        Rainie Yang as Yang Cheng Lin
Support Cast:: Fahrenheit, Mike He, Ariel Lin Yi Chen, Yang Fan | HIT– 5
Genre:: Fantasy, Romance
Length:: Chapter


Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.

Older Post:: Part 1 , Part 2 , Part 3



Sang surya telah sempurna memamerkan sinarnya pada seisi dunia. Setiap makhluk sudah bersiap dengan kegiatan sehari-hari mereka namun berbeda dengan yang dilakukan oleh dua orang gadis yang masih setia berada dalam sebuah kamar. Mereka tak lain adalah Cheng Lin dan Yi Chen, sibuk memikirkan bagaimana cara terbaik untuk memecahkan satu masalah rumit yang di luar nalar manusia.

“Jadi bagaimana sekarang? Orang tuaku akan pulang malam ini,” ujar Cheng Lin

Mereka terdiam, memikirkan hal rumit ini sungguh membuat kepala kedua gadis ini rasanya ingin pecah. Alasan apa yang harus mereka berikan pada orang tua Cheng Lin dan sekolah? Sungguh memusingkan. Tentu alasan yang logis dan bisa dicerna oleh akal sehat manusia, tapi apa?

Jika mereka mengatakan pada orang tua Cheng Lin bahwa anak gadis mereka ini ingin melanjutkan sekolah di luar negeri, apa yang terjadi? Lalu sekolah? Bagaimana jika mereka mengatakan bahwa Cheng Lin akan dipindahkan keluar negeri oleh orang tuanya? Bukankah kedua alasan itu mempunyai korelasi yang tepat? Tapi… Ada satu hal yang kurang disini. Isi pikiran mereka memang sama dan kekurangannya adalah sesuatu yang berkaitan.

“Kemana aku akan pindah? Jika aku mengatakan pada ayah dan ibu ingin pindah ke luar negeri, mereka pasti akan mengajakku ke Kanada. Bisnis mereka sedang maju pesat di  sana. Terlebih lagi mereka memang sudah sejak awal ingin aku ikut mereka pindah ke Kanada,” Cheng Lin pun mengutarakan pendapat setelah sebelumnya saling melempar tatapan dengan Yi Chen yang ternyata sepemikiran dengannya

“Astaga! Kenapa rumit sekali? Kau lihat? Kepalaku sekarang sudah berasap,” Yi Chen mendengus kesal memikirkan jalan keluar terbaik tapi tidak menyusahkan mereka juga


Lagi dan lagi mereka terdiam. Seandainya saja para vampire tampan itu tidak muncul dan mengacaukan segalanya pasti otak mereka masih normal saat ini. Gadis seumuran mereka seharusnya tidak memikirkan hal yang merumitkan. Lebih baik waktu mereka habiskan untuk shopping dan travelling. Pasti menyenangkan, itulah yang mereka bayangkan.

“Huhh! Dasar vampire-vampire tidak bertanggung jawab, seharusnya mereka membantu kita disini mencari jalan keluar yang tepat. Jangan karena tampan jadi seenaknya saja,” keluh Yi Chen dengan otaknya yang sudah mulai buntu sementara Cheng Lin hanya bisa tertawa geli mendengar gerutuan sahabatnya

Selang beberapa detik hawa aneh terasa di sekitar mereka. Angin yang entah berasal darimana membuat kedua gadis itu meremang. Tentu aneh rasanya jika mereka merasakan desiran angin di kamar itu. Walaupun AC dinyalakan tapi tetap ada perbedaan bukan? Sedangkan jendela kamar belum mereka buka sejak bangun tadi.

Tak lama kemudian muncul beberapa sosok yang memang sudah tidak asing bagi mereka. Walau baru sekali bertemu tentu sulit melupakan sosok tampan dari otak kedua gadis ini. Yah, tak asing memang karena saat ini yang mereka lihat adalah empat vampire yang kemarin menyita waktu mereka dan membuat keduanya harus berpikir keras saat ini.

“Mencari kami nona manis?” ujar salah seorang dari vampire tersebut yang dikenal bernama Calvin

“E – eh?” kedua gadis itu terlonjak kaget melihat kemunculan empat vampire tampan yang sempat menjadi objek pembicaraan mereka atau lebih tepatnya menjadi bahan limpahan kekesalan Yi Chen

“Kenapa kalian bisa ada disini?” tanya Cheng Lin setelah berhasil mengendalikan rasa terkejutnya

“Bukankah kalian yang ingin kami ada disini?” sahut Calvin membalikkan pertanyaan

“Ternyata mereka narsis juga ya? Aku kan hanya bilang agar mereka bantu berpikir bukan berarti harus muncul tiba-tiba disini,” bisik Yi Chen pada Cheng Lin yang disetujui dengan anggukan oleh sahabatnya itu

“Kami bisa mendengarnya nona-nona,” ujar Zun membuat kedua gadis itu menegang namun tak lama kemudian keduanya tertawa canggung

Suasana dalam kamar hening sejenak, baik Cheng Lin dan Yi Chen hanya diam saja setelah tawa canggung mereka. Calvin bahkan terlihat bertanya-tanya karna tak ada satupun dari kedua gadis itu yang bisa ia dengar pikirannya. Apakah mereka memang sedang tidak berpikir saat ini?

Namun, tak lama kemudian sebuah suara memecah keheningan di antara mereka. Suara itu berasal dari salah seorang gadis yang sejak tadi hanya diam saja, mereka memang tidak berpikir karena sebelumnya asik dengan lamunan masing-masing. Aneh bukan jika kedua gadis itu isi pikirannya tidak bisa ditembus oleh Calvin?

“Jadi apa usul kalian?” tanya Cheng Lin setelah sadar dari lamunannya

“Kami sudah buntu sekarang,” lanjut Cheng Lin

Keempat vampire tampan itu saling menatap satu sama lain kemudian menyeringai membuat kedua gadis itu bergidik ngeri melihatnya. Satu hal lagi yang mereka ketahui, setampan apapun vampire tetaplah makhluk yang menyeramkan terlebih ketika melihat taring tajam mereka yang menyembul keluar.

“Katakan sesuatu! Kalian terlihat menyeramkan jika seperti itu,” ujar Cheng Lin setengah terdengar merengek dari nada bicaranya dan disetujui oleh anggukan Yi Chen

Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir keempat vampire tampan itu, mereka masih membisu seolah ingin kedua gadis ini menebak isi pikiran mereka tapi mana mungkin? Mereka berempat melakukan telepati sejak tadi untuk merancang sebuah rencana yang tepat dan tidak mencurigakan. Namun, kebisuan mereka justru membuat Cheng Lin dan Yi Chen kesal setengah mati. Cukup sudah mereka menunggu. Bagi kedua gadis ini waktunya sudah cukup lama.

It’s over vampires, you can leave this place guys. We will go to school,” ujar Yi Chen dengan bahasa inggris nya yang ternyata sudah ada kemajuan

Tanpa menunggu perintah untuk kedua kalinya lagi, empat vampire itu pun menghilang dalam sekejap mata. Bukan sepenuhnya menghilang tapi mereka sedang berjaga di luar rumah. Yah, sejak tadi mereka memang sudah merasakan hawa yang tidak asing lagi bagi mereka mendekat ke rumah ini.

Hanya berselang satu menit, sesuatu atau lebih tepatnya sesosok makhluk muncul di hadapan mereka dengan seringaian khasnya. Mungkin jika wanita yang melihat seringaian itu akan menjerit karena terpesona oleh sosok ini namun bagi para vampire seringaian itu terlihat menjijikan.

Long time no see vampires,” ujar sosok tersebut

“Wow… Setelah beratus tahun lamanya bersembunyi ternyata Prince of Oliander sudah berani menunjukkan dirinya,” ejek Jiro dengan nada datar terkesan meremehkan

“Cih! Kau bukan lawanku vampire bodoh!” sosok itu menatap tajam Jiro yang pertama kali menyambut kedatangannya

Of course! Karna kau tetap makhluk lemah yang menjijikan,” sahut Jiro balas menatap tajam sosok yang merupakan Pangeran Oleander itu

“Mau apa kau kemari?” tanya Aaron tak kalah sinisnya dan terlihat sangat dingin

“Hanya tak sengaja lewat dan menyapa teman lama,” jawab sosok itu santai sambil mengendikan bahunya seolah tak terpengaruh dengan ucapan Jiro dan tatapan tajam Aaron

Zun masih memasang sikap waspadanya karena bagaimanapun saat ini sosok yang merupakan musuh bebuyutan bangsanya ada di hadapan mereka dan tak bisa dianggap remeh. Tak ada yang tahu pasti apa sebenarnya motif kemunculan Pangeran Oleander ini bahkan Calvin sekalipun.

Jika ditanya kenapa? Oh, ayolah tak ada yang sempurna di dunia ini. Setiap kekuatan pasti ada kelemahannya bukan? Yah, kelemahan mind control yang dimiliki Calvin berhubungan dengan Oleander. Ia tak pernah bisa berhasil masuk dalam pikiran bangsa Oleander tersebut. Entah kenapa? Namun, Calvin yakin bahwa Oleander sudah menutupi pikiran bangsa mereka agar tidak bisa ditembus oleh kekuatan mind control. Itu semua terjadi sejak pemberontakan besar-besaran yang dilakukan Oleander ratusan tahun yang lalu sebelum menghilang.

Well, bagaimana dengan pangeran kalian? Hah, sudah lama tidak berjumpa dengan teman lama membuatku merasa bernostalgia,” ujar sosok itu dengan nada merendahkan

“Sebelum bertemu dengan Prince Evan, kau harus menghadapi kami terlebih dulu,” sahut Zun sinis

“Ohh… Hai Zun! Tak kusangka ternyata kau masih setia dengan makhluk seperti mereka,” sosok itu menyeringai terlihat sangat angkuh

“Tak perlu banyak bicara, sebaiknya kau pergi sekarang juga sebelum kesabaran kami benar-benar habis,” Aaron memperingati dengan nada sedingin es seraya menatap tajam sosok yang kini terkekeh meremehkan apa yang dikatakan Aaron

“Ughh… Apakah aku mengganggu kalian? Menunggu Princess yang akan kembali mungkin?” sosok itu masih mempertahankan seringaiannya bahkan semakin lebar ketika melihat empat vampire tampan ini langsung memasang sikap waspada mereka

“Jangan coba macam-macam dengannya atau kau benar-benar akan berhadapan dengan kami,” ancam Jiro, gejolak panas sudah melingkupi dirinya

“Aku menunggu hari itu tiba,” sahut sosok tersebut masih dengan seringaian iblisnya

***

Sementara dua gadis yang berada di dalam rumah tengah asik menyantap sarapan mereka dengan tenang. Namun, suara-suara dari luar cukup mengganggu bagi kedua gadis itu. Memang suaranya tidak begitu jelas tapi bisa dipastikan jika terjadi sedikit keributan di luar sana. Begitu selesai sarapan, kedua gadis itu bergegas keluar rumah. Selain takut terlambat ke sekolah, mereka juga penasaran dengan apa yang terjadi di luar sana.

“Aku menunggu hari itu tiba,” itu adalah suara yang mereka dengar begitu membuka pintu rumah dan seseorang yang mengucapkan itu membuat mereka cukup terkejut

“MIKE?” pekik kedua gadis itu bersamaan

Sementara keterkejutan masih menghampiri mereka, orang yang dipanggil Mike itu hanya menunjukkan seringaiannya. Keempat vampire yang mendengar pekikan dari Cheng Lin dan Yi Chen pun sontak membalikkan tubuh mereka dan menatap tajam kedua gadis itu. Namun, tatapan mereka beralih lagi pada Mike yang tersenyum misterius melihat ekspresi kedua gadis itu.

“Aku pergi,” ujar Mike seraya meninggalkan para vampire dan kedua gadis yang baru tersadar dari rasa terkejut mereka

“Baru kali ini aku melihatnya berada di sekitar sini,” ujar Cheng Lin yang langsung ditanggapi anggukan oleh Yi Chen sementara keempat vampire itu hanya menyimak

“Yah kau benar, apa dia tetangga baru kita sekarang ya? Uhmm, tapi seingatku tidak ada tetangga yang baru pindah di sekitar sini,” sahut Yi Chen mengerutkan keningnya

“Lalu apa yang ia lakukan? Bukankah kita tahu kalau dia tinggal di apartemen dekat sekolah? Lagipula Mike kan hanya tinggal sendiri,” tambah Cheng Lin yang juga ikut berpikir

“Hei! Kalian mengenalnya?” tanya Zun yang sedari tadi hanya diam memperhatikan

“Siapa? Mike?” Yi Chen pun balik bertanya

“Tentu saja! Memang siapa lagi?” mendadak Jiro kesal dengan kinerja otak Yi Chen yang menurutnya sedikit lambat dari biasanya

“Mike itu idola di sekolah kami jadi tak ada seorangpun yang tidak mengenalnya. Yah, walaupun kami tidak mengidolakannya seperti gadis-gadis lain tapi tetap saja informasi tentang pria itu menyebar luas seantero sekolah,” jelas Cheng Lin seakan mengerti jika para vampire itu menunggu penjelasan

“Jangan pernah mendekatinya lagi,” perintah Aaron singkat

Kenapa tidak boleh dekat dengannya? Satu pertanyaan itu kini bermain di pikiran Cheng Lin dan Yi Chen. Walaupun mereka tidak mengidolakan Mike tapi kan tetap saja pria itu adalah teman sekolah mereka. Alasan yang logis, itulah yang dibutuhkan. Kedua gadis ini menatap keempat vampire itu menuntut penjelasan.

“Pria yang kalian panggil Mike, dialah Prince of Oleander,” jawab Calvin yang sudah mengetahui maksud tatapan dari Cheng Lin dan Yi Chen

“Jadi sebaiknya kalian berhati-hatilah dengannya karena kami tidak bisa menjaga kalian selama di sekolah nanti. Kami harus kembali ke REGENNIS KINGDOM untuk melapor pada Prince Evan,” jelas Zun menambahkan

Mata kedua gadis itu membulat sempurna mendengar ucapan vampire-vampire tampan tersebut. Shock? Tentu. Seseorang yang manjadi idola sekolahnya tak disangka ternyata adalah musuh yang sudah sekian lama bersembunyi. Jadi selama ini mereka sudah diawasi? Ah, mungkin lebih tepatnya Cheng Lin yang sudah diawasi.

Namun, apapun yang mereka pikirkan belum tentu sama dengan sesuatu yang akan mereka hadapi nantinya. Mereka tahu siapa musuh yang saat ini sedang dihadapi. Oleander. Makhluk mempesona yang licik dan sangat berbahaya. Tak ada yang tahu apa yang sedang mereka rencanakan sebenarnya.

“Sebaiknya kalian berangkat sekolah sebelum terlambat,” ujar Jiro mengingatkan kedua gadis yang masih belum tersadar dari rasa terkejutnya

Suara berat Jiro ternyata berhasil membangunkan kedua gadis itu dari pikiran mereka yang sebelumnya entah lari kemana. Mereka mengerjapkan mata beberapa kali sebelum akhirnya mengangguk.

“Jika terjadi sesuatu hubungi Calvin!” perintah Aaron dengan nada datarnya yang lagi-lagi terkesan ambigu bagi Cheng Lin dan Yi Chen

“Maksudnya kalian hanya perlu memanggil namaku saja maka kami akan langsung muncul,” jelas Calvin sebelum kedua gadis itu membuka mulut mereka untuk bertanya dan dijawab anggukan oleh keduanya

Cheng Lin dan Yi Chen pun berangkat ke sekolah meninggalkan empat vampire tampan yang masih mengawasi mereka. Namun, tak lama kemudian vampire-vampire itu menghilang secara misterius. Lebih tepatnya mereka menggunakan kekuatan masing-masing untuk kembali ke REGENNIS.

***

Setibanya di sekolah Cheng Lin dan Yi Chen langsung menuju kelas mereka karena lima menit lagi bel tanda masuk akan berbunyi. Mereka memutuskan untuk menemui kepala sekolah pada jam istirahat. Kepindahan Cheng Lin yang secara mendadak ini pasti tidak akan berjalan lancar.

Hal yang lebih menyebalkannya lagi bagi kedua gadis itu adalah mereka belum mendapat saran apapun dari keempat vampire itu. Mungkin mereka memang harus memikirkan jalan keluarnya sendiri.

“Jadi anda akan pindah sekolah ke luar negeri?” tanya sang kepala sekolah setelah mendengar penjelasan dari Cheng Lin

Yah, saat ini mereka sedang berada di ruang kepala sekolah. Setelah memantapkan rencana serta alasan yang mereka pikir sudah matang, keduanya langsung bergegas menghadap kepala sekolah. Mereka hanya bisa berharap saat ini kepala sekolah tidak banyak bertanya dan memberi persetujuan untuk kepindahan Cheng Lin.

“Seperti yang sudah saya jelaskan tadi zhu ren,” jawab Cheng Lin

Alasan yang mereka gunakan yaitu dengan mengatakan jika Cheng Lin akan meneruskan kuliahnya nanti di luar negeri. Berhubung mereka sudah berada di tingkat akhir Senior High School maka Cheng Lin harus terlebih dahulu mempersiapkan diri untuk beradaptasi di negara orang. Mungkin sedikit aneh tapi untungnya kepala sekolah dapat menerima alasan mereka. Sedikit rasa lega melingkupi perasaan kedua gadis tersebut.

Hidup manusia tak pernah sekalipun terhindar dari masalah. Tuhan menciptakan makhluknya dengan takdir yang sudah Beliau tetapkan. Tentu, saat ini Cheng Lin dan Yi Chen masih belum bisa bernafas lega. Sekarang yang harus mereka pikirkan adalah alasan logis untuk orang tua Cheng Lin.

Namun, baru saja mereka keluar beberapa langkah dari ruang kepala sekolah sesuatu yang mungkin bisa dikatakan berbahaya menghampiri mereka. Yah, lebih tepatnya adalah sosok makhluk yang baru mereka ketahui identitas aslinya pagi tadi muncul di hadapan mereka dengan menampakkan seringaian iblisnya.

“Hai nona-nona manis! Sudah tahu siapa aku sebenarnya, hm?” sosok itu berjalan semakin mendekat ke arah mereka

Sekelebat bayangan tadi pagi muncul di pikiran mereka, berputar dengan sangat jelas bahkan ucapan keempat vampire tampan itupun masih terngiang di telinga kedua gadis ini. Hal yang sempat membuat mereka shock.

“Jangan pernah mendekatinya lagi,”

“Pria yang kalian panggil Mike, dialah Prince of Oleander,”

“Jadi sebaiknya kalian berhati-hatilah dengannya karena kami tidak bisa menjaga kalian selama di sekolah nanti.”

Oh God! Apa yang harus mereka lakukan saat ini? Ayolah, jika dihadapkan dengan sesuatu yang menjadi sumber masalah dan tidak memiliki persiapan apapun untuk menghadapinya lalu bagaimana? Vampire-vampire itu tidak bisa melindungi mereka saat ini. Apa itu artinya mereka harus berusaha sendiri lagi untuk melindungi diri? Namun, hal itu jelas tidak mungkin bisa mereka lakukan. Karena apa? Tentu saja yang mereka hadapi adalah makhluk terlicik di dunia. Prince of Oliander.

“Apa maumu, hah?” bentak Yi Chen seraya berdiri tepat di depan Cheng Lin

Gadis itu berpikir jika Mike pasti mengincar Cheng Lin jadi sebagai sahabat yang baik ia harus melindungi sahabatnya. Lagipula Yi Chen hanyalah manusia biasa jadi Mike tidak akan berbuat jahat padanya terlebih saat ini mereka berada di area sekolah dan dekat dengan ruang kepala sekolah.

“Mauku?” Mike menyeringai semakin lebar, sungguh terlihat menakutkan. “Aku hanya ingin menjemput Queen of Oleander, calon istriku,” sahutnya semakin mendekat sementara kedua gadis itu mulai berjalan mundur

“Aku tidak akan membiarkanmu membawa Cheng Lin,” Yi Chen masih merentangkan tangannya, mewaspadai gerakan Mike yang mungkin saja sama cepatnya seperti gerakan para vampire itu. Ia tidak mau melakukan kesalahan.

“Kau sungguh menggemaskan Yi Chen xiaojie,” Mike menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum yang kali ini terlihat mempesona berbeda dengan seringaiannya tadi.

Kedua gadis itu mengerutkan kening mereka. Bingung, itulah maksudnya. Apa maksud Mike mengatakan hal itu? Hei, sejak kapan seseorang yang menjadi menggemaskan saat sedang emosi? Namun, itulah yang memang dirasakan Mike. Yi Chen terlihat lucu dan menggemaskan ketika emosi. Ada yang aneh disini, sesuatu yang tidak beres.

“Apa kau pikir aku akan menjadikan musuhku sebagai calon istri, hmm?” tanya Mike penuh penekanan seraya menampakkan kembali seringai iblisnya

“A – apa maksudmu?” nada bicara Yi Chen yang semula penuh emosi kini berubah gugup dan ketakutan

“Sepertinya kau cukup pandai untuk mengetahui maksudku, my queen,” sahut Mike yang kini sudah berada tepat dihadapan Yi Chen. Jarak mereka hanya terpaut sepuluh sentimeter.

Cheng Lin sendiri terlihat sudah mencerna dengan baik maksud ucapan Mike barusan. Ia terlihat panik sekarang dan dengan cepat menarik Yi Chen ke balik tubuhnya. Giliran dirinya yang melindungi Yi Chen dari Mike. Namun, sayangnya Cheng Lin masih seorang manusia sekarang. Tubuhnya kalah sigap dari Mike yang notabene memiliki kekuatan khusus. Bahkan Mike kini sudah berada di belakangnya dan menarik Yi Chen ke dalam dekapannya.

Damn! Sahabatnya sudah terkurung dalam dekapan posesif Mike sang Prince of Oleander. Yi Chen terus berusaha berontak namun tak ada hasilnya. Kekuatannya habis sudah dan tubuhnya lemas karena terlalu banyak mengeluarkan tenaga. Dalam sekejap mata mereka menghilang. Mike membawa Yi Chen pergi, sahabat terbaiknya menghilang.

Air mata mulai menetes satu persatu dan akhirnya membentuk aliran sungai di pelupuk matanya yang mengalir deras membasahi pipi gadis itu. Ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Astaga, sahabat terbaiknya menghilang. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Ia tak bisa melindungi sahabatnya sendiri.

“Jika terjadi sesuatu hubungi Calvin!” ucapan Aaron tadi pagi kembali terngiang di telinganya. Yah, hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini.

“CALVIN! CALVIN! CALVIN!” Cheng Lin terus memanggil nama itu dalam hatinya, ia ingin menjerit namun akal sehatnya masih cukup berjalan baik. Saat ini ia sedang berada di sekolah, tak mungkin meneriakkan nama itu sekeras-kerasnya. Isakan tangis semakin keras terdengar dari bibirnya. “CALVIN! CALVIN!” lagi ia memanggil nama itu



>>> To be continue .....

 




No comments:

Powered by Blogger.