Warning::
Fanfic ini terinspirasi dari lagu Yu Shi Yan Lei (Fahrenheit) dan Xiu Lian Ai
Qing (JJ Lin), sengaja dibuat untuk birthday Dedew Lan Hua. Sebelumnya, ini
hanya fanfic jadi maaf aja kalau ada kesamaan dengan kehidupan nyata readers.
Happy reading ^_^
Author::
TaraChun
Chinese
Title:: Yu Shi Yan Lei (雨是眼泪)
English
Title:: Rain is Tears
Genre::
Friendship, Hurt
Length::
Oneshoot
Cast::
Jiro Wang as Da Dong
Dedew Lan Hua as Dedew
Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.
“Aku
pasti akan kembali, percayalah!” ujarnya dengan senyum yang mengembang
Sejak hari itu aku terus menunggumu
disini, tempat terakhir kali aku bertemu denganmu dan kita berpisah. Setiap
kali mengingat ucapanmu itu membuatku memiliki harapan besar dan kembali
tersenyum tapi tak kunjung kabar darimu. Setahun sudah, perasaanku masih tetap
sama padamu dan tak pernah pudar sedikitpun bahkan terkadang aku berpikir.
“Mungkinkah
kepergianmu memberikan jawaban berarti bagiku?”
Aku mulai merasakan kehilangan
separuh jiwaku dan aku sadar perasaan ini bukan seperti yang aku pikirkan
sebelumnya, lebih dari itu. Mungkin memang terlambat tapi aku berjanji jika kau
benar-benar kembali semua akan berubah seperti perasaanmu selama ini padaku.
“Kembalilah,
kumohon!”
Hanya satu harapanku, kau kembali
dan memberiku kesempatan untuk mengatakan semuanya. Penyesalan ini sudah tak
bisa kubendung lagi, ingin rasanya membawamu kembali tapi bagaimana aku bisa
melakukannya? Aku sendiri tak tau kemana harus mencarimu.
“Kau
kenapa Dew?” tanyaku pada gadis yang ada dihadapanku, tatapannya sungguh
berbeda seperti menyimpan suatu kesedihan tapi aku sendiri tak mengerti apa itu
“Ada
yang ingin kukatakan padamu” ujarnya menatap lekat mataku
Aku hanya diam dan menunggunya siap
mengatakan padaku, dia seperti bukan Dedew yang aku kenal. Mata itu membuatku
merasakan hal yang aneh akan terjadi dan mungkin menyakitkan atau menyedihkan
untuknya bahkan mungkin juga untukku
“Aku
sudah mengenalmu beberapa tahun ini sejak pertama kali menginjakkan kaki di
Taiwan, kau begitu baik dan perhatian padaku. Mungkin aku terlalu berlebihan
menanggapi perhatianmu itu dan membuat semuanya berantakan” ujarnya lagi dengan
mata berkaca-kaca
“Apa
maksudmu?” tanyaku tidak mengerti, tiap kali melihat matanya membuat hatiku
sakit
Yah, kami memang sudah bersahabat
sejak pertama kali dia datang ke Taiwan tepatnya saat bertemu di pesawat dan
aku duduk bersebelahan dengannya.
Cukup lama aku menunggu jawaban
darinya tapi tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. Kini aku mulai
mendengar isakan kecil dan melihat sebulir bening menetes dari matanya
“Sebenarnya
apa yang terjadi? Apa yang ingin kau katakan? Jangan menangis, aku tidak bisa
melihatmu seperti ini” ujarku menghapus air mata yang membasahi pipinya
“Bisakah
jangan terlalu baik padaku?” tanyanya dengan menepis tanganku
Tidak biasanya Dedew seperti ini,
apa yang dia sembunyikan?
“Sore
ini aku akan pulang ke Indonesia dan tidak tahu kapan bisa kembali kesini”
ujarnya dengan bulir bening yang kembali menetes
“Jadi
karena ini kau menangis?” tanyaku lembut dengan memegang pundaknya
“Kenapa
kau tidak pernah mengerti perasaanku?” bentaknya dan menatap tajam mataku
Sebelumnya aku tidak pernah melihat
reaksi Dedew seperti ini, ia benar-benar membuatku bingung dan tak tau harus
mengatakan apa. Sepertinya yang kukatakan selalu salah dan membuatnya lebih
sedih lagi.
“Bukankah
aku bisa mengunjungimu nantinya ke Indonesia? Kau bisa mengirimkan alamatmu
disana padaku” ujarku mencoba menghiburnya
“Benarkah?”
“Sejauh
apapun jarak antara kita tapi persahabatan tidak akan putus begitu saja karena
aku akan selalu ada dalam hatimu dan kau akan selalu ada dalam hatiku” jelasku
mengembangkan senyuman
Dedew menggeleng dan membuatku makin
tidak mengerti, apa perkataanku salah?
“Aku
tidak ingin mendengar jawaban itu, aku ingin tau bagaimana perasaanmu
terhadapku?”
Jawaban apa yang harus aku berikan
sedangkan aku sendiri tidak mengerti dengan perasaan ini, sungguh membingungkan.
“Sudahlah,
kau tidak perlu menjawabnya. Semua sudah jelas, aku yang salah karena terlalu
berlebihan menanggapi kebaikan dan perhatianmu” ujarnya menghapus air mata dan
tersenyum
“Duibuqi”
hanya itu yang bisa kuucapkan
“Harusnya
aku yang mengatakan itu… Duibuqi Da Dong, mungkin perasaanku sudah membebanimu
tapi aku hanya ingin jujur sebelum pergi. Kita tetap sahabat kan?” ia kembali
tersenyum dan menunjukkan kelingkingnya
Aku menyambutnya dengan penuh
senyuman, ia selalu bisa membuatku merasa sedikit lega disaat ‘terdesak’
seperti saat ini. Mungkin aku salah, bukan ‘terdesak’ tapi lebih tepatnya aku ‘bodoh’
karena tidak mengerti perasaanku sendiri dan membuatnya sedih.
“Kita
akan tetap menjadi sahabat selamanya karena aku tidak ingin kehilanganmu”
jawabku
“Waktunya
sudah hampir tiba, aku harus pergi. Selamat tinggal Da Dong…”
“Aku
akan mengantarmu” pintaku
“Tidak
perlu, kau hanya akan membuatku merasa berat meninggalkan Taiwan” ujarnya
membalikkan badan dan terus berjalan lurus ke depan
Tidak, aku tak bisa membiarkannya
pergi dalam keadaan seperti ini. Semua hanya akan membuatku merasa semakin
bersalah.
“Dew,
deng yi xia! (Dew, tunggu!)” teriakku
kemudian berlari mengejarnya
Berhasil, ia berhenti dan
membalikkan tubuhnya ke arahku.
“Bawalah
ini!” aku memberikannya sebuah cincin yang selalu aku pakai saat konser bersama
Fahrennheit “Ingatlah! Dalam hati Jiro Wang ataupun Da Dong akan selamanya ada
namamu. Kau sahabat terbaikku, jika ada waktu kembalilah! Aku akan menunggumu
di tempat ini” ujarku meyakinkannya
Aku langsung memeluk tubuhnya yang
masih berdiri di hadapanku, sepertinya aku mulai terhanyut dalam suasana. Tanpa
sadar, air mataku pun menetes dan mengenai punggung bajunya. Mungkin ia merasa
ada sesuatu yang membasahi bajunya, pelukanku pun dilepasnya. Ia tersenyum dan
jemarinya lembut menghapus air mataku, dengan segaris senyum ia mengatakan
“Aku
pasti akan kembali, percayalah!” ujarnya dengan senyum yang mengembang
Aku hanya mengangguk mendengar
ucapannya, aku percaya dengan yang ia katakan. Senyumnya sudah tak terlihat
lagi seiring dengan tubuhnya berbalik dan pergi meninggalkanku. Tak bisa
dipungkiri, kepergiannya membuatku sangat khawatir, sedetikpun aku tak pernah
melepaskan pandanganku darinya hingga bayangannya benar-benar menghilang.
“Aku
percaya padamu!” ujarku masih terus melihat ke arah dimana tubuhnya menghilang
Tak lama setelah kepergiannya air
langit mulai berjatuhan yang awalnya hanya rintik-rintik hingga deras sedangkan
aku sendiri tak tau harus berbuat apa. Aku masih terpaku di tempat ini dan
mengikuti langit menjatuhkan air nya. Tak akan ada yang melihatku seperti ini
disaat hujan, bahkan air mata ini tak ada yang tau kalau sedang mengalir dengan
derasnya.
Sepertinya langit mengejekku yang
bodoh karena tidak mencegah kepergiannya dan membuatku akhirnya menahan
perasaan ini sendiri. Apakah air mata yang aku keluarkan ini berarti dan bisa
membuatnya kembali? Pertanyaan ini melintas begitu saja dalam pikiranku
“Arrkkhhh….”
aku hanya bisa berteriak di tempat ini karena aku tau derasnya suara air terjun
dan hujan membuat orang-orang di sekitar sini tak akan mendengarnya
Sampai saat ini, setahun sudah aku
menunggunya disini dan terus dengan harapan ada kabar darinya atau mungkin
tiba-tiba ia muncul lalu menutup mataku dari belakang dan membuatku tersenyum
karena kerinduanku akhirnya terbalaskan kemudian ia duduk di sampingku dan
seperti biasanya kami menikmati keindahan air terjun Shifen bersama. Tapi aku
tau itu hanyalah harapanku belaka…
“Entahlah
apa yang akan terjadi setelah ia kembali? Mungkinkah situasinya akan sama
seperti dulu? Bagaimana aku harus bersikap padanya?” ini pertanyaan yang hanya
aku dan dia bisa menjawabnya
Masih terngiang dalam pikiranku saat
4 tahun lalu aku mengajaknya pertama kali ke tempat ini. Senyumannya
mengisyaratkan kekaguman yang luar biasa pada keindahan alami panorama alam
ciptaan Tuhan.
“Cantik
sekali” ujarnya
“Tentu saja…
Air terjun Shifen merupakan yang terlebar di Taiwan dan sangat sejuk apalagi
dikelilingi oleh pegunungan. Oh ya, di sekitar sini kau akan menemukan ‘kettle
pits’ berupa lubang di sekitar tepi sungai yang membentuk kolam-kolam kecil.
Paling menarik dari kettle pits ini, jika terkena sinar matahari maka akan
membiaskan sinar dan membuat cahaya-cahaya indah di sekitar air terjun” jelasku
dengan penuh senyuman
Ia hanya tersenyum hingga aku
selesai menjelaskan kemudian berkata
“Sepertinya
kau cocok untuk menjadi seorang guide” ujarnya mengejekku
“Tak
ada guide yang setampan aku jadi kau harusnya merasa beruntung bisa mendapat
pemandu di Taiwan ini yang seperti aku” ujarku membanggakan diri sendiri
“Terserah
apa katamu saja yang penting kau senang tapi tempat ini memang benar-benar
indah. Aku akan menambahkannya di list tempat yang aku suka” ia mengeluarkan
notebook dan spidol dari saku jaketnya
Aku hanya bisa tertawa melihatnya
begitu antusias menulis tempat ini di notebooknya, mulai saat itu aku memutuskan
untuk menjadikan tempat ini sebagai tempat yang wajib dikunjungi bersamanya.
“Kapanpun
kau ingin ke tempat ini, aku akan menemanimu” janjiku
Namun, apakah kini janji itu masih
berlaku? Kau tak ada disini menemaniku bahkan disaat aku sangat membutuhkanmu.
Aku ingin melihatmu mencoba untuk menghiburku disaat kesedihan melanda. Seperti
malam itu, tak ada seorangpun yang menemaniku selain dirimu
“Kita
mau kemana?” tanyaku padanya yang sedari tadi menarik tanganku
“Tentu
saja ke tempat biasa tapi kali ini berbeda, aku akan membuatmu melupakan semua
masalah yang sedang kau hadapi” ujarnya masih menarik tanganku
Sama seperti biasanya, usahanya itu
selalu bisa membuatku terhanyut dan kembali menyimpulkan senyuman di wajahku.
Dan memang berbeda dari biasanya, kali ini ia membeli 2 lampion lalu memberikan
1 padaku.
“Untuk
apa?” tanyaku singkat
“Tulislah
apapun yang kau mau pada lampion ini, nanti kita akan menerbangkannya. Kata
penjualnya, menurut kepercayaan, lampion-lampion ini akan terbang ke surga dan
menyampaikan doa serta harapan kita” jelasnya tersenyum
Aku pun menuliskan apa yang aku inginkan pada lampion itu dan
menerbangkannya bersama. Yah, sedikit lebih lega rasanya tapi bukan karena
lampion itu melainkan karena ada seseorang yang menemaniku
“Apa
yang kau tulis?” tanyanya penasaran
Aku hanya menggeleng sambil
tersenyum dan membuatnya kesal karena sikapku.
“Sudahlah,
lagian aku juga tidak terlalu ingin tau apa yang kau tulis” ujarnya
“Oh ya,
bagaimana kau bisa tau tentang lampion ini?” tanyaku penasaran
“Aku
kan pernah mencobanya” jawabnya singkat
“Jadi
kau pernah ke sini tanpa mengajakku?” tanyaku berpura-pura marah padanya
“Tidak
mungkin kan kalau aku harus menunggumu pulang dari Jepang bersama Fahrenheit
untuk datang ke tempat ini?” jawabnya
“Baiklah,
aku terima alasanmu kali ini” jawabku sedikit pasrah
Andai saja saat itu aku memberitahukan
harapanku padamu, apakah mungkin hari ini tidak akan terjadi dan aku tidak akan
kesepian? Jika waktu bisa diulang, aku ingin mengatakannya padamu
“Aku
harap orang yang bersamaku saat ini bisa menemani dan menjadi sahabat terbaikku
selamanya” itulah yang aku tulis pada lampion itu
Namun, tak ada gunanya lagi aku
menyesali saat itu karena semua yang telah terjadi tak akan pernah bisa di
ulang kembali kecuali mempunyai mesin waktu dan apapun yang dinamakan mesin
waktu itu tak pernah ada, hanya sesuatu yang mustahil dan hanya ada pada cerita
doraemon saja.
“Dedew,
wo hao xiang ni (Dedew, aku sangat merindukanmu)” teriakku pada langit
Semoga langit menyampaikan
kerinduanku padanya atau mungkin aku perlu menyampaikan pesan dengan lampion
juga? Yah, itu benar.. Kali ini aku tidak boleh salah menulis harapanku
“Tuhan,
tolong berikan aku petunjuk tentang dirinya. Aku ingin mengatakan semua yang
aku rasakan padanya bahwa aku sangat merindukannya dan…” hanya ini yang aku inginkan,
sisanya aku akan berusaha sendiri
Aku pun menerbangkan lampion itu dan
terus melihatnya hingga benar-benar menghilang dari pandanganku. Lagi-lagi ini
terjadi, kenapa harus disaat seperti ini?
“Kenapa
kau menangis? Apakah harapanku akan sia-sia atau kau hanya ingin mengejekku
karena mengharapkan sesuatu yang dulu sempat aku lepaskan di tempat ini?”
tanyaku pada langit yang mulai menitihkan air matanya.
Rintik-rintik hujan perlahan menjadi
deras tapi kenapa? Aku tidak sedih dan tidak ingin menangis untuk kesekian
kalinya di tempat ini. Kadang aku berpikir, kenapa tiap kali datang ke tempat
ini dan memikirkanmu membuat langit menitihkan air matanya?
“Dan
kenapa aku harus ikut terhanyut dan menitihkan air mata juga?” pertanyaanku ini
masih belum terjawab
Kringg.. Kringg… Jujur saja aku
masih ingin menikmati kesedihan ini dan tidak ingin diganggu oleh siapapun tapi
begitu melihat nama penelpon yang tertera membuatku sangat semangat dan berubah
pikiran karna inilah yang aku tunggu.
“Wei,
you shenme hao xiao xi ne? (Halo, ada informasi apa?)” tanyaku penuh harap pada
seseorang di balik telpon ini
“Aku
menemukan alamatnya” jawab orang itu
“Hen
hao, zai na li? (sangat bagus, dimana?)” tanyaku penasaran
“Dia
tinggal di Cikarang, Bekasi, alamat lengkapnya akan aku sms” jawabnya
“Baiklah,
bayaranmu akan segera aku transfer” aku pun menutup telponnya
Tak kusangka akhirnya aku bisa
bertemu denganmu lagi setelah menunggu setahun lamanya. Yah, beberapa hari yang
lalu aku memutuskan untuk tidak menunggu lagi dan menyewa seseorang untuk
mencari informasi tentang keberadaanmu di Indonesia.
Aku sadar, jika terus menunggu hanya akan menghabiskan waktuku karena
setelah setahun kepulangannya ke Indonesia tak satupun telpon atau sms darinya
yang masuk ke ponselku. Bahkan nomor handphone nya pun sudah tidak aktif lagi.
Hal itu membuatku berpikir mungkinkah dia menghidariku?
“Sebentar
lagi kita akan bertemu Dew dan aku tidak sabar memberikan kejutan padamu.
Terima kasih Tuhan, kau telah mengabulkan doa dan harapanku” ujarku sambil
menatap ke langit yang masih setia menjatuhkan airnya
Aku hanya tersenyum dan berpikir
mungkin selama ini aku salah paham pada langit. Hujan membuat air mataku tak
terlihat oleh orang lain dan perasaanku lebih lega setelah menangis. Sepertinya
langit lah yang membantu mengobati kerinduanku padamu selama ini.
“Yah
benar, aku harus mempersiapkan semua dan memberinya kejutan. Benar-benar tak
sabar menantikan pertemuan kita lagi” ujarku bahagia begitu memikirkan bisa
bertemu lagi dengannya
Sudah saatnya aku mengejar hal yang
penting dalam hidupku untuk di masa depan. Aku pun beranjak dari posisiku
semula dimana kabar gembira menghampiriku. Saat ini yang aku pikirkan hanyalah
pergi dari tempat ini, pulang dan menyiapkan keperluanku untuk dibawa ke
Indonesia lalu menjemputnya kembali. Pada saat ia kembali, nantinya aku tidak
akan sendirian lagi mengunjungi tempat ini karena seseorang yang membuatku
menyukai tempat ini pun akan kembali bersamaku dan kami bisa menikmati
keindahan Air Terjun Shifen berdua seperti dulu lagi tapi dengan awal yang
baru, bukan sebagai sahabat melainkan sepasang kekasih yang saling mencintai.
“Aku
akan minta manajer mengatur jadwalku untuk beberapa hari ke depan, itulah yang
harus kulakukan” ujarku berjalan menuju mobil
Dengan kecepatan maksimal aku
mengendarai mobil, benar-benar tidak sabar bisa tiba di rumah secepatnya.
Begitu tiba di rumah, aku langsung menghubungi manajer dan memintanya membuat
jadwal free untukku mulai besok sampai beberapa hari ke depan.
“Sekarang
saatnya pesan tiket dan besok aku akan berangkat ke Indonesia untuk
menjemputmu” ujarku masih berkutat di depan laptop
Besok 21 Juli dengan China Airlines
jam 1 siang aku akan berangkat ke Indonesia dan memberimu kejutan tepat pada
hari ulang tahunmu 22 Juli. Kalau begitu sekarang masih ada waktu untuk membeli
hadiah
“Sebaiknya
aku mandi dulu karena tidak mungkin aku keluar dengan pakaian basah kuyup
seperti ini apalagi aku kan seorang tokoh idola. Apa kata mereka nantinya jika
melihat seorang Jiro Wang ‘Fahrenheit’ yang biasanya sangat mementingkan
penampilan tapi malah keluar dengan keadaan seperti ini?” pikirku begitu
melihat tubuhku dari bawah sampai atas benar-benar basah
Aku harus mencari hadiah terindah
untuk orang yang spesial dalam hidupku tapi apa yang paling dia inginkan?
Kenapa aku bodoh sekali? Sudah 4 tahun bersahabat dengannya tapi masih tidak
mengerti hal yang paling dia suka. Biasanya wanita sangat suka diberikan
boneka, bunga, dan coklat jadi lebih baik aku memberikannya boneka saja karena
bunga dan coklat tidak akan bisa bertahan lama tapi boneka apa ya?
“Hmmm…”
aku masih berkeliling dan memilih boneka yang tepat untuknya “Ah, wo zhidao la
(Ah, aku tau)” ujarku begitu melihat sebuah boneka besar berwarna biru muda
dengan pita di kepalanya “Yupz, hello kitty pasti cocok untuknya” pikirku dan
membawa boneka itu ke kasir untuk dibungkus menjadi sebuah hadiah ulang tahun
Hadiah sudah siap berarti besok aku
tinggal berangkat saja dan sekarang saatnya pulang untuk istirahat. Benar-benar
tak sabar menunggu hari esok dan aku akan mengabarkan pada langit kalau aku
berhasil menjemput cinta sejatiku.
“Semoga
besok menjadi awal yang indah, selamat malam dunia” ujarku dan mulai memejamkan
mata
Sepertinya hari sudah berganti,
kurasakan sinar yang menelusup lewat celah-celah jendela kamarku mulai mencoba
untuk membuka mata ini dan menarik selimutku dengan kehangatannya. Sepertinya
masuk membawa angin dan membisiki sesuatu ditelingaku
“Bukankah
kau ingin bertemu dengannya, cepat bangun!” bisikan itu menghipnotisku
Aku langsung bangun dan membuka
jendela kamar, mempersilahkan sinar matahari beserta angin masuk ke kamarku
sebagai tanda terima kasih karena sudah membangunkanku. Sudah lama rasanya tak
merasakan kesegaran udara pagi di Taipei atau mungkin karena hari ini aku
terlalu bersemangat ya.
“Sebaiknya
sekarang aku mandi dan langsung berangkat ke bandara” ujarku melangkah masuk
kamar mandi
Tiba sudah saatnya kita akan bertemu
lagi dan mulai menjalin cinta layaknya sepasang kekasih dan aku janji kali ini
akan menjagamu, tidak akan pernah melepaskanmu dari genggamanku. Begitu aku
check in, dalam hitungan jam kita akan segera bertemu dan sekarang lah saatnya
“Indonesia,
I’m coming” ujarku masuk pesawat
Selama dalam pesawat yang aku
pikirkan hanyalah cepat sampai di Indonesia dan bertemu denganmu tapi jujur
saja aku masih bingung bagaimana mengungkapkan perasaan ini padamu? Saat ini
aku harus benar-benar mengumpulkan seluruh keberanianku dan membuatmu percaya
kalau aku sungguh tulus mencintaimu
Akhirnya sampai juga di Indonesia,
sekitar 5 jam sudah aku dalam pesawat. Kalau jam tanganku sekarang menunjukkan
pukul 6.15 p.m. berarti waktu Indonesia seharusnya pukul 5.15 p.m. karena
setahuku perbedaan waktu Taipei dan Jakarta adalah 1 jam.
“Sepertinya
masih sempat” ujarku tersenyum
Setelah ke hotel menaruh
barang-barang ini, aku tidak bisa mensia-siakan waktu yang tersisa begitu saja.
Aku harus memberikannya kue hasil buatanku sendiri untuk lebih membuktikan lagi
ketulusanku.
“Baiklah,
itu yang harus kulakukan sekarang, memanfaatkan sedikit waktu yang masih
tersisa”
Sampai hotel semua lancar dan aku
harap saat masuk ke mall ini juga akan lancar, jangan sampai ada yang mengenaliku.
Mungkin sedikit terlihat aneh masuk mall menggunakan kacamata, topi, dan masker
seperti ini tapi apa boleh buat? Aku harus membeli bahan-bahan dan peralatan
lainnya untuk membuat kue.
“Astaga,
bagaimana aku harus berinteraksi dengan kasirnya? Apa dia menerima Taiwan
Dollar ya? Gawat… Bahasa Inggrisku kan juga kurang apalagi diantara member
Fahrenheit yang lain aku lah yang paling lemah dalam Bahasa Inggris. Zenmeban
la?” pikirku begitu antri di kasir
“Silakan
maju tuan” ujar kasir itu tersenyum padaku, dengan isyarat tangannya aku bisa
mengerti yang dimaksud
Aku harus tenang dan membiarkan
kasir itu selesai menghitung semuanya, kemudian tersenyum dan langsung membayar
dengan Taiwan Dollar. Semoga lancar. Begitu kasir menunjukkan berapa yang harus
aku bayar, dengan tenangnya aku ambil uang dalam dompetku dan menyerahkan itu
padanya
“Can I
pay with Taiwan Dollar?” tanyaku sedikit ragu
“Sorry,
we don’t accept foreign currency” jawab kasir itu masih dengan senyumnya
“Apa
yang harus aku lakukan sekarang?” pikirku
Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk
pundakku dari belakang dan itu berhasil membuatku sedikit terkejut serta
bertambah panik. Aku pun menoleh ke belakang dan melihat seorang gadis,
sepertinya seumuran dengan Dedew tersenyum padaku.
“What
can I do for you?” tanyanya menawarkan bantuan
“I
don’t have rupiahs to pay for all” jawabku
Gadis itu berbicara pada kasir lalu
mengeluarkan uang dari dompetnya, sepertinya berniat membantuku untuk membayar
ini semua. Ternyata benar orang Indonesia memang baik dan ramah sama seperti
Dedew dan gadis yang baru saja menolongku ini. Kami meninggalkan kasir bersama
setelah ia membayar barang belanjaannya.
“Are
you from Taiwan?” tanyanya
“That’s
right” jawabku singkat
“Looks
like I get to know your voice” ujanya
“Hah?
Really?” tanyaku singkat
“Like
one of my idols from Taiwan named Jiro Wang” jawabnya
Ternyata gadis ini juga mengenalku
bahkan hanya dengan mendengar suaraku saja dia bisa mengetahui siapa aku? Apa
yang harus kulakukan? Apa aku harus kabur tapi dia sudah menolongku
“Do you
want to meet him?” tanyaku padanya
“Of
course” jawabnya mantap
“Follow
me!” pintaku dan mengajaknya ke tempat yang lebih tersembunyi
Mungkin baik jika aku menunjukkan wajahku
padanya karena gadis ini cukup baik sudah membantuku dan memberikan sebuah foto
bersama mungkin bisa membuatnya sedikit lebih bahagia
“It’s
me” ujarku membuka penyamaran
“Oh My
God… You’re really handsome, I wish my friend was here and can see you surely
she very happy” ujarnya
“Thanks
for help me and this to pay you back” aku memberikan Dollar Taiwan yang tadi
akan aku gunakan untuk membayar padanya “Sorry, I must go” ujarku
“Wait…
Can we take a picture together?” tanya nya sambil mengeluarkan ponsel miliknya
Aku mengangguk lalu berfoto
dengannya dan dengan segera aku pergi meninggalkannya karena aku pun masih
harus membuat kue untuk ulang tahun Dedew besok. Begitu tiba di hotel, lekas
aku mengganti pakaian dan mengikuti langkah-langkah membuat kue.
“Cukup
sulit tapi akhirnya jadi juga, tinggal memberi hiasannya saja dan akan menjadi
kue tart yang perfect ala Jiro Wang” ujarku sambil menghias kue
Kue tart selesai dan sekarang
saatnya aku istirahat, bersiap untuk besok memberi kejutan tepat pada hari
ulang tahunnya. Semoga saja dia senang dan merasakan ketulusanku.
“Selamat
pagi Indonesia” ujarku membuka jendela kamar
Hari yang aku tunggu akhirnya tiba,
sepertinya semangatku hari ini meningkat 10x lipat dari kemarin. Bagaimana
tidak? Hari ini aku akan bertemu dan menyatakan perasaan pada wanita yang
sangat aku cintai. Aku tidak akan melepaskan kesempatan ini.
“Sebaiknya
sekarang aku mandi”
Benar-benar segar setelah mandi, aku
harus berangkat sekarang tapi lebih baik jika aku minta pihak hotel mencarikan
taksi untukku karena akan lebih sulit jika aku minta supir taksi itu sendiri
membawaku ke alamat Dedew, bisa saja terjadi miss communication dan aku akan
lebih lama berputar-putar di jalan.
Tak lama kemudian telepon kamar
hotel berbunyi dan aku sekarang sudah berada di taksi dengan membawa hadiah
boneka Hello Kitty serta kue tart yang sudah aku buat semalam untuk hari
spesial ini.
“Anda
sudah sampai” ujar supir taksi berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana
“Thank
you” aku menundukkan kepala kemudian turun dari taksi
Dengan memberanikan diri aku
mengetuk pintu rumah hingga salah seorang dari dalam rumah itu keluar dan
betapa terkejutnya begitu aku melihat seorang gadis yang membantuku kemarin
keluar dari rumah Dedew dengan senyum ramahnya
“Shi
ni? (kau?)” tanyaku terkejut
“Dui a,
shi wo (benar, ini aku)” jawabnya
“Kau
bisa Bahasa Mandarin?” tanyaku lagi
“Yah,
aku mengidolakan kalian jadi sudah seharusnya aku belajar bahasa mandarin. Oh
ya, ada keperluan apa kau datang kesini?” tanyanya
“Aku
ingin bertemu seseorang, namanya Dedew. Benarkah ini rumahnya?” tanyaku
“Kau
kenal Dedew? Ya benar, ini rumahnya dan Dedew adalah teman yang aku maksud
kemarin. Namaku Tara” ujarnya memperkenalkan diri
“Dedew
adalah sahabatku di Taiwan dan setahun lalu dia kembali ke Indonesia tapi
selama setahun sudah ia tak pernah memberi kabar padaku. Berhubung hari ini
adalah ulang tahunnya jadi aku sengaja datang kesini untuk memberikan kejutan
padanya” jelasku
“Sahabat?”
tanyanya ragu “Sangat disayangkan kau datang terlambat” ujarnya dengan raut
wajah menggambarkan kesedihan yang mendalam
“Apa
maksudmu dengan terlambat? Dimana Dedew?” tanyaku dengan perasaan campur aduk
“Ikutlah
denganku!” ajaknya
Aku hanya bisa menuruti perkataannya
agar aku bisa bertemu dengan Dedew tapi
entah kenapa perasaanku sungguh tidak karuan. Mengingat ucapannya tadi
‘terlambat’ apa maksudnya? Aku berusaha untuk positif thinking tapi tetap tidak
bisa, kekhawatiran terus menyelimuti perasaanku
“Kita
sudah tiba” ujarnya
“Tempat
apa ini?” tanyaku
“Dedew
pergi menginggalkan kita semua beberapa bulan yang lalu, ia sudah tenang disisi
Tuhan dan inilah makamnya” jawabnya dengan meneteskan air mata
“Bagaimana
bisa?” tanyaku begitu membaca nama yang tertera pada nisan itu bertuliskan
namanya
“Dedew
sakit parah dan ia juga baru mengetahuinya setahun yang lalu sebelum pulang
dari Taiwan, mungkin itu sebabnya Dedew tidak memberikan kabar apapun padamu.
Ia takut kau sedih dan menjadi seperti sekarang ini. Ia terus berusaha untuk
bertahan tapi tetap tak ada hasilnya, selama beberapa bulan menahan rasa sakit
yang teramat sangat dan pada akhirnya ia harus menyerah karena penyakit itu”
jelasnya dengan suara mengambang
Aku sungguh tak tau harus berbuat
apa lagi, kini air mataku tak terbendung lagi dan mengalir dengan derasnya.
Kenapa langit tak membantuku menyamarkan air mata ini? Lalu untuk apa kue ini?
“Harusnya
kau memberikanku kesempatan untuk merawatmu
bukan pergi seperti ini tanpa kabar sama sekali” ujarku di makamnya
“Dedew tidak ingin ada seseorang yang menangis di makamnya
apalagi orang itu adalah kau, idolanya sendiri” ujar gadis bernama Tara itu
menepuk pundakku
“Bagaimana bisa? Dia satu-satunya wanita yang berhasil
mengembalikan arti cinta dalam hidupku, kau tau?” ujarku sedikit membentaknya
Tak ada
suara yang keluar dari bibir gadis itu, ia masih diam dan begitu aku menoleh ke
arahnya. Mata itu benar-benar penuh dan siap untuk jatuh tapi ia berusaha untuk
menahannya. Aku tau bukan hanya aku yang merasa kehilangan Dedew, banyak orang
yang sayang padanya dan Tara salah satunya tapi aku malah membentaknya seperti
barusan
“Duibuqi (maaf)” ujarku
Ia pergi dan
keluar dari makam dengan berlari, aku tidak mungkin membiarkan seorang gadis
pergi sendirian begitu saja. Aku pun mengejarnya keluar dari makam dan begitu
sampai di luar aku melihat air mata telah membanjiri pipinya.
“Aku tidak bermaksud membentakmu tadi, aku hanya terlalu
sedih karena kepergiannya” ujarku dengan perasaan bersalah
“Air mata ini bukan untuk hal sepele seperti itu, aku hanya
tidak ingin menangis di depan makamnya. Bukankah tadi aku sudah bilang padamu
kalau Dedew tidak ingin ada orang yang menangis di depan makamnya? Sebaiknya
kau pulang saja ke Taiwan karena banyak hal yang harus kau lakukan disana. Aku
yakin Dedew juga tidak ingin melihatmu mengecewakan orang-orang yang sudah
bekerja keras bersamamu.” Jelasnya sambil menghapus air mata yang membasahi
pipinya
“Aku mengerti maksudmu, besok aku akan pulang tapi bisakah
kau memberikan hadiah ini pada keluarganya?” ujarku memberikan boneka Hello
Kitty itu padanya
“Tenanglah, boneka ini akan kutaruh di kamarnya” jawabnya
dengan segaris senyum tersimpul di bibirnya
“Kalau begitu aku pergi dulu”
Pupus sudah
harapanku, orang yang aku cintai telah pergi untuk selamanya bahkan aku tidak
sempat melihat wajahnya untuk yang terakhir kali. Kenapa kisah cintaku harus
seperti ini? Disaat aku ingin memulai dengan awal yang baru tapi semua berakhir
sebelum itu terjadi.
“Besok aku akan pulang ke Taiwan tapi… Sudahlah, jika terus
disini hanya akan menambah kesedihanku dan membuatnya tidak tenang berada di
sisi Tuhan” ujarku
Begitu tiba
di hotel entah kenapa aku merasa sangat lelah dan tertidur begitu saja hingga
tanpa sadar hari sudah berganti menjadi pagi lagi. Hari ini aku akan pulang ke
Taiwan tapi akan lebih baik jika aku mengunjungi peristirahatan terakhirmu
sebelum pergi. Sepertinya memang bukan hanya aku yang merasa kehilanganmu tapi
banyak orang yang sangat menyayangimu.
“Aku tau kau pasti datang lagi kesini” ujarnya menoleh ke
arahku
“Yah, aku akan pulang siang ini” ujarku dengan menaruh bunga
mawar merah dan kuning
Gadis itu
menoleh ke arahku mengisyaratkan sebuah pertanyaan yang aku tau maksudnya apa,
dengan senyum aku menjawab
“Mawar merah dan kuning melambangkan persahabatan dan jatuh
cinta sama seperti perasaanku padanya” jelasku
“Ini untukmu, mungkin bisa mengobati kerinduanmu padanya
karena aku tau kau tidak mungkin sering datang ke Indonesia” ujarnya memberiku
sebuah buku diary
“Terima kasih, aku pergi dulu” jawabku dan menerima buku
diary itu
“Salam untuk Fahrenheit terutama Wu Chun. Sampai jumpa”
ujarnya tersenyum
Aku hanya
mengangguk dan tersenyum padanya lalu pergi meninggalkan gadis itu yang masih
setia duduk di depan makam Dedew. Saat ini aku sudah berada dalam pesawat untuk
pulang ke Taiwan. Tempat pertama yang akan aku datangi begitu tiba di Taiwan
sudah pasti tempat dimana aku terakhir kali melihat wajahnya yang mengatakan
padaku sambil tersenyum
“Aku
pasti akan kembali, percayalah!” ujarnya dengan senyum yang mengembang
Sekarang aku sudah berada di sini,
tempat yang kau sukai. Inilah Air Terjun Shifen, masih sama seperti dulu saat
pertama kali aku mengajakmu kesini tak ada perubahan sedikitpun. Kita duduk
disini berdua sambil menikmati keindahan air terjun tapi sekarang aku hanya
sendiri dan ditemani sebuah buku diary milikmu. Perlahan kubuka diary ini
halaman demi halaman dan ternyata semua berisi tentang aku dan dia.
“Dear
diary, hari ini aku bahagia sekali karena bertemu dengan idolaku Jiro Wang dan
dia duduk bersebelahan denganku di pesawat. Bagaimana rasanya? Aku yakin kau
pasti tau”
“Dear
diary, saat ini hubunganku dengan Jiro Wang semakin dekat dan kami menjadi
sahabat baik. Benar-benar diluar perkiraanku kami bisa menjadi sahabat. Jiro
membawaku jalan-jalan ke suatu tempat yang indah dan bagiku tempat ini adalah
tempat terindah yang pernah aku kunjungi. Dia bilang padaku akan menemaniku
kapanpun ke tempat ini. Oh ya, nama tempat ini Air Terjun Shifen”
“Dear
diary, entah kenapa hari ini sepertinya Da Dong sangat sedih dan membuat
perasaanku ikut sedih karenanya. Aku berusaha untuk menghibur Da Dong dengan
membawanya ke Air Terjun Shifen lalu kami menerbangkan lampion bersama setelah
menuliskan harapan kami. Aku melihatnya begitu bahagia setelah menerbangkan
lampion itu, entahlah apa yang dia harapkan? Sedangkan harapanku sendiri adalah
menjadi seseorang yang berarti dalam hidup Da Dong selamanya”
“Dear
diary, hari ini aku pergi ke rumah sakit karena tidak kuat menahan rasa sakit
yang menusuk-nusuk jantungku. Dan ternyata memang ada suatu kelainan pada
jantungku. Dokter bilang umurku tidak lama lagi tapi aku sungguh tidak ingin
berpisah dengan Da Dong. Aku tidak ingin membuatnya sedih karena kepergianku.
Apa yang harus kulakukan?”
“Dear
diary, akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan mengucapkan
selamat tinggal pada Da Dong. Dia adalah seorang sahabat yang sangat baik dan
kebaikannya itu membuatku salah paham. Aku jatuh cinta padanya tapi aku sadar
kalau aku bukanlah siapa-siapa jadi sebelum terlambat lebih baik aku pergi
meninggalkannya”
“Dear
diary, sudah 5 bulan aku di Indonesia tapi sama sekali belum memberikan kabar
padanya padahal aku janji akan kembali. Apakah aku harus memberitahunya tentang
keadaanku ini? Aku pikir waktuku sudah tidak lama lagi”
“Dear
diary, ternyata aku sudah bertahan selama 8 bulan ini dan selama 8 bulan juga
aku tidak mengabarinya. Apa aku salah melakukan ini? Jujur saja aku sudah tidak
kuat lagi, andai dia ada disini aku ingin mengucapkan sesuatu padannya ‘Wo Ai
Ni Jiro Wang’.”
“Dear
diary, entahlah aku bisa bertahan berapa lama lagi tapi jujur saja aku sungguh
sudah tidak kuat. Mungkinkah ini terakhir kalinya aku menulis dan mencurahkan
segala sesuatunya padamu? Jika memang ini yang terakhir kalinya, aku hanya
berharap dia bisa bahagia selamanya tanpa aku dan untuk terakhir kalinya aku
ingin mengatakan ‘I Love U Jiro Wang’.”
Air langit kembali berjatuhan dan
tidak seperti biasanya, langit langsung menangis dengan derasnya tanpa tetes
demi tetes air yang biasanya ia turunkan.
“Argghhh…”
aku berteriak sekuat tenaga
“Kenapa?
Kenapa semua ini harus terjadi padaku?” bentakku pada langit
Entah kenapa air mata ini kembali
mengikuti langit mengalir dengan derasnya. Tak kusangka tempat ini benar-benar
menjadi tempat terakhirku dengannya. Begitu banyak kenangan antara aku
dengannya disini, haruskah aku tetap pergi kesini? Namun, biar bagaimanapun
juga aku lah yang memperkenalkannya pada Dedew dan ia sangat menyukai tempat
ini. Mungkin itulah jawabannya, aku akan terus ke tempat ini kapanpun yang aku
inginkan. Aku yakin kau akan terus berada disini menemani dan menjagaku dari
atas sana
“Aku
mencintaimu Dedew, selamanya kau akan berada dan menempati posisi terpenting
dalam hatiku” ujarku sambil memeluk buku diary miliknya dan membiarkan langit
menemaniku menangis
Khayalan masa lalu, menjadi kata maaf
dimasa depan itulah penyesalanku dan hujan seperti air mata, sangat ingin
berjatuhan melambangkan perasaanku yang merindukanmu.
>>>
The End <<<
No comments:
Post a Comment