Title::
Rose Destiny
Author::
TaraChun
Main
Cast:: Jiro Wang as Wang Da Dong
Rainie Yang as Yang
Cheng Lin
Support
Cast:: Fahrenheit, Mike He, Ariel Lin Yi Chen, Yang Fan | HIT– 5
Genre::
Fantasy
Length::
Chapter
Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.
Note:: Awalnya ff ini pengen aku jadiin oneshot aja tapi setelah dipikir lagi kayaknya akan kepanjangan di jadiin oneshot ya dipecah deh jadinya. But jangan khawatir karna ff ini tiap part nya gak akan sepanjang ff2 aku sebelumnya n diusahain juga cepet rilis part berikutnya.. ^^
Tak
ada seorangpun yang dapat menentang takdir bahkan bagi para makhluk immortal sekalipun yang notabene dikenal
sebagai makhluk abadi. Mereka bisa saja musnah jika sesuatu yang merupakan
sumber kehidupan mereka sudah tidak ada lagi di dunia.
“Bawa
kakakku kembali sebelum usianya genap tujuh belas tahun!” perintah seorang pria
tampan yang duduk di singgasana kerajaan mewakili ayahnya
“Baik
Pangeran!” sahut empat orang pria lainnya yang berusia sedikit diatas pria yang
mereka sebut pangeran
Keempat pria itu pun keluar dari istana setelah menerima
perintah dari Prince Evan yang merupakan putra mahkota dari REGENNIS KINGDOM. Sebuah kerajaan yang
memimpin makhluk-makhluk abadi penghisap darah.
Kini berkumpullah
mereka di sebuah ruangan khusus tempat yang hanya boleh dimasuki oleh keturunan
kerajaan dan Fahrenheit.
Vampire-vampire kaum bangsawan yang terdiri dari empat orang pria tampan
tersebut menjuluki kelompok mereka dengan nama Fahrenheit. Entah apa alasannya
mereka memberikan nama itu, tak ada yang tahu kecuali mereka sendiri.
Masing-masing anggota
dari kelompok Fahrenheit tersebut memiliki kekuatan istimewa yang tidak
dimiliki oleh vampire-vampire lainnya kecuali vampire dari keluarga kerajaan.
Maka dari itulah keempat vampire bangsawan ini menjadi vampire kepercayaan
kerajaan yang notabene merupakan vampire darah murni atau lebih dikenal dengan
vampire origin.
“Jadi bagaimana? Siapa
yang akan ke Light City?” tanya salah
seorang dari mereka yang memilki tinggi kira-kira 181 cm
“Jangan konyol Jiro!
Tanpa bertanya pun kau tahu siapa yang akan ke tempat itu,” sahut seorang pria
lain dengan tubuh kekarnya sambil bersedekap
“Tapi Zun kenapa selalu
aku tiap kali harus ditugaskan ke tempat itu?” protes pria bernama Jiro itu
“Kau sudah tahu
alasannya Jiro, hanya kekuatanmu yang bisa bertahan lebih lama jika berada di
tempat itu,” sahut pria imut berwajah paling dingin
“Kalau begini jadinya
aku tidak mau memiliki kekuatan ini,” gerutu Jiro lagi-lagi tidak terima
“Lagipula tidak ada
salahnya bukan jika kau ke tempat itu? Tenang saja, aku akan membantumu dari
sini!” ujar pria yang paling tinggi diantara mereka
Sebenarnya apa maksud
dari ‘tempat itu’? Kenapa para vampire-vamprie bangsawan seperti mereka tidak
menyukai ‘tempat itu’? Tentu yang dimaksud adalah ‘Light City’ dimana para manusia berada dan pastinya terang.
Sedangkan vampire jika berada di tempat itu pada siang hari maka tak menutup
kemungkinan kekuatan mereka akan melemah.
Sebelumnya sudah dijelaskan
kalau vampire dari kelompok Fahrenheit
itu mempunyai kekuatan istimewa bukan? Disinilah jawaban kenapa hanya Jiro yang
selalu ditugaskan jika sudah berkaitan dengan Light City. Dan juga kenapa hanya kekuatannya saja yang bisa
bertahan?
Tak ada salahnya kalau
harus berkenalan terlebih dahulu dengan para vempire tampan dari kelompok Fahrenheit bukan? Tentu tidak karena
mereka vampire yang pastinya tampan dan dapat menghipnotis para wanita dalam
sekejap hanya dengan menatap wajah mereka saja.
Dimulai dari vampire
tampan bertubuh kekar yang memiliki tatapan setajam elang ini bernama Zun,
dengan kekuatan Wind Control nya bisa membuat angin sebesar apapun yang
diinginkannya. Selanjutnya vampire imut berwajah dingin bernama Aaron, sesuai
dengan wajahnya memiliki kekuatan Ice
Control maka dengan mudahnya ia bisa membekukan apapun. Kemudian vampire
dengan postur tubuh tertinggi diantara yang lainnya ini bernama Calvin, ia
memiliki kekuatan Mind Control yang
bisa membuatnya dengan mudah melakukan apapun yang ia mau sesuai dengan
perintah otaknya serta bisa juga membaca pikiran termasuk melakukan telephaty terhadap siapapun yang
diinginkannya. Terakhir vampire yang selalu ditugaskan ke Light City ini bernama Jiro, memiliki kekuatan Fire Control yang bisa dibilang cukup tangguh jika sudah berhadapan
dengan terik matahari karena memang ia sudah terbiasa dengan panas dari
kekuatannya sendiri dan jika sedang marah bisa membakar apapun yang ia mau.
Namun, sehebat apapun
kekuatan mereka tetap saja tidak bisa mengalahkan kekuatan dari vampire Origin.
Vampire Origin bisa dengan bebasnya
ke Light City tanpa harus takut pada
sinar matahari. Jika ditanya kenapa bukan Prince Evan saja yang ke Light City?
Tentu jawabannya sangat sederhana. Siapa yang akan menjaga REGENNIS KINGDOM jika tidak ada satupun dari keluarga kerajaan di
istana tersebut? Benar, tidak mungkin jika hanya mengandalkan empat vampire
bangsawan berkekuatan istimewa itu untuk menjaga kerajaan sebesar REGENNIS.
King and Queen sedang
berada di REGNUM UNION untuk membahas
dan mencari cara menyelesaikan masalah yang terjadi antara Vampire dan Wolf yang tak
kunjung berakhir. Selalu ada masalah yang terjadi diantara dua makhluk ini.
Namun, sekarang waktu mereka semakin sempit karena kalau masalah ini tidak
selesai juga maka kepunahan dari kaum kedua makhluk itu akan benar-benar
terjadi.
***
“Hwaa Yi Chen!” teriak
seorang gadis terdengar nada frustasi
“Kau kenapa lagi Cheng
Lin?” tanya gadis lainnya bernama Yi Chen pada sahabatnya
Kedua gadis cantik yang
bersahabat itu kini tengah menikmati waktu istirahat mereka di taman belakang
Feifei International High School. Jika mendapat pertanyaan kenapa tidak
menghabiskan waktu istirahat di kantin seperti siswa-siswi lainnya? Itu karena
mereka bukanlah tipe gadis-gadis yang suka keramaian apalagi suasana kantin
saat istirahat pasti akan dipenuhi dengan teriakan histeris para siswi-siswi
sekolah ini.
Setiap sekolah pasti
memiliki seseorang yang menjadi idola para siswa-siswi. Tentu tak jauh berbeda
dari sekolah lain. Di sekolah mereka juga ada seorang pria tampan yang menjadi
idola hampir seluruh siswi sekolah itu terkecuali kedua gadis bersahabat ini.
Dia adalah kapten basket sekolah bernama He Jun Xiang tapi lebih sering
dipanggil Mike.
“Kau tahu hari ini
lagi-lagi setangkai mawar di kebunku layu,”ujar Cheng Lin menjawab pertanyaan
sahabatnya
“Mungkin memang sudah
waktunya mawar itu harus layu Cheng Lin, kau jangan sepanik itu!” pinta Yi Chen
lagi pada sahabatnya yang sangat menggemari bunga dengan wangi seperti parfum
dan memiliki duri di tangkainya
“Tapi ini aneh Yi
Chen,” balasnya tak terima. “Kalau layunya wajar berwarna cokelat sih aku tidak
mempermasalahkannya tapi ketika kau melihatnya sendiri pasti akan terkejut
juga. Mawar yang layu kemarin dengan yang tadi pagi kulihat sama-sama berubah
warna menjadi hitam dan menyeruakkan sedikit bau busuk,” lanjutnya lagi dan
berhasil memancing tanggapan serius dari sahabatnya
“Zhen
de ma?” tanya Yi Chen sambil mengetuk-ngetukkan telunjuknya
di dagu seolah berpikir seperti detektive yang hendak memecahkan masalah.
Tak ada suara dari
Cheng Lin, gadis itu terlihat juga sama seperti sahabatnya. Mereka sedang
berpikir keanehan yang terjadi pada layunya bunga mawar selama dua hari ini.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka sambil
menampilkan evil smirk-nya.
“Ayah, ibu, sebentar
lagi semua akan berakhir. Dendam kalian akan segera terbalaskan,” ujar sosok
misterius tersebut
“Ah, bagaimana kalau
nanti sepulang sekolah aku ke rumahmu? Bunganya belum di buang kan?” tanya Yi
Chen lagi yang disambuk anggukan antusias dari sahabatnya
“Kalau perlu kau
menginap di rumahku saja, mungkin besok pagi ada bunga seperti itu lagi jadi
kita bisa menjadi detective dadakan,” sahut Cheng Lin dengan mata berbinar
membayangkan dirinya menjadi seorang detective
“Baiklah, aku setuju,”
ujar Yi Chen sama antusiasnya
***
Setelah menperoleh
kesepakatan atau lebih tepatnya pemaksaan yang dilakukan oleh tiga anggota
Fahrenheit pada Jiro, mereka memutuskan untuk langsung menghadap Prince Evan.
Dan disinilah sekarang keempat vampire tampan itu dalam istana megah kediaman
Vampire Origin atau bisa disebut vampire kerajaan.
“Jadi bagaimana
keputusan kalian?” tanya Prince Evan to the point
“Seperti biasa akulah
yang dikorbankan,” jawab Jiro pasrah mengundang gelak tawa dari sang pangeran
“Aish! Jangan mengeluh
begitu Jiro lagipula kan masih ada Calvin yang akan mengawasi dan membantumu
dari sini,” ujar Zun kesal karena sejak tadi sahabatnya ini tak berhenti
menggerutu
“Benar kata Zun, aku
akan membantumu dari sini,” timpal Calvin dengan nada santainya seperti biasa
“Kau memalukan!” desis
Aaron tanpa peduli perubahan pada raut wajah Jiro setelah mendengar ucapannya
itu
“Apa kau bilang?” geram
Jiro mengepalkan tangannya dan terlihat kilatan di matanya
“Sudahlah jangan
diperpanjang lagi, kalian ini kebiasaan sekali selalu saja rebut. Untung tidak
ada vampire lain disini kecuali aku kalau tidak bisa kupastikan kalian akan
menjadi trending topic dalam
sekejap,” ujar Prince Evan sambil membayangkan apa yang dikatakannya barusan
sambil terkekeh kecil
Jangan heran kalau
melihat keakraban antara Fahrenheit
dan putra mahkota karena memang mereka sudah bersahabat sejak kecil. Putra
mahkota sendiri sudah menganggap keempat pria itu seperti kakaknya sendiri.
Bisa dibilang mereka sulit dipisahkan kecuali karena tugas yang sudah diemban
masing-masing. Apalagi sekarang tugas mereka berhubungan dengan kerajaan dan
putri mahkota yang sedang menjalani reinkarnasinya sebagai manusia.
“Jadi kapan kau akan ke
Light City ge?” tanya Prince Evan
pada Jiro yang masih memasang tampang garangnya
“Kapanpun kau memberi
perintah aku siap melaksanakannya,” sahut Jiro tegas
“Baiklah, mulai malam
ini kau sudah bisa mengawasi kakakku dan besok jika kau sudah siap maka
muncullah di hadapannya,” perintah Prince Evan yang dijawab anggukan mantap
oleh Jiro. “Ah, satu lagi yang harus kuberitahu pada kalian terutama padamu
Jiro,” lanjutnya dengan raut berubah sangat serius mengingat ia memanggil nama
Jiro tanpa embel-embel gege
Keempat pria itu saling
berpandangan satu sama lain mencari jawaban dalam pikiran mereka masing-masing.
Namun, bukanlah saatnya bagi mereka untuk menerka-nerka hal apa yang ingin
disampaikan oleh putra mahkota. Sesaat kemudian keempat pria itu kembali
mengalihkan pandangan mereka pada sosok Pangeran Regennis itu.
“Setelah pertemuan kita
pagi tadi, ayah dan ibu menyampaikan sesuatu yang penting padaku. Oleander sudah mulai melancarkan
serangannya sejak kemarin dan tentu kalian mengerti apa yang terjadi bukan? Florennis melemah dan itu artinya
semakin sulit bagi kita untuk memusnahkan mereka kecuali mendapatkan Florennis baru yang hanya diketahui
keberadaannya oleh kakakku seorang,” jelas Prince Evan dan hanya dijawab dengan
anggukan mengerti oleh Fahrenheit
“Tolong jaga Princess
dengan baik saat berada di Light City ge,
dia benar-benar sedang menjadi incaran Oleander
sekarang. Kuharap kau bisa cepat-cepat membawanya kembali,” lanjutnya dan
lagi-lagi hanya dijawab dengan anggukan oleh Jiro
“Malam ini aku akan ke Light City dan pangeran tidak perlu
cemas. Aku akan melindungi putri mahkota dengan baik, bisa kupastikan tak ada
satupun pasukan Oleander yang berani mendekatinya,”
ujar Jiro meyakinkan Prince Evan yang menampikan raut khawatir teramat jelas di
wajahnya
Tak ada seorangpun adik
yang akan merasa biasa saja membiarkan kakaknya yang tidak tahu apa-apa
berkeliaran sendiri begitu saja tanpa pelindung. Saat ini memang putri mahkota
yang bereinkarnasi menjadi manusia itu tidak mengerti kalau sedang ada bahaya
yang mengintainya. Terlebih lagi karena kehidupan manusianya membuat putri
mahkota menjadi lemah dan tidak memiliki kekuatan apapun maka hal itu akan sangat
membahayakan nyawanya.
***
Seperti janjinya pada
Prince Evan kini Jiro sudah berada di sekitar rumah putri mahkota demi
mengawasi dan melindungi sang putri. Tak ada suara dari dalam kamar putri
mahkota yang memang sudah gelap gulita. Jiro yang penasaran dengan rupa putri
mahkota saat ini memutuskan untuk masuk ke kamarnya dan terlihatlah dua gadis
cantik yang sedang tertidur pulas menikmati alam mimpinya.
Namun, disaat masih
asyik memperhatikan wajah rupawan sang putri ia merasakan ada hawa lain di sekitar
rumah ini dan semakin mendekat. Bukan, bukan hawa manusia seperti gadis lain
yang masih tertidur lelap bersama putri mahkota karena kalau benar manusia ia
pasti bisa mencium wangi darah.
“Oleander!” desisnya mengalihkan pandangan ke arah luar jendela
penuh waspada
Tak lama setelah dirasa
hawa Oleander mulai menjauh, Jiro pun langsung turun dari kamar sang putri di
lantai dua yang tepat di bawahnya adalah kebun mawar. Seperti dugaannya
ternyata mawar yang layu dan menyeruakkan bau tidak sedap itu sudah bertambah
setangkai lagi.
“Ini tidak bisa
dibiarkan, jika putri terus berada di dunia manusia maka sebelum genap berusia
tujuh belas tahun mungkin ia sudah benar-benar lenyap dari dunia ini,” ujar
Jiro menyimpulkan pemikirannya
Dalam sebuah kamar dua
orang gadis sudah bersiap dengan seragam sekolahnya, mereka akan melakukan
penelitian terlebih dahulu sebelum berangkat seperti janji mereka kemarin.
Selesai sarapan kedua gadis yang tak lain adalah Cheng Lin dan Yi Chen langsung
menuju kebun bunga kesayangan gadis bernama Cheng Lin itu.
“Benar bukan apa yang
kukatakan kemarin?” ujar Cheng Lin pada sahabatnya yang masih menganga melihat
keanehan pada tiga tangkai mawar yang layu berwarna hitam namun masih tetap
tegak dan menyeruakkan bau tidak sedap
“Ini memang sangat aneh
Cheng Lin dan bahkan menurutku hal ini tidak bisa dicerna dengan akal sehat.
Sepertinya bunga mawarmu ini sudah gila atau stress akut karena memiliki
majikan yang gila sepertimu,” sahut Yi Chen tanpa meninggalkan satupun ejekan
untuk Cheng Lin pagi itu
“Kyaaa Lin Yi Chen… Kau
mau mati hah? Aku serius sekarang!” pekik Cheng Lin tidak terima dikatai
seperti itu saat dirinya tengah serius
Tapi tak ada yang bisa
ia perbuat selain menerima saja ejekan dari sahabatnya karena memang itulah Yi
Chen yang ia kenal. Selalu memiliki kesempatan untuk mengejeknya setiap hari
dimanapun dan kapanpun bahkan saat serius seperti sekarang.
“Ups… Sor…” belum
sempat Yi Chen menyelesaikan ucapannya terdengar suara lain
“Hahahahahaha…”
Yah suara tawa yang
cukup menyeramkan bagi kedua gadis itu di situasi mereka saat ini. Tak lama
muncul seorang pria yang sangat tampan berwajah tegas dengan tatapan dingin
berkulit pucat di hadapan mereka. Sosok itu sukses membuat keduanya menganga
mengagumi wajah rupawan itu tapi sedetik kemudian mereka langsung bergidik
setelah pria itu menghentikan tawanya dan menatap tajam ke arah mereka berdua.
“Kau memiliki teman
yang lucu PRINCESS,” ujar pria itu dengan menekankan kata ‘princess’ pada
ucapannya
Tanda tanya besar
langsung muncul di atas kepala kedua gadis itu dan mereka pun saling pandang.
Princess? Siapa yang pria ini maksud? Itulah arti tatapan keduanya dan sedetik
kemudian mereka kembali mengalihkan pandangan ke sosok pria tampan di hadapan
mereka.
“Siapa kau? Lalu sedang
apa kau di rumahku pagi-pagi begini? Bagaimana kau bisa masuk kesini? Dan siapa
yang kau panggil princess?” tanya Cheng Lin bertubi-tubi sementara yang ditanya
hanya tersenyum tipis
“Apa kalian rela bolos
sekolah hari ini untuk mendengar semua ceritaku?” tanyanya balik dan lagi-lagi
membuat kedua gadis itu saling berpandangan cukup lama kemudian mengangguk
pelan mengiyakan
“Jadi kita akan
kemana?” tanya Yi Chen yang sedikit antusias pada sosok tampan ini
Yah, kedua gadis bersahabat
ini memang tidak tertarik dengan idola sekolah mereka yang terkesan angkuh dan
menyebalkan tapi entah kenapa ada sesuatu yang membuat sosok pria di hadapan
mereka ini menjadi sangat menarik. Apalagi kemuculan pria ini menurut mereka
sedikit misterius. Satu hal lagi yang entah kenapa membuat kedua gadis yang tak
ada hubungan batin sama sekali ini menjadi punya pemikiran yang sama dan sulit
dijelaskan namun mereka berpikir pria inilah yang akan memberi mereka
kejelasan.
“Pejamkan mata kalian
dan jangan pernah mencoba membukanya sebelum aku perintahkan, mengerti?” sahut
pria itu dan tanpa berpikir panjang lagi kedua gadis ini langsung memejamkan
mata
----->>> to be continue...
No comments:
Post a Comment