Title::
Rose Destiny
Author::
TaraChun
Main
Cast:: Jiro Wang as Wang Da Dong
Rainie Yang as Yang
Cheng Lin
Support
Cast:: Fahrenheit, Mike He, Ariel Lin Yi Chen, Yang Fan | HIT– 5
Genre::
Fantasy, Romance
Length::
Chapter
Disclaimer:: Saya membuat
cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi
mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi
jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.
Sang surya telah
sempurna memamerkan sinarnya pada seisi dunia. Setiap makhluk sudah bersiap
dengan kegiatan sehari-hari mereka namun berbeda dengan yang dilakukan oleh dua
orang gadis yang masih setia berada dalam sebuah kamar. Mereka tak lain adalah
Cheng Lin dan Yi Chen, sibuk memikirkan bagaimana cara terbaik untuk memecahkan
satu masalah rumit yang di luar nalar manusia.
“Jadi bagaimana sekarang?
Orang tuaku akan pulang malam ini,” ujar Cheng Lin
Mereka terdiam,
memikirkan hal rumit ini sungguh membuat kepala kedua gadis ini rasanya ingin
pecah. Alasan apa yang harus mereka berikan pada orang tua Cheng Lin dan
sekolah? Sungguh memusingkan. Tentu alasan yang logis dan bisa dicerna oleh
akal sehat manusia, tapi apa?
Jika mereka mengatakan
pada orang tua Cheng Lin bahwa anak gadis mereka ini ingin melanjutkan sekolah
di luar negeri, apa yang terjadi? Lalu sekolah? Bagaimana jika mereka
mengatakan bahwa Cheng Lin akan dipindahkan keluar negeri oleh orang tuanya?
Bukankah kedua alasan itu mempunyai korelasi yang tepat? Tapi… Ada satu hal
yang kurang disini. Isi pikiran mereka memang sama dan kekurangannya adalah
sesuatu yang berkaitan.
“Kemana aku akan
pindah? Jika aku mengatakan pada ayah dan ibu ingin pindah ke luar negeri,
mereka pasti akan mengajakku ke Kanada. Bisnis mereka sedang maju pesat di sana. Terlebih lagi mereka memang sudah sejak
awal ingin aku ikut mereka pindah ke Kanada,” Cheng Lin pun mengutarakan
pendapat setelah sebelumnya saling melempar tatapan dengan Yi Chen yang
ternyata sepemikiran dengannya
“Astaga! Kenapa rumit
sekali? Kau lihat? Kepalaku sekarang sudah berasap,” Yi Chen mendengus kesal
memikirkan jalan keluar terbaik tapi tidak menyusahkan mereka juga
Lagi dan lagi mereka
terdiam. Seandainya saja para vampire tampan itu tidak muncul dan mengacaukan
segalanya pasti otak mereka masih normal saat ini. Gadis seumuran mereka
seharusnya tidak memikirkan hal yang merumitkan. Lebih baik waktu mereka
habiskan untuk shopping dan travelling. Pasti menyenangkan, itulah
yang mereka bayangkan.
“Huhh! Dasar
vampire-vampire tidak bertanggung jawab, seharusnya mereka membantu kita disini
mencari jalan keluar yang tepat. Jangan karena tampan jadi seenaknya saja,”
keluh Yi Chen dengan otaknya yang sudah mulai buntu sementara Cheng Lin hanya
bisa tertawa geli mendengar gerutuan sahabatnya
Selang beberapa detik
hawa aneh terasa di sekitar mereka. Angin yang entah berasal darimana membuat
kedua gadis itu meremang. Tentu aneh rasanya jika mereka merasakan desiran
angin di kamar itu. Walaupun AC dinyalakan tapi tetap ada perbedaan bukan?
Sedangkan jendela kamar belum mereka buka sejak bangun tadi.
Tak lama kemudian
muncul beberapa sosok yang memang sudah tidak asing bagi mereka. Walau baru
sekali bertemu tentu sulit melupakan sosok tampan dari otak kedua gadis ini.
Yah, tak asing memang karena saat ini yang mereka lihat adalah empat vampire
yang kemarin menyita waktu mereka dan membuat keduanya harus berpikir keras
saat ini.
“Mencari kami nona
manis?” ujar salah seorang dari vampire tersebut yang dikenal bernama Calvin
“E – eh?” kedua gadis
itu terlonjak kaget melihat kemunculan empat vampire tampan yang sempat menjadi
objek pembicaraan mereka atau lebih tepatnya menjadi bahan limpahan kekesalan
Yi Chen
“Kenapa kalian bisa ada
disini?” tanya Cheng Lin setelah berhasil mengendalikan rasa terkejutnya
“Bukankah kalian yang
ingin kami ada disini?” sahut Calvin membalikkan pertanyaan
“Ternyata mereka narsis
juga ya? Aku kan hanya bilang agar mereka bantu berpikir bukan berarti harus
muncul tiba-tiba disini,” bisik Yi Chen pada Cheng Lin yang disetujui dengan
anggukan oleh sahabatnya itu
“Kami bisa mendengarnya
nona-nona,” ujar Zun membuat kedua gadis itu menegang namun tak lama kemudian
keduanya tertawa canggung
Suasana dalam kamar
hening sejenak, baik Cheng Lin dan Yi Chen hanya diam saja setelah tawa
canggung mereka. Calvin bahkan terlihat bertanya-tanya karna tak ada satupun
dari kedua gadis itu yang bisa ia dengar pikirannya. Apakah mereka memang
sedang tidak berpikir saat ini?
Namun, tak lama
kemudian sebuah suara memecah keheningan di antara mereka. Suara itu berasal
dari salah seorang gadis yang sejak tadi hanya diam saja, mereka memang tidak
berpikir karena sebelumnya asik dengan lamunan masing-masing. Aneh bukan jika
kedua gadis itu isi pikirannya tidak bisa ditembus oleh Calvin?
“Jadi apa usul kalian?”
tanya Cheng Lin setelah sadar dari lamunannya
“Kami sudah buntu
sekarang,” lanjut Cheng Lin
Keempat vampire tampan
itu saling menatap satu sama lain kemudian menyeringai membuat kedua gadis itu
bergidik ngeri melihatnya. Satu hal lagi yang mereka ketahui, setampan apapun vampire
tetaplah makhluk yang menyeramkan terlebih ketika melihat taring tajam mereka
yang menyembul keluar.
“Katakan sesuatu!
Kalian terlihat menyeramkan jika seperti itu,” ujar Cheng Lin setengah
terdengar merengek dari nada bicaranya dan disetujui oleh anggukan Yi Chen
Tak ada sepatah katapun
yang keluar dari bibir keempat vampire tampan itu, mereka masih membisu seolah
ingin kedua gadis ini menebak isi pikiran mereka tapi mana mungkin? Mereka
berempat melakukan telepati sejak tadi untuk merancang sebuah rencana yang
tepat dan tidak mencurigakan. Namun, kebisuan mereka justru membuat Cheng Lin
dan Yi Chen kesal setengah mati. Cukup sudah mereka menunggu. Bagi kedua gadis
ini waktunya sudah cukup lama.
“It’s over vampires, you can
leave this place guys. We will go to school,” ujar Yi Chen dengan bahasa
inggris nya yang ternyata sudah ada kemajuan
Tanpa menunggu perintah
untuk kedua kalinya lagi, empat vampire itu pun menghilang dalam sekejap mata.
Bukan sepenuhnya menghilang tapi mereka sedang berjaga di luar rumah. Yah,
sejak tadi mereka memang sudah merasakan hawa yang tidak asing lagi bagi mereka
mendekat ke rumah ini.
Hanya berselang satu
menit, sesuatu atau lebih tepatnya sesosok makhluk muncul di hadapan mereka
dengan seringaian khasnya. Mungkin jika wanita yang melihat seringaian itu akan
menjerit karena terpesona oleh sosok ini namun bagi para vampire seringaian itu
terlihat menjijikan.
“Long time no see vampires,” ujar sosok tersebut
“Wow… Setelah beratus
tahun lamanya bersembunyi ternyata Prince
of Oliander sudah berani menunjukkan dirinya,” ejek Jiro dengan nada datar
terkesan meremehkan
“Cih! Kau bukan lawanku
vampire bodoh!” sosok itu menatap tajam Jiro yang pertama kali menyambut
kedatangannya
“Of course! Karna kau tetap makhluk lemah yang menjijikan,” sahut
Jiro balas menatap tajam sosok yang merupakan Pangeran Oleander itu
“Mau apa kau kemari?”
tanya Aaron tak kalah sinisnya dan terlihat sangat dingin
“Hanya tak sengaja
lewat dan menyapa teman lama,” jawab sosok itu santai sambil mengendikan
bahunya seolah tak terpengaruh dengan ucapan Jiro dan tatapan tajam Aaron
Zun masih memasang
sikap waspadanya karena bagaimanapun saat ini sosok yang merupakan musuh
bebuyutan bangsanya ada di hadapan mereka dan tak bisa dianggap remeh. Tak ada yang
tahu pasti apa sebenarnya motif kemunculan Pangeran Oleander ini bahkan Calvin sekalipun.
Jika ditanya kenapa?
Oh, ayolah tak ada yang sempurna di dunia ini. Setiap kekuatan pasti ada
kelemahannya bukan? Yah, kelemahan mind
control yang dimiliki Calvin berhubungan dengan Oleander. Ia tak pernah bisa berhasil masuk dalam pikiran bangsa Oleander tersebut. Entah kenapa? Namun,
Calvin yakin bahwa Oleander sudah
menutupi pikiran bangsa mereka agar tidak bisa ditembus oleh kekuatan mind control. Itu semua terjadi sejak
pemberontakan besar-besaran yang dilakukan Oleander
ratusan tahun yang lalu sebelum menghilang.
“Well, bagaimana dengan pangeran kalian? Hah, sudah lama tidak
berjumpa dengan teman lama membuatku merasa bernostalgia,” ujar sosok itu
dengan nada merendahkan
“Sebelum bertemu dengan
Prince Evan, kau harus menghadapi kami terlebih dulu,” sahut Zun sinis
“Ohh… Hai Zun! Tak
kusangka ternyata kau masih setia dengan makhluk seperti mereka,” sosok itu
menyeringai terlihat sangat angkuh
“Tak perlu banyak
bicara, sebaiknya kau pergi sekarang juga sebelum kesabaran kami benar-benar
habis,” Aaron memperingati dengan nada sedingin es seraya menatap tajam sosok
yang kini terkekeh meremehkan apa yang dikatakan Aaron
“Ughh… Apakah aku
mengganggu kalian? Menunggu Princess yang akan kembali mungkin?” sosok itu
masih mempertahankan seringaiannya bahkan semakin lebar ketika melihat empat
vampire tampan ini langsung memasang sikap waspada mereka
“Jangan coba
macam-macam dengannya atau kau benar-benar akan berhadapan dengan kami,” ancam
Jiro, gejolak panas sudah melingkupi dirinya
“Aku menunggu hari itu
tiba,” sahut sosok tersebut masih dengan seringaian iblisnya
***
Sementara dua gadis
yang berada di dalam rumah tengah asik menyantap sarapan mereka dengan tenang.
Namun, suara-suara dari luar cukup mengganggu bagi kedua gadis itu. Memang
suaranya tidak begitu jelas tapi bisa dipastikan jika terjadi sedikit keributan
di luar sana. Begitu selesai sarapan, kedua gadis itu bergegas keluar rumah.
Selain takut terlambat ke sekolah, mereka juga penasaran dengan apa yang
terjadi di luar sana.
“Aku menunggu hari itu
tiba,” itu adalah suara yang mereka dengar begitu membuka pintu rumah dan
seseorang yang mengucapkan itu membuat mereka cukup terkejut
“MIKE?” pekik kedua gadis
itu bersamaan
Sementara keterkejutan
masih menghampiri mereka, orang yang dipanggil Mike itu hanya menunjukkan
seringaiannya. Keempat vampire yang mendengar pekikan dari Cheng Lin dan Yi
Chen pun sontak membalikkan tubuh mereka dan menatap tajam kedua gadis itu.
Namun, tatapan mereka beralih lagi pada Mike yang tersenyum misterius melihat
ekspresi kedua gadis itu.
“Aku pergi,” ujar Mike
seraya meninggalkan para vampire dan kedua gadis yang baru tersadar dari rasa
terkejut mereka
“Baru kali ini aku melihatnya
berada di sekitar sini,” ujar Cheng Lin yang langsung ditanggapi anggukan oleh
Yi Chen sementara keempat vampire itu hanya menyimak
“Yah kau benar, apa dia
tetangga baru kita sekarang ya? Uhmm, tapi seingatku tidak ada tetangga yang
baru pindah di sekitar sini,” sahut Yi Chen mengerutkan keningnya
“Lalu apa yang ia
lakukan? Bukankah kita tahu kalau dia tinggal di apartemen dekat sekolah?
Lagipula Mike kan hanya tinggal sendiri,” tambah Cheng Lin yang juga ikut
berpikir
“Hei! Kalian
mengenalnya?” tanya Zun yang sedari tadi hanya diam memperhatikan
“Siapa? Mike?” Yi Chen
pun balik bertanya
“Tentu saja! Memang
siapa lagi?” mendadak Jiro kesal dengan kinerja otak Yi Chen yang menurutnya
sedikit lambat dari biasanya
“Mike itu idola di
sekolah kami jadi tak ada seorangpun yang tidak mengenalnya. Yah, walaupun kami
tidak mengidolakannya seperti gadis-gadis lain tapi tetap saja informasi
tentang pria itu menyebar luas seantero sekolah,” jelas Cheng Lin seakan
mengerti jika para vampire itu menunggu penjelasan
“Jangan pernah
mendekatinya lagi,” perintah Aaron singkat
Kenapa tidak boleh
dekat dengannya? Satu pertanyaan itu kini bermain di pikiran Cheng Lin dan Yi
Chen. Walaupun mereka tidak mengidolakan Mike tapi kan tetap saja pria itu
adalah teman sekolah mereka. Alasan yang logis, itulah yang dibutuhkan. Kedua
gadis ini menatap keempat vampire itu menuntut penjelasan.
“Pria yang kalian
panggil Mike, dialah Prince of Oleander,”
jawab Calvin yang sudah mengetahui maksud tatapan dari Cheng Lin dan Yi Chen
“Jadi sebaiknya kalian
berhati-hatilah dengannya karena kami tidak bisa menjaga kalian selama di
sekolah nanti. Kami harus kembali ke REGENNIS
KINGDOM untuk melapor pada Prince Evan,” jelas Zun menambahkan
Mata kedua gadis itu
membulat sempurna mendengar ucapan vampire-vampire tampan tersebut. Shock?
Tentu. Seseorang yang manjadi idola sekolahnya tak disangka ternyata adalah
musuh yang sudah sekian lama bersembunyi. Jadi selama ini mereka sudah diawasi?
Ah, mungkin lebih tepatnya Cheng Lin yang sudah diawasi.
Namun, apapun yang
mereka pikirkan belum tentu sama dengan sesuatu yang akan mereka hadapi
nantinya. Mereka tahu siapa musuh yang saat ini sedang dihadapi. Oleander. Makhluk mempesona yang licik
dan sangat berbahaya. Tak ada yang tahu apa yang sedang mereka rencanakan
sebenarnya.
“Sebaiknya kalian
berangkat sekolah sebelum terlambat,” ujar Jiro mengingatkan kedua gadis yang
masih belum tersadar dari rasa terkejutnya
Suara berat Jiro
ternyata berhasil membangunkan kedua gadis itu dari pikiran mereka yang
sebelumnya entah lari kemana. Mereka mengerjapkan mata beberapa kali sebelum
akhirnya mengangguk.
“Jika terjadi sesuatu
hubungi Calvin!” perintah Aaron dengan nada datarnya yang lagi-lagi terkesan
ambigu bagi Cheng Lin dan Yi Chen
“Maksudnya kalian hanya
perlu memanggil namaku saja maka kami akan langsung muncul,” jelas Calvin
sebelum kedua gadis itu membuka mulut mereka untuk bertanya dan dijawab
anggukan oleh keduanya
Cheng Lin dan Yi Chen
pun berangkat ke sekolah meninggalkan empat vampire tampan yang masih mengawasi
mereka. Namun, tak lama kemudian vampire-vampire itu menghilang secara
misterius. Lebih tepatnya mereka menggunakan kekuatan masing-masing untuk
kembali ke REGENNIS.
***
Setibanya di sekolah
Cheng Lin dan Yi Chen langsung menuju kelas mereka karena lima menit lagi bel
tanda masuk akan berbunyi. Mereka memutuskan untuk menemui kepala sekolah pada
jam istirahat. Kepindahan Cheng Lin yang secara mendadak ini pasti tidak akan
berjalan lancar.
Hal yang lebih
menyebalkannya lagi bagi kedua gadis itu adalah mereka belum mendapat saran
apapun dari keempat vampire itu. Mungkin mereka memang harus memikirkan jalan
keluarnya sendiri.
“Jadi anda akan pindah
sekolah ke luar negeri?” tanya sang kepala sekolah setelah mendengar penjelasan
dari Cheng Lin
Yah, saat ini mereka
sedang berada di ruang kepala sekolah. Setelah memantapkan rencana serta alasan
yang mereka pikir sudah matang, keduanya langsung bergegas menghadap kepala
sekolah. Mereka hanya bisa berharap saat ini kepala sekolah tidak banyak
bertanya dan memberi persetujuan untuk kepindahan Cheng Lin.
“Seperti yang sudah
saya jelaskan tadi zhu ren,” jawab
Cheng Lin
Alasan yang mereka
gunakan yaitu dengan mengatakan jika Cheng Lin akan meneruskan kuliahnya nanti
di luar negeri. Berhubung mereka sudah berada di tingkat akhir Senior High
School maka Cheng Lin harus terlebih dahulu mempersiapkan diri untuk
beradaptasi di negara orang. Mungkin sedikit aneh tapi untungnya kepala sekolah
dapat menerima alasan mereka. Sedikit rasa lega melingkupi perasaan kedua gadis
tersebut.
Hidup manusia tak
pernah sekalipun terhindar dari masalah. Tuhan menciptakan makhluknya dengan
takdir yang sudah Beliau tetapkan. Tentu, saat ini Cheng Lin dan Yi Chen masih
belum bisa bernafas lega. Sekarang yang harus mereka pikirkan adalah alasan
logis untuk orang tua Cheng Lin.
Namun, baru saja mereka
keluar beberapa langkah dari ruang kepala sekolah sesuatu yang mungkin bisa
dikatakan berbahaya menghampiri mereka. Yah, lebih tepatnya adalah sosok
makhluk yang baru mereka ketahui identitas aslinya pagi tadi muncul di hadapan
mereka dengan menampakkan seringaian iblisnya.
“Hai nona-nona manis!
Sudah tahu siapa aku sebenarnya, hm?” sosok itu berjalan semakin mendekat ke
arah mereka
Sekelebat bayangan tadi
pagi muncul di pikiran mereka, berputar dengan sangat jelas bahkan ucapan
keempat vampire tampan itupun masih terngiang di telinga kedua gadis ini. Hal
yang sempat membuat mereka shock.
“Jangan
pernah mendekatinya lagi,”
“Pria
yang kalian panggil Mike, dialah Prince of Oleander,”
“Jadi
sebaiknya kalian berhati-hatilah dengannya karena kami tidak bisa menjaga kalian
selama di sekolah nanti.”
Oh
God!
Apa yang harus mereka lakukan saat ini? Ayolah, jika dihadapkan dengan sesuatu
yang menjadi sumber masalah dan tidak memiliki persiapan apapun untuk
menghadapinya lalu bagaimana? Vampire-vampire itu tidak bisa melindungi mereka
saat ini. Apa itu artinya mereka harus berusaha sendiri lagi untuk melindungi
diri? Namun, hal itu jelas tidak mungkin bisa mereka lakukan. Karena apa? Tentu
saja yang mereka hadapi adalah makhluk terlicik di dunia. Prince of Oliander.
“Apa maumu, hah?”
bentak Yi Chen seraya berdiri tepat di depan Cheng Lin
Gadis itu berpikir jika
Mike pasti mengincar Cheng Lin jadi sebagai sahabat yang baik ia harus
melindungi sahabatnya. Lagipula Yi Chen hanyalah manusia biasa jadi Mike tidak
akan berbuat jahat padanya terlebih saat ini mereka berada di area sekolah dan
dekat dengan ruang kepala sekolah.
“Mauku?” Mike
menyeringai semakin lebar, sungguh terlihat menakutkan. “Aku hanya ingin
menjemput Queen of Oleander, calon
istriku,” sahutnya semakin mendekat sementara kedua gadis itu mulai berjalan
mundur
“Aku tidak akan
membiarkanmu membawa Cheng Lin,” Yi Chen masih merentangkan tangannya,
mewaspadai gerakan Mike yang mungkin saja sama cepatnya seperti gerakan para
vampire itu. Ia tidak mau melakukan kesalahan.
“Kau sungguh
menggemaskan Yi Chen xiaojie,” Mike
menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum yang kali ini terlihat
mempesona berbeda dengan seringaiannya tadi.
Kedua gadis itu
mengerutkan kening mereka. Bingung, itulah maksudnya. Apa maksud Mike
mengatakan hal itu? Hei, sejak kapan seseorang yang menjadi menggemaskan saat
sedang emosi? Namun, itulah yang memang dirasakan Mike. Yi Chen terlihat lucu
dan menggemaskan ketika emosi. Ada yang aneh disini, sesuatu yang tidak beres.
“Apa kau pikir aku akan
menjadikan musuhku sebagai calon istri, hmm?” tanya Mike penuh penekanan seraya
menampakkan kembali seringai iblisnya
“A – apa maksudmu?”
nada bicara Yi Chen yang semula penuh emosi kini berubah gugup dan ketakutan
“Sepertinya kau cukup
pandai untuk mengetahui maksudku, my
queen,” sahut Mike yang kini sudah berada tepat dihadapan Yi Chen. Jarak
mereka hanya terpaut sepuluh sentimeter.
Cheng Lin sendiri
terlihat sudah mencerna dengan baik maksud ucapan Mike barusan. Ia terlihat
panik sekarang dan dengan cepat menarik Yi Chen ke balik tubuhnya. Giliran
dirinya yang melindungi Yi Chen dari Mike. Namun, sayangnya Cheng Lin masih
seorang manusia sekarang. Tubuhnya kalah sigap dari Mike yang notabene memiliki
kekuatan khusus. Bahkan Mike kini sudah berada di belakangnya dan menarik Yi
Chen ke dalam dekapannya.
Damn!
Sahabatnya sudah terkurung dalam dekapan posesif Mike sang Prince of Oleander. Yi Chen terus berusaha berontak namun tak ada
hasilnya. Kekuatannya habis sudah dan tubuhnya lemas karena terlalu banyak
mengeluarkan tenaga. Dalam sekejap mata mereka menghilang. Mike membawa Yi Chen
pergi, sahabat terbaiknya menghilang.
Air mata mulai menetes
satu persatu dan akhirnya membentuk aliran sungai di pelupuk matanya yang
mengalir deras membasahi pipi gadis itu. Ia tidak tahu harus berbuat apa
sekarang. Astaga, sahabat terbaiknya menghilang. Bagaimana mungkin ini bisa
terjadi? Ia tak bisa melindungi sahabatnya sendiri.
“Jika
terjadi sesuatu hubungi Calvin!” ucapan Aaron tadi pagi
kembali terngiang di telinganya. Yah, hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini.
“CALVIN! CALVIN!
CALVIN!” Cheng Lin terus memanggil nama itu dalam hatinya, ia ingin menjerit
namun akal sehatnya masih cukup berjalan baik. Saat ini ia sedang berada di
sekolah, tak mungkin meneriakkan nama itu sekeras-kerasnya. Isakan tangis
semakin keras terdengar dari bibirnya. “CALVIN! CALVIN!” lagi ia memanggil nama
itu
>>> To be continue .....
No comments:
Post a Comment