,
Judul: Kelanar
Pengarang: Yandi Asd
Penerbit: AT Press
__________________ KELANAR ____________________
Kesan
pertamaku membaca Kelanar itu pengen banget di depan authornya bilang, “GILA!” Oke,
memang sih aku sudah pernah baca prolog dan sedikit openingnya sewaktu promosi,
tapi beda sensasi saat baca langsung. Jadi ketika di pembuka sudah disuguhkan
adegan yang mungkin akan membuat sebagian orang mual, aku langsung memilih
untuk menutup pikiran. “Jangan dibayangin!” Itu aku tekankan.
Setelahnya
aku sanggup baca dengan santai dan cepat, gak terasa sudah sampai di bab lima
alias akhir dari bagian pertama. Aku suka dengan gaya bahasa yang dipakai,
terasa seperti membaca novel terjemahan, awalnya. Kenapa aku bilang
awalnya? Well, novel ini memang dikatakan menggunakan dunia baru yang
diciptakan sendiri oleh penulisnya. Hanya saja ketika membaca lebih ke tengah,
aku menemukan kata sapaan yang Indonesia sekali. Ya, dari situ aku sadar ini
setting lokal dengan nuansa terjemahan. Kira-kira begitu pemikiranku, bingung
pilih kata yang pas untuk mendeskripsikannya.
Menurut
pengarang sendiri di bedah bukunya pada tanggal 21 Desember 2019, Kelanar merupakan
singkatan dari ke luar nalar. Yup, aku setuju karena memang cerita ini
masuk aliran surealis dan kalau baca Kelanar, kita akan dibuat agak pusing atau
bingung dengan tokoh yang dipakai. Namun, hal itu bukan masalah karena karakter
dari tokoh-tokohnya memang memiliki ciri khas sekali.
Oh
ya, di novel Kelanar ini gak selalu tentang hal-hal yang buat mual, loh. Kita
diajak menjelajahi dunianya, kebudayaan yang ada di Kelanar dan berbagai hal
lain. Untuk kisah romantis dalam novel ini memang bisa dibilang sedikit, jadi jangan
terlalu berharap karena unsur dark terasa lebih kental. Namun, walau hanya
sedikit, perasaanmu juga akan tetap terasa diaduk-aduk. Kisah Sentanu dan
Meranti bisa dibilang tragis. Seperti apa? Itu bisa baca sendiri di novelnya,
ya.
Kerennya
lagi Kelanar pakai tiga sudut pandang, yaitu POV 1, POV 2, dan POV 3. Mungkin
untuk yang pertama kali coba akan merasa aneh, tapi setelah membaca bab
berikutnya, pasti mulai terbiasa. Pengarang benar-benar apik banget dalam menggabungkan
ketiga POV tersebut. Pembaca akan dibuat ketagihan setiap selesai membaca
setiap babnya dan ingin lanjut terus. Sulit untuk menebak jalan cerita dari
Kelanar dan sepertinya ini pengaruh dari kegilaan jalan pikiran pengarangnya
sewaktu menulis Kelanar.
Dan
sepertinya review novel ini sudah panjang x lebar x tinggi, ya. Kita sudahi
saja dan kalau jadi, aku buat versi video karena sempat dapat request juga. Btw,
aku gak bisa kasih rate cerita, jadi satu kata aja, novel ini “SADIS”.