Wednesday, 3 September 2014

REVENGE

Author:: TaraChun
Main Cast:: Wu Chun
                     Huang Xiao Ming
                     Huang Tian Shi
Genre:: Thriller

Disclaimer:: Aku selalu membuat cerita berkaitan dengan Fahrenheit karena aku amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca, harap komen kritik dan sarannya ya. Happy reading ^_^

PS:: Ini kelanjutan dari ff Bodyguard or Destroyer? ya... Biar gak bingung baca ff yg ini jadi sebaiknya baca yg itu dulu, okay ^_^



Gelapnya malam itu terasa semakin mencekam bagi seorang anak lelaki yang tengah meringkuk di pojok kamarnya. Entah apa yang terjadi di luar sana tapi ia bisa mendengar dengan jelas banyak suara pria di rumahnya. 

“Berengsek kau Xiao Ming!” suara ayahnya menggema di penjuru rumah itu memaki seseorang yang dipanggil Xiao Ming.

“Kau yang terlalu bodoh Donnie!” ia lagi-lagi mendengar suara seorang pria yang menurutnya tak asing, mengingatkannya pada seorang paman yang sering datang ke rumah dan memberikannya mainan.

Lelaki kecil ini tak tahu apa yang terjadi selanjutnya karena ia tak mendengar suara sang ayah serta paman bernama Xiao Ming tersebut. Lima menit berlalu tanpa ada suara lagi yang terdengar, pintu kamarnya ada yang mengetuk.

“Sayang, buka pintunya!” itu suara ibu, pikirnya.

Ia bergegas menuju pintu dan membuka kuncinya lalu muncullah sang Ibu dengan wajah penuh air mata. Ibu memeluknya erat, sangat lama. Pelukannya terlepas dan sang Ibu menangkup kedua pipinya dengan tatapan penuh kasih sayang.

“Pergilah sayang! Ibu akan di sini menemani ayahmu, mereka tidak boleh membawamu pergi juga. Cepat lari sayang! Bawa semua ini dan tinggallah bersama pamanmu di Jepang!” ibu memberikan sebuah tas besar berwarna hitam.

“Tapi apa yang terjadi, bu? Di mana ayah?” tanya anak lelaki berusia 11 tahun ini pada sang Ibu.

Namun, bukan jawaban yang ia peroleh melainkan isak tangis ibunya semakin menjadi. Tidak! Ada sesuatu yang tak ia ketahui tapi perasaannya mengatakan bahwa ia harus menuruti ucapan sang Ibu. Lelaki kecil ini mengulurkan tangan kecilnya untuk mengusap air mata yang terus mengalir di wajah sang Ibu.

“Aku akan pergi tapi ibu jangan menangis lagi,” ujarnya seraya mengecup kedua pipi sang Ibu bergantian.

Mereka kembali berpelukan erat, berat melepaskan ikatan antara ibu dan anak. Terlebih ketika melihat sang Ibu menangisi kepergiannya. Namun, bukankah ini yang ibunya inginkan? Ia yakin pamannya nanti akan memberitahu apa yang terjadi maka lebih baik ia menurut.

“Ingat sayang! Kau harus menjadi pria yang kuat dan suatu saat nanti ketika kau kembali balas mereka semua yang memisahkan kita,” ujar sang Ibu yang disahuti dengan anggukan.

Perpisahan itu terjadi. Ia diantar oleh ibu kabur melalui pintu belakang rumahnya. Namun, anak lelaki ini masih penasaran dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Baru saja ia ingin beranjak pergi, sorot lampu mobil muncul dan ia bergegas sembunyi di balik pohon besar. Seseorang yang sangat ia kenal turun dari mobil itu dan diikuti oleh beberapa pria lainnya.

Pria-pria bertubuh besar yang mengikuti Paman Huang, orang yang dipanggil Xiao Ming oleh ayahnya membuka bagasi mobil dan membawa sesuatu dari dalam sana. Matanya terbelalak mendapati sang Ayah diseret oleh pria-pria itu dalam keadaan mengenaskan. Ia tahu jika ayahnya pasti sudah tak bernafas lagi. Semua dapat dilihat dari luka-luka di wajah sang Ayah serta tubuhnya dengan baju yang sudah berganti warna menjadi merah. 

Tak lama setelah Paman Huang masuk, ia dapat mendengar tangis histeris sang Ibu, menyayat hatinya. Sangat menyakitkan melihat seseorang yang ia cintai dilempar ke hadapannya dengan keadaan mengenaskan. Suara tembakan dari dalam terdengar beserta teriakan sang Ibu.

Astaga! Sebenarnya apa yang ayah dan ibunya lakukan? Kenapa Paman Huang, seseorang yang ia kenal baik tega membunuh kedua orangtuanya? Akhirnya Paman Huang keluar dari rumahnya dengan wajah geramnya.

“Shit! Ke mana anak itu?” 

Mobil pun pergi dari rumahnya dan anak lelaki tadi yang menyaksikan semua kejadian itu mengepalkan tangannya. Ia berlari kembali memasuki rumah dan mendapati sang Ibu yang sudah tak sadarkan diri dengan keadaan bersimbah darah. Ia segera menelpon rumah sakit dengan harapan ibunya masih bisa terselamatkan.

Ambulance datang lima belas menit kemudian, ibunya segera dilarikan ke rumah sakit. Rumah itu pun dipenuhi oleh polisi. Namun, semua terlambat. Nyawa sang ibu tak bisa lagi diselamatkan. Sudah ia putuskan untuk pergi ke Jepang menemui pamannya sesuai amanat terakhir sang Ibu.

***

15 years later…

Pria ini kembali dengan ketampanan dan ketangguhannya. Menggunakan nama Zun untuk masuk dan membalaskan dendamnya. Selama lima belas tahun dilatih oleh Yakuza. Yah, pamannya yang dikatakan oleh sang Ibu adalah seorang pemimpin Yakuza di Jepang.

Zun berhasil menjadi seorang bodyguard dari putri tunggal orang itu. Pria berengsek yang membuatnya kehilangan orang tua. Huang Xiao Ming memiliki seorang anak gadis yang sangat cantik dan memerlukan pengawasan ekstra.

Perlahan tapi pasti langkahnya semakin maju. Ia menjadi seorang kepercayaan dari orang itu, Huang Xiao Ming. Kesempatan yang sangat luar biasa dan takkan pernah disia-siakan. Zun sudah bertekad, ia akan membalas semua perbuatan pria itu pada keluarganya.


Rencananya berjalan lancar, ia berhasil melenyapkan satu-satunya keluarga yang dimiliki Xiao Ming. Putri tunggalnya, Huang Tian Shi mati bersama dengan banyak orang yang menemaninya pada festival musik berdarah. Gadis yang dengan bodohnya ia cintai.


“Bagaimana, hm? Menyenangkan ditinggal oleh keluargamu satu-satunya?” Zun kini berada di rumah sakit tempat dulu ibunya meninggal.

Ia sudah bertekad akan membalas kematian sang Ibu di rumah sakit ini. Xiao Ming yang ternyata memiliki penyakit jantung langsung dilarikan ke rumah sakit ketika mendengar kabar putri satu-satunya yang sangat ia cintai meninggal dalam festival musik tahunan itu.

“Kau! Siapa kau sebenarnya?” Xiao Ming yang sudah pulih kesadarannya sejak lima menit yang lalu terkejut ketika bangun melihat Zun berada di hadapannya beserta pertanyaan yang meningatkannya pada kekejaman yang pernah dilakukannya dulu.

“Ingat sesuatu, Paman Huang? Seorang pria atau bisa disebut mantan sahabat yang kau habisi dan kau lempar mayatnya ke hadapan istrinya sendiri dengan keadaan mengenaskan. Lalu dengan hebatnya kau membunuh seorang wanita yang tak lain istri sahabatmu sendiri.”

Pria paruh baya itu bungkam, ia tahu pasti apa maksud pria muda yang dikenalnya dengan nama Zun ini. Ketika ia membunuh sahabatnya sendiri hanya karena sebuah kekuasaan. Bodoh! Ia menyesal, sangat menyesal.

Zun mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah jarum suntik yang tentu sudah terisi penuh dengan racun mematikan. Ia menyeringai lebar sebelum akhirnya menyuntikkan racun itu pada cairan infus Xiao Ming.

“A-a-apa yang ka-u la-ku-kan?” Xiao Ming terlihat sulit untuk bernafas

“Sesuatu yang mempercepat kematianmu untuk menyusul gadis yang kucintai,” sahut Zun masih mempertahankan seringaiannya

Xiao Ming tak bisa berkata-kata lagi, nafasnya semakin berat. Penglihatannya mulai buram dan sungguh ia merasa sangat tersiksa. Lebih baik langsung menembaknya dengan pistol tepat di jantung daripada harus menyiksanya seperti ini.

“Kau tahu? Aku mencintai putrimu tapi karena kau membuatku harus kehilangannya. Aku yang membunuhnya, melenyapkan mereka semua pada festival itu. Aku tidak terima ia memilik seorang ayah sepertimu maka lebih baik ia mati dan lahir kembali bukan sebagai anak penjahat,” Zun lagi-lagi mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

Xiao Ming sudah tak fokus namun ia masih bisa mendengar ucapan Zun. Sungguh ia tak menyangka jika perbuatannya dulu juga berimbas pada putri kesayangannya. Kesakitannya semakin terasa ketika sebuah pisau memutus selang infusnya.

Tubuhnya membiru dan darah keluar secara perlahan dari tangan hingga menjalar ke sekujur tubuhnya. Berakhir. Ia pucat seakan tak memiliki darah lagi. Matanya terbelalak karena kesakitan dan ia menghembuskan nafas akhirnya.

Dulu, sebelum memutuskan pindah ke Jepang menemui pamannya. Zun sudah berjanji pada Tuhan bahwa ia akan melenyapkan orang yang sudah merebut kebahagiaannya di rumah sakit ini. Tempat dulu sang Ibu menghembuskan nafas terakhirnya.

Zun keluar dari kamar bernomor 1979 dengan senyum puas. Dendamnya sudah terbayarkan dan rumah sakit ini menjadi saksinya sebelum akhirnya lenyap. Zun sudah memerintahkan anak buahnya memasang bom waktu dengan hitungan mundur satu jam sejak kepergiannya. Maka, seseorang yang beruntunglah yang bisa selamat dari rumah sakit itu sebelum semuanya hancur menjadi debu.

END

OKAY. THIS FANFICTION 100% END, NOTHING SEQUEL AGAIN *capslock jebol*

No comments:

Powered by Blogger.