Wednesday 12 December 2012

Birthday is Death


Author:: TaraChun
Main Cast::    Tian Fu Zhen as Hebe
Goh Kiat Chun as Zun
He Jun Xiang as Mike
Zhou Yu Min as Vic
Cast:: Chen Yi Ru as Calvin
        Yan Ya Lun as Aaron
        Wang Da Dong as Jiro
        Xiao Xun as Albee
Genre:: Romance, Angst
        Dalam sebuah ruangan yang gelap terdapat seorang wanita sedang menangisi nasibnya, ia selalu merasa dirinya adalah pembawa sial bagi orang-orang yang ia cintai ataupun mencintainya.
“Aku yang membuat mereka semua mati, semua karenaku… Kenapa harus aku??” Gadis itu memeluk lututnya, air matanya terus mengalir
“Bibi, bagaimana keadaan Hebe?” Albee yang merupakann sahabat dari Hebe
“Dia masih saja menyalahkan dirinya, dia tidak keluar kamar sejak kejadian itu” Ibu Hebe
“Lalu apa dia sudah makan?” Albee
“Entahlah, bibi selalu membawakan makanan ke kamarnya tapi… kau pasti tau sendiri keadaannya” Ibu Hebe
“Boleh aku melihatnya?” Albee
“Tentu saja, tolong bujuk dia” Ibu Hebe pun menangis
            Albee pergi ke kamar Hebe
“Hebe, boleh aku masuk?” Albee mengetuk pintu kamar Hebe
            Tidak ada jawaban dari Hebe… Albee pun masuk begitu saja
“Kenapa kau tidak nyalakan lampunya?” Albee mencari saklar untuk menyalakan lampu kamar Hebe
“Jangan dinyalakan…! Aku tidak mau melihat apapun.. Kini semua hidupku hanya ada kegelapan, lebih baik kau menjauh dariku. Aku tidak ingin kau mati juga” tangisan Hebe pun pecah
            Albee pun mendekati Hebe yang masih terus menangis sambil memeluk lututnya di pojokan kamar yang gelap dan berantakan
“Sudahlah Hebe, kau jangan seperti ini terus…” Albee memeluk Hebe yang masih saja menangis
“Menjauhlah dariku” Hebe mendorong Albee
“Ini semua bukan salahmu, kau tau itu hanya kecelakaan” Albee
“Apa maksudmu dengan kecelakaan? Mereka mati di depan mataku dan itu tepat di hari ulang tahunku” Hebe berteriak pada Albee..
            Air mata Hebe mengalir tiada henti
“Itu sangat sulit untuk di lupakan… Mike dan Vic… 2 orang yang aku cintai meninggal di hari ulang tahunku” Hebe
            Albee pun ikut meneteskan air matanya karna kasihan melihat sahabatnya yang selalu menyalahkan diri sendiri atas kematian Mike dan Vic
“Saat itu dia masih memelukku, tapi hanya dalam waktu beberapa menit hangatnya pelukan itu menghilang begitu saja” Hebe
            Albee hanya bisa diam dan mendengarkan sahabatnya
“Kau tau betapa indahnya malam itu?” Hebe
            Bayangan masa lalu terlintas di benak Hebe
Seorang pria memberikan sebuklet bunga mawar merah pada gadis cantik yang sedang berulang tahun malam itu di sebuah taman yang dipenuhi dengan lilin-lilin yang sudah diatur sangat cantik, langit gelap yang dipenuhi dengan bintang-bintang gemerlapan sangat mendukung suasana menjadi lebih romantis.
“Kau sangat cantik malam ini..” Vic tersenyum dan memberikan sebuklet bunga pada Hebe
“Xie xie” Hebe tersenyum malu dan menerima bunga pemberian Vic
“Kau tau, aku benar-benar pria yang beruntung karena bisa memilikimu” Vic
Hebe hanya tersenyum mendengar perkataan Vic.
“Maukah kau berdansa denganku, tuan puteri?” Vic menundukkan kepala dan menjulurkan tangannya
“Dengan senang hati, pangeranku” Hebe pun menyambut tangan Vic
            Mereka berdansa tanpa alunan musik, suara desiran angin yang menjadi panduan mereka. Suasana malam itu sangat romantis, selesai berdansa mereka pun dinner di taman itu juga. Sebuah meja dan sepasang kursi sudah disiapkan beserta makanan dan setangkai mawar merah dalam sebuah vas bunga berwarna putih sudah ada di atas meja.
“Bagaimana rasanya?” Vic
“Enak sekali, menurutmu?” Hebe
“Hmm, aku juga merasa begitu dan terasa lebih enak lagi ketika aku makan sambil melihat wajahmu yang tersenyum seperti ini” Vic
“Kau ini” Hebe
“Aku sangat mencintaimu” Vic memegang tangan Hebe
“Aku juga sangat mencintaimu” Hebe tersenyum
            Suasana yang sangat romantis membuat mereka melupakan hari yang sudah semakin malam
“Vic, sepertinya sekarang sudah larut malam” Hebe
“Tapi aku masih ingin bersamamu…” Vic
            Hebe hanya tersenyum mendengar perkataan kekasihnya itu
“Melihat senyummu seperti ini sudah membuatku merasa sangat bahagia. Ayo, kita pulang” Vic pun menggandeng Hebe.
            Vic membukakan pintu mobil untuk Hebe, Hebe pun masuk ke dalam mobil. Vic tersenyum dan berlari ke pintu yang satu nya.
“Kau sudah siap?” Vic menyalakan mesin mobilnya
            Hebe mengangguk sambil tersenyum pada Vic. Vic membalas senyuman Hebe kemudian mengendarai mobilnya. Mereka sampai di depan rumah Hebe. Vic turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Hebe. Hebe pun turun dari mobil dan berjalan ke pagar rumahnya. Vic mengantarkan Hebe sampai depan pagar rumahnya dan ia pun kembali ke mobil.
“Vic” Hebe memanggil Vic sebelum Vic masuk ke mobil
“Ada apa?” Vic tersenyum
“Aku mencintaimu” Hebe mencium pipi kanan Vic
“Aku juga mencintaimu” Vic memeluk Hebe erat
            Mereka berpelukan selama beberapa menit. Vic dan Hebe sama-sama enggan melepas pelukan mereka
“”Happy Birthday Hebe, I Will Always Love You” Vic melepas pelukannya dan mencium kening Hebe
            Vic pun berjalan ke mobilnya. Namun…
“Viiiiiccccc” Hebe berteriak melihat kekasihnya terhempas jauh karena mobil yang melesat begitu kencang ketika Vic membuka pintu mobilnya
            Vic terkapar di tanah dan berlumuran darah, Hebe berlari kearah Vic. Melihat kekasihnya yang berlumuran darah seperti itu ia hanya bisa menangis. Untuk mengatakan tolong pun ia tidak sanggup, Hebe terus memeluk Vic dan Vic pun menghebuskan nafas terakhirnya di pangkuan Hebe dalam kondisi yang berlumuran darah
“Tidaaaakkkkkkkk” Hebe kembali berteriak histeris mengingat kejadian itu
“Hebe, sudah cukup…” Albee hanya bisa menangis dan memeluk Hebe
“Lepaskan aku…” Hebe kembali mendorong Albee “Aku ingin merasakan pelukan hangat itu lagi” Hebe
 “Sadarlah Hebe.. Kau harus melupakannya dan memulai kehidupanmu dari awal lagi. Itu sudah 4 tahun berlalu” Albee
“Kau bisa mengatakan itu semua dengan mudah karna kau tidak pernah merasakannya. Apa kau tau, semua itu menyiksaku. Aku sudah 2 kali mengalami kehilangan seperti itu. Sungguh mengerikan. Aku bisa membuat orang-orang yang aku cintai mati karenaku.” Hebe
“Kau harus mencobanya Hebe, lupakan semua itu. Aku yakin kau pasti bisa” Albee
“Cukuuuppppppp… Aku tidak mau dengar lagi.. Semuanya akan sama saja. Kau juga pernah mengatakan hal itu tapi apa yang terjadi? Aku memulai semuanya dari awal dan semua kembali terulang. Mike juga meninggal di hari ulang tahunku” Hebe kembali histeris
“Hebe, kau tidak bisa menyalahkan dirimu terus. Mike baru meninggal seminggu yang lalu, dia akan sedih jika melihatmu seperti ini” Albee
            Hebe langsung mengacak-ngacak mejanya lagi, ia mengambil sebuah foto
“Mike, aku merindukanmu” Hebe terus melihat foto dirinya dengan Mike yang diambil setahun yang lalu “Apa kau tau, aku sangat mencintaimu” Hebe tersenyum ketika melihat foto Mike namun wajahnya masih mengisyaratkan kesedihan yang mendalam
“Hebe… Hebe…” Albee memanggil Hebe yang terus saja memandangi foto Mike “Hebe, sadarlah.. Mike sudah tidak ada” Albee berbicara sedikit lebih keras
“Dia masih ada Albee, aku bisa merasakannya. Kau lihat cincin ini? Dia memasangkannya di jariku, dia ingin aku menikah dengannya. Kami sudah bertunangan Albee” Hebe
            Albee mengambil foto yang dipegang oleh Hebe dan melemparnya
“Apa yang kau lakukan?” Hebe
“Kau seperti orang gila, apa kau tau itu? Jika Vic dan Mike tau, mereka akan sangat sedih. Aku mohon Hebe, terimalah kenyataan ini. Mereka sudah tenang di alamnya” Albee
“Tidak Albee, mereka ada disini..” Hebe mulai meneteskan air matanya
            Bayangan Mike kembali muncul di benak Hebe
“Ayo pakai ini” Mike
“Untuk apa pakai ini?” Hebe
“Kau akan tau nanti” Mike pun menutup mata Hebe dengan kain berwarna hitam
            Mike menuntun Hebe masuk ke mobilnya dan pergi ke suatu tempat
“Kita sudah sampai” Mike pun menghentikan mobilnya
“Apa kain penutup ini sudah bisa aku buka?” Hebe
“Tunggu sebentar..” Mike pun keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Hebe
            Mike menuntun Hebe masuk ke sebuah tempat
“Sebentar lagi akan aku buka.. 1 2 3…” Mike membuka kain penutup mata Hebe
SURPRISE
            Mike menyiapkan sebuah pesta untuk Hebe. Albee dan teman-teman mereka yang lainnya sudah ada disana
“Happy Birthday to you.. Happy Birthday to you.. Happy Birthday.. Happy Birthday.. Happy Birthday Hebe” Albee bersama teman-teman yang lainnya menyanyikan lagu untuk Hebe
“Xie xie da jia” Hebe sangat senang
“Kekasihmu lah yang sudah merencanakan semua ini untukmu” Albee
“Thanks Honey..” Hebe memeluk Mike
            Mike tersenyum bahagia
“Sudahlah, jangan berpelukan terus. Kalian sudah membuat kami cemburu” Albee
            Mike dan Hebe melepaskan pelukan mereka
“Make wish” Albee
“Baiklah” Hebe “Aku ingin agar kebahagiaanku tidak pernah berakhir dan semua orang yang aku cintai pun bisa bahagia” Hebe berdoa dalam hati
“Ayo potong kuenya” Albee
            Hebe pun memotong kuenya dan potongan pertama diberikan kepada Mike, kekasih yang sangat ia cintai.
“Thanks Baby” Mike mencium kening Hebe
            Hebe hanya tersenyum
“Hebe, aku ingin mengatakan sesuatu padamu” Mike
“Apa?” Hebe
            Mike mengambil sesuatu dari kantong bajunya kemudian ia berlutut dan memegang tangan Hebe
“Hebe, aku sangat mencintaimu. Di hari ulang tahunmu yang ke-25 ini aku ingin mengatakan… Maukah kau menikah denganku?” Mike
“Mike…?” Hebe kaget mendengar semua kata yang terlontar dari bibir Mike “Benarkah yang kau katakan ini?” Hebe
“Aku tau mungkin ini terlalu mendadak untukmu, kita bisa bertunangan dulu. Apa kau mau?” Mike
            Hebe tersenyum lalu mengangguk, Mike pun memasangkan cincin di jari tengah Hebe
“Thank you… I Love You” Mike
“I Love You too” Hebe
“Happy Birthday Hebe” Mike
            Semua yang ada di pesta itu bertepuk tangan dan tersenyum bahagia
“Ayo semua, silakan makan kue nya.” Hebe
            Mereka semua menikmati kue yang sudah disediakan. Hebe dan Mike berdansa dengan diiringi alunan suara biola yang sangat merdu. Begitu pula dengan pasangan lainnya yang datang ke pesta itu, mereka ikut berdansa. Namun, ketika sedang berdansa seseorang mendekati Hebe
“Hebe awas…” Mike langsung memutarkan badannya “Arrkkhhh…” Mike meringis kesakitan
“Mike…” Hebe panik
            Darah terus keluar dari jantung Mike. Seorang pria yang ingin mencelakai Hebe kabur begitu saja setelah salah sasaran. Pisau tertancap tepat di jantung Mike, darah terus mengalir keluar. Tubuh Mike perlahan mulai melemas, wajah Mike pucat karena darah yang terus keluar.
“Cepat bantu aku” Hebe berteriak “ Mike, kau harus bertahan” Hebe terus saja memeluk tubuh Mike
            Namun nyawa Mike tetap tidak bisa di selamatkan.. Sebelum ambulance datang, Mike sudah menghembuskan nafas terakhirnya
“Mike, maafkan aku… Semua ini salahku…” Hebe pun pingsan karna sudah terlalu lama menangis, makanan yang sudah disiapkan oleh ibunya tidak pernah di makan
“Hebeee…” Albee menggoncang-goncangkan tubuh Hebe… “Bibi… Hebe pingsan” Albee berteriak memanggil Ibu Hebe
            Hebe pun dibawa ke rumah sakit, ia kekurangan cairan karena menangis terus selama seminggu dan tidak ada makanan atau minuman yang masuk ke tubuhnya.
“Bagaimana keadaan anakku, dokter?”
“Anak anda kekurangan cairan, dia juga mengalami shock berat. Jangan membiarkannya sendiri karena dia bisa saja memikirkan hal-hal aneh yang dapat membahayakan tubuhnya sendiri. Biarkan dia istirahat, kami akan mengontrolnya” Dokter pergi meninggalkan Ibu Hebe
“Bibi, sabar ya.. Aku yakin Hebe pasti bisa melewati semua ini” Albee
“Xie xie Albee.. Hebe beruntung punya sahabat sepertimu” Ibu Hebe menangis di pelukan Albee
“Bibi tenanglah, aku akan membantumu menjaga Hebe” Albee
            Albee bergantian dengan Ibu Hebe untuk menjaga Hebe di rumah sakit yang masih belum sadarkan diri selama 6 bulan di rawat di rumah sakit
“Vic, Mike..” Hebe akhirnya membuka mata
“Hebe, kau sudah sadar?” Albee terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara Hebe
“Aku dimana Albee? Mana Vic dan Mike?” Hebe
“Kau di rumah sakit, kau sudah tidur selama 6 bulan disini” Albee
“6 bulan?? Memangnya aku kenapa?” Hebe
“Kau kelelahan…” Albee berbohong
“Hmm, ibuku dimana?” Hebe
“Dia sedang membeli makanan?” Albee
“Albee, aku ingin keluar jalan-jalan” Hebe
“Tapi kau baru sadar Hebe” Albee
“Kau yang bilang kalau aku sudah 6 bulan tidak sadarkan diri. Aku ingin menghirup udara segar” Hebe
            Albee pun mengabulkan permintaan Hebe, ia mengajak Hebe ke taman rumah sakit dengan kursi roda
“Segar sekali” Hebe menghirup nafas panjang
“Aku harap kau bisa kembali ceria seperti dulu” Albee tersenyum melihat Hebe
            3 hari kemudian Hebe keluar dari rumah sakit
“Ibu, aku ingin masuk kuliah lagi” Hebe
“Kau yakin?” Ibu Hebe
“Aku tidak ingin memikirkan hal-hal menyedihkan itu lagi” Hebe
            Ibu Hebe pun tersenyum mendengar perkataan anaknya.
“Kau ingin kuliah mulai kapan?” Ibu Hebe
“Besok” Hebe
“Baiklah, terserah kau saja yang penting kau bisa kembali ceria seperti dulu lagi” Ibu Hebe
            Hebe sangat senang mendengar perkataan ibunya, Ibu Hebe pun segera menelpon Albee untuk memberitahukan kabar bahagia itu. Keesokan harinya, Albee sudah berada di rumah Hebe
“Albee? Kau kenapa bisa kesini?” Hebe yang melihat Albee sedang mengobrol dengan ibunya
“Kemarin ibumu menelponku, katanya kau hari ini mau mulai masuk kuliah. Tentu saja aku kesini untuk menjemput sahabatku” Albee
“Kau memang sahabatku.. Xie xie Albee” Hebe memeluk Albee sahabatnya
“Ayo kita berangkat” Albee
“Ibu, aku berangkat kuliah dulu yaa” Hebe
            Hebe dan Albee pun berangkat ke kampus mereka. Sesampainya di kampus, suasana sangat berbeda.. Semua berbisik-bisik ketika melihat Hebe yang kembali masuk ke kampus
“Kalian tau, gadis pujaanku sudah masuk kuliah lagi”
“Zun, kau yakin masih mau mengejarnya?” Aaron yang merupakan sahabat Zun
“Tentu saja…” Zun
“Apa kau tidak takut?” Jiro
“Apa yang harus aku takutkan?” Zun
“Dia gadis pembawa sial… Kau juga tau kan, kedua kekasihnya meninggal di saat ulang tahunnya” Calvin
“Kami tidak ingin kau juga tertimpa sial” Aaron
“Kau itu sahabat kami” Jiro
“Tidak akan terjadi apa-apa padaku” Zun
“Tapiii…” Aaron
“Kalian tenang saja” Zun tersenyum dan meninggalkan ketiga sahabatnya
            Zun pergi mencari Hebe
“Sepertinya mereka sedang membicarakanku” Hebe membisiki Albee
“Tidak usah perdulikan mereka” Albee
“Hai Hebe” Zun menyapa Hebe
“Kau siapa?” Hebe
“Perkenalkan, namaku Zun..” Zun tersenyum
“Kau tau darimana namaku?” Hebe
“Aku sudah menyukaimu sejak pertama kali melihatmu” Zun
“Akuuu..” Hebe hanya diam dan raut wajahnya berubah menjadi sedih
“Kau harus memulai hidupmu yang baru” bisik Albee
            Mendengar perkataan Albee, raut wajah Hebe berubah
“Albee benar, aku harus memulai semuanya dari awal” Hebe dalam hati
“Jadi bagaimana?” Zun menyadarkan Hebe dari lamunannya
“Apa?” Hebe
“Kau mau menjadi kekasihku? Atau kau ingin berteman dulu denganku?” Zun
“Terserah kau saja” Hebe
“Baiklah, berarti kau resmi menjadi kekasihku” Zun
            Hebe mengangguk kemudian tersenyum. Zun pun menarik tangan Hebe
“Hei, kita mau kemana?” Hebe
“Aku akan memperkenalkanmu pada sahabat-sahabatku yang nantinya juga akan menjadi sahabatmu” Zun
            Hebe hanya mengikuti kemana Zun membawanya sementara Albee pun mengikuti Hebe dari belakang
“Aku harap Zun bisa mengembalikan senyuman Hebe” Albee dalam hati
            Zun pun sampai di tempat ketiga sahabatnya berada bersama dengan Hebe dan Albee yang mengikuti di belakang mereka
“Semuanya.. Dia Hebe kekasihku” Zun memperkenalkan Hebe
“Kami sudah tau dia siapa…” Aaron dingin
“Dia memang seperti itu” Zun tersenyum pada Hebe
“Aku harap, kau tidak akan membuat sahabat ku celaka” Jiro
“Kau itu bicara apa sih?” Zun menatap Jiro tajam
“Jiro benar Zun, kami tidak ingin kehilangan sahabat kami” Calvin
“Jangan bilang kami tidak memperingatkanmu” Aaron pergi meninggalkan Zun, Hebe dan Albee
            Jiro pun mengikuti Aaron begitupula dengan Calvin yang juga ikut pergi meninggalkan mereka semua
“Sepertinya ketiga sahabatmu tidak menyukaiku” Hebe menunduk sedih
“Mereka butuh waktu… Cepat atau lambat, mereka pasti bisa mengerti” Zun
“Semoga saja” Albee
            Jam kuliah selesai, Hebe pulang bersama Albee dan diantarkan oleh Zun. Sesampainya di rumah, Hebe langsung masuk ke kamarnya. Ia mengambil foto Vic dan Mike
“Kalian tau? Aku bertemu dengan seorang pria bernama Zun hari ini. Dia bilang sudah menyukaiku sejak lama. Sepertinya dia pria yang baik.. Aku harap kalian menjaganya agar kesialanku juga tidak berimbas padanya” tanpa sadar Hebe meneteskan air mata nya “Aku tidak boleh menangis.. Aku harus bangkit dan memulai semuanya dengan Zun” Hebe pun menghapus air matanya
            Hubangan Hebe dengan Zun semakin dekat tapi ketiga sahabat Zun masih tidak menyukai Hebe.
“Malam minggu besok, kau ada acara?” Zun
“Ada apa?” Hebe
“Aku ingin mengajakmu kencan, kau mau?” Zun
“Baiklah” Hebe tersenyum
“Aku jemput jam 7 yaa” Zun pergi meninggalkan Hebe
            Zun menemui ketiga sahabatnya
“Ternyata benar kalian disini” Zun
“Kau masih ingat dengan kami?” Aaron
“Apa maksudmu?” Zun
“Sejak bersama Hebe, kau tidak pernah ikut kumpul bersama kami lagi” Jiro
“Duibuqi..” Zun
“Tidak ada gunanya kau minta maaf, kau juga tidak mau mendengarkan kami” Calvin
            Hubungan Zun dan ketiga sahabatnya mulai tidak harmonis sejak kedekatan Zun dengan Hebe. Hari yang dinantikan Zun pun tiba yaitu tepat dimana kencan pertama Zun dengan Hebe
“Kau sudah siap?” Zun
“Hmm, kita mau kemana?” Hebe
“Dinner…” Zun
            Selama dalam mobil mereka hanya diam saja…
“Kita sudah sampai” Zun turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Hebe
“Thanks..” Hebe tersenyum
            Zun menggandeng tangan Hebe dan masuk ke restoran Italia
“Hebe, hari ini kau cantik sekali” Zun
“Xie xie ni” Hebe kembali tersenyum “Sudah lama aku tidak mendengar kalimat ini” Hebe dalam hati
            Alunan musik klasik di restoran itu membuat setiap pasangan yang ada di restoran itu ingin berdansa
“Maukah kau berdansa denganku?” Zun mengulurkan tangannya
            Hebe pun menyambut tangan Zun dengan senang hati
“Aku harap semua ini tidak berakhir dengan cepat” Hebe
            Selesai berdansa mereka pun pulang. Sejak saat itu, Hebe dan Zun sering keluar bersama. Mereka semakin romantis dan membuat orang-orang yang melihat mereka cemburu. Suatu malam, mereka janjian di luar
“Kenapa kau mengajakku keluar mendadak begini?” Hebe
“Ada yang ingin aku beritahukan padamu..” Zun
“Apa?” Hebe
“Besok aku akan pergi ke Paris bersama ketiga sahabatku” Zun
“Untuk apa kau ke Paris?” Hebe
“Kami sedang mengembangkan restoran yang baru saja kami buka disana” Zun
“Berapa lama? Kau tau kan 2 minggu lagi ulang tahunku? Ya, walaupun aku tidak ingin mengingatnya lagi” Hebe
“Ehmm, aku tau makanya aku ingin kita melewatkan hari ini dengan senang. Aku akan kembali sebelum hari ulang tahunmu” Zun
“Lalu sekarang kita mau kemana?” Hebe
“Kita ke taman bermain yaa..” Zun
            Mereka pun naik ke mobil dan pergi ke taman bermain
“Kau mau main wahana apa?” Zun
“Terserah kau saja” Hebe
“Baiklah.. Ayo kita kesana” Zun
            Mereka menaiki berbagai wahana yang ada di taman bermain itu. Mereka pun kelelahan setelah menaiki berbagai wahana itu.. Mereka membeli gula harum manis dan juga bermain yang lainnya
“Zun, ayo tembak yang benar.. Aku mau boneka besar itu” Hebe menunjuk boneka panda besar berwarna pink
“Baiklah, aku akan mendapatkannya untukmu” Zun menembak semua balon yang ada
            Boneka yang diinginkan Hebe pun berhasil di dapatkan
“Xie xie…” Hebe
“Hebe, bisakah kau mengabulkan permohonanku sebelum aku pergi?” Zun
“Kau ingin apa?” Hebe
“Yang aku inginkan sangat sederhana. Sejak kau setuju pacaran denganku, apa kau merasa bahagia?” Zun
“Kenapa kau bertanya seperti itu?” Hebe
“Aku hanya merasa kau tidak seceria dulu” Zun
“Duibuqi Zun, aku hanya masih trauma dengan kejadian yang menimpa Vic dan Mike” Hebe
“Apa kau mencintaiku?” Zun
“Akuu…” Hebe menunduk
“Kenapa tidak menjawab pertanyaanku? Katakan kalau kau mencintaiku…” Zun
            Air mata Hebe mulai menetes
“Jangan menangis. Aku hanya ingin dengar kau mengatakan kalau kau mencintaiku” Zun
“Aku takut Zun.. Akuu…” Hebe
“Kau tidak perlu takut, aku akan menjagamu seumur hidupku” Zun
“Zun, wo ai ni…” Hebe memeluk Zun
“Jangan menangis… Besok aku akan pergi… Kau tunggu aku kembali” Zun
“Aku akan menunggumu Zun…” Hebe
            Mereka berpelukan dengan sangat erat. Setelah itu, Zun mengantarkan Hebe pulang ke rumahnya.
“Zun, kau harus kembali di hari ulang tahunku” Hebe
“Aku pasti kembali” Zun mencium kening Hebe
            Keesokan harinya, Zun dan ketiga sahabatnya terbang ke Paris untuk mengurus bisnis mereka
“Bagaimana hubunganmu dengan Hebe?” Calvin
“Baik-baik saja” Zun singkat
“Sebentar lagi ulang tahunnya kan?” Jiro
            Zun hanya mengangguk
“Sebaiknya kau jangan kembali” Aaron
“Kalian terlalu berlebihan” Zun
“Kami tidak berlebihan Zun, kami hanya takut kehilangan sahabat kami” Jiro
“Apa kau pernah memikirkan perasaan sahabat-sahabatmu?” Calvin
“Sudahlah, kalian jangan seperti ini terus. Tidak aka terjadi apa-apa padaku” Zun
            Sudah 12 hari Zun dan sahabat-sahabatnya di Paris. Zun pun kembali ke Taiwan tepat di hari ulang tahun Hebe tapi tidak dengan sahabat-sahabat Zun. Mereka masih di Paris karena urusan mereka belum selesai. Zun pulang untuk merayakan hari ulang tahun Hebe. Sebelum naik ke pesawat, Zun menelpon Hebe
“Hebe, aku akan segera naik pesawat. Tunggu aku ya.. Kau dandan lah yang cantik, aku akan Langsung menjemputmu” Zun mematikan teleponnya
Setelah mendapat telepon dari Zun, Hebe sangat senang. Dia langsung memilih sebuah gaun berwarna merah yang akan ia gunakan untuk menyambut kedatangan Zun. Hebe terlihat sangat cantik.
“Vic, Mike.. hari ini aku akan bertemu dengan Zun. Dia kembali, aku harap dia bisa menepati janjinya” Hebe tersenyum melihat foto Vic dan Mike
Pesawat yang dinaiki Zun akan segera mendarat di bandara Taoyuan Taiwan.
“Para penumpang yang kami hormati, pesawat akan segera mendarat. Silakan pasang sabuk pengaman anda” Pramugari
            Semua penumpang termasuk Zun memasang sabuk pengaman, agar dalam proses pendaratan mereka akan tetap aman hingga pesawat benar-benar berada di darat
“Bagaimana ini?” asisten pilot
“Tenangkan semua penumpang” pilot memberi perintah
“Kenapa masih belum mendarat ya?” Zun yang sudah tidak sabar untuk bertemu Hebe, kekasihnya
“Untuk para penumpang, kami harap kalian bisa tenang. Terjadi sedikit masalah dalam proses pendaratan. Bandara sangat licin setelah hujan besar yang terjadi, maka pilot sedang berusaha untuk mendaratkan pesawat pelan-pelan” Pramugari
            Hebe yang berada di rumahnya merasa sedikit cemas karena tidak ada kabar dari Zun, “Bukankah seharusnya dia sudah mendarat? Kenapa masih belum mengabariku?” Hebe khawatir
            Hebe terus mencoba menghubungi ponsel Zun tapi masih belum aktif
“Aku mohon, lindungilah dia…” Hebe terus berdoa
“Hebe, cepat kesini” Ibu Hebe memanggil
“Ada apa bu?” Hebe
“Lihatlah itu..” Ibu Hebe menunjuk kea rah TV
“Pemirsa, kini kami sedang berada di bandara Taoyuan. Telah terjadi kecelakaan pesawat dari Paris ketika sedang mendarat. Bandara yang licin membuat pesawat tidak bisa mendarat dengan baik, pesawat tergelincir dan menabrak pesawat lainnya. Hanya ada 36 penumpang yang selamat. Pilot beserta asisten dan pramugari tidak berhasil diselamatkan. Kini para penumpang yang selamat dibawa ke Taipei Western Hospital. Bagi anda yang merasa punya kerabat yang menaiki pesawat ini, bisa langsung datang ke sana.”
“Apa maksud semua ini? Zun…? Ibu, Zun tidak akan mati kan?” tangisan Hebe pun pecah
“Lebih baik kita cepat kesana” Ibu Hebe
            Ketiga sahabat Zun yang masih berada di Paris pun langsung memutuskan untuk pulang ke Taiwan. Mereka sangat khawatir dengan keadaan sahabat mereka. Mereka memutuskan untuk naik helicopter pribadi milik mereka
“Apa aku bilang? Gadis itu memang pembawa sial” Calvin
“Zun, kau benar-benar bodoh…” Aaron
“Kenapa kau tidak mendengarkan semua perkataan kami sih?” Jiro
“Sekarang semuanya sudah terjadi…” Aaron
“Jika terjadi apa-apa pada Zun, aku akan buat perhitungan dengan gadis pembawa sial itu” Calvin
            Mereka semua cemas dan terus memikirkan keadaan Zun
“Hebe…” Albee yang di telpon oleh Ibu Hebe
“Albee…” Hebe langsung memeluk sahabatnya, ia hanya bisa menangis
“Bagaimana keadaannya sekarang?” Albee
“Dia masih berada di Ruang Gawat Darurat. Aku tidak mau terjadi apa-apa padanya” Hebe
“Dia akan baik-baik saja Hebe… Kau harus berpikiran positif” Albee yang terus memberi semangat pada Hebe
“Kenapa Albee? Kenapa semua ini harus terjadi padaku?” Hebe
            Albee hanya bisa memeluk Hebe, dia tidak mampu mengucapkan kata-kata untuk menghibur sahabatnya itu. Ketiga sahabat Zun pun datang dan menghampiri
“Dasar kau gadis pembawa sial…” Calvin yang kesal melihat Hebe
“Kenapa kau harus muncul di kehidupan Zun? Kau hanya bisa membuatnya celaka” Aaron
“Kalau sampai kami kehilangan Zun, kami tidak akan pernah memaafkanmu” Jiro
“Kenapa bukan kau saja yang celaka? Kanapa harus Zun?” Calvin
“Lebih baik kau menghilang dari dunia ini gadis terkutuk” Aaron
            Mendengar perkataan dari ketiga sahabat Zun, Hebe pun berlari meninggalkan mereka, air matanya terus saja mengalir.
“Kalian benar-benar keterlaluan” Albee pun mengejar Hebe bersama dengan Ibu Hebe
            Hebe pun sampai di rumahnya, ia langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu kamarnya
“Kenapa semuanya terulang lagi? Apa benar aku gadis terkutuk? Aku hanya membawa kesialan pada orang-orang yang aku cintai” Hebe yang memandangi foto Vic dan Mike
            Hebe terus saja menangis tiada henti
“Kenapa harus di hari ulang tahunku? Lebih baik aku tidak dilahirkan ke dunia ini kalau aku hanya bisa menyebabkan orang-orang yang aku cintai mati karenaku” Hebe berteriak histeris
            Albee dan Ibu Hebe terus mengetuk pintu kamar Hebe tapi Hebe tetap tidak mau membukakan pintu
“Bagaimana ini Albee?” Ibu Hebe
            Albee hanya menggeleng, ia pun tidak tau harus berbuat apa lagi..
“Hebe, buka pintunya…” Albee
“Jangan pedulikan aku. Aku lelah dengan semua ini…” Hebe terus menangis, ia menjambak rambutnya sendiri “Tuhan, lebih baik kau ambil saja nyawaku, ini semua tidak adil… Aku rela menggantikan Zun dengan nyawaku. Aku mohon selamatkan Zun, banyak orang yang menyayanginya” Hebe
            Tiba-tiba suara sahabat-sahabat Zun muncul di pikiran Hebe
“Dasar kau gadis pembawa sial…” Calvin yang kesal melihat Hebe
“Kenapa kau harus muncul di kehidupan Zun? Kau hanya bisa membuatnya celaka” Aaron
“Kalau sampai kami kehilangan Zun, kami tidak akan pernah memaafkanmu” Jiro
“Kenapa bukan kau saja yang celaka? Kanapa harus Zun?” Calvin
“Lebih baik kau menghilang dari dunia ini gadis terkutuk” Aaron
        Hebe menghapus air matanya dan mencari sesuatu di laci meja riasnya
“Benar yang mereka katakan, lebih baik aku yang mati sebelum lebih banyak korban lagi dari kesialanku” Hebe memotong urat nadinya sendiri “Maafkan aku Zun…” Hebe pun tergeletak di lantai, darahnya terus mengalir
“Kenapa tidak ada suara?” Ibu Hebe yang cemas
“Hebe…” Albee terus memanggil nama Hebe tapi tetap tidak ada jawaban “Bibi, apa kau punya kunci cadangan?” Albee
“Ada, aku ambil dulu” Ibu Hebe langsung berlari ke kamarnya untuk mengambil kunci cadangan kamar Hebe
            Setelah mendapatkan kuci cadangannya, Ibu Hebe kembali ke depan kamar Hebe, ia dan Albee mencoba untuk menjatuhkan kunci yang ada di balik daun pintu dalam kamar Hebe
“Berhasil” Albee langsung membuka kamar Hebe dengan kunci cadangan
            Mereka langsung masuk ke kamar Hebe dan dikejutkan dengan keadaan Hebe yang tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir dari bekas sayatan di pergelangan tangan Hebe
“Hebe, kenapa kau lakukan semua ini nak?” Ibu Hebe menangis dan memeluk tubuh Hebe
            Tubuh Hebe pucat dan sangat dingin.
“Bibi, kau bersabarlah. Hebe sudah tidak bersama kita lagi” Albee
“Hebeee….” Ibu Hebe terus menangis
            Albee pun ikut menangis melihat sahabatnya yang sudah terbujur kaku
“Ternyata kau menyerah secepat ini” Albee dalam hati dengan air mata yang terus mengalir deras
            Beberapa hari setelah kematian Hebe, Zun pun sadar
“Akhirnya kau sadar juga” Jiro
“Dimana aku?” Zun
“Kau di rumah sakit, kau sudah tidak sadarkan diri selama 5 hari” Calvin
“Bagaimana dengan Hebe? Kenapa dia tidak disini?” Zun yang tidak melihat Hebe setelah ia sadar
“Gadis sial itu akhirnya menyerah” Aaron
“Apa maksudmu?” Zun
“Setelah kau mengalami kecelakaan sepertinya dia depresi berat dan keesokan harinya kami mendengar kabar kalau dia sudah mati bunuh diri” Jiro
“Kalian pasti sedang bercanda kan?” Zun yang tidak percaya
“Untuk apa kami bercanda denganmu?” Calvin
“Tidak mungkin…” Zun pun meneteskan air matanya “Bagaimana mungkin? Aku belum sempat mengucapkan Happy Birthday padanya” Zun
“Sudahlah Zun, jangan memikirkannya lagi” Jiro
“Lebih baik dia pergi daripada lebih banyak korban yang berjatuhan” Jiro
“Apa maksudmu?” Zun marah
“Sadarlah Zun, dia itu gadis pembawa sial. Karena ingin merayakan ulang tahunnya kau jadi seperti ini” Aaron
“Semua ini pasti karna kalian mengatakan yang tidak-tidak padanya kan?” Zun membentak ketiga sahabatnya
“Kami tidak mengatakan apa-apa. Kami hanya bilang kalau dia itu gadis pembawa sial dan lebih baik menghilang dari dunia ini” Calvin
“Apa maksudmu tidak mengatakan apa-apa? Semua perkataan kalian membuatnya lebih tertekan..” Zun
“Aku rasa itu pantas” Aaron
“Apa kalian tidak memikirkan orang-orang yang menyayanginya? Bagaimana perasaan mereka?” Zun
“Lalu kau sendiri? Apa kau pernah memikirkan perasaan sahabat-sahabatmu yang sangat taku kehilanganmu” Calvin
“Kami sangat takut ketika mendengar kau mengalami kecelakaan…” Jiro
“Kau sungguh egois Zun” Aaron
            Semua yang berada dalam ruangan Chun di rawat hanya terdiam
“Maafkan aku jika sudah membuat kalian kecewa” Zun
“Sudahlah, kau lupakan saja dia…” Aaron
“Masih banyak gadis yang lebih baik di dunia ini” Calvin
            Zun pun tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia hanya bisa mengikhlaskan kepergian Hebe. Setelah keluar dari rumah sakit, Zun berkunjung ke makam Hebe dan menaruh bunga Mawar putih di makam Hebe yang melambangkan “Cinta Sejati”
>>>The End<<<

No comments:

Powered by Blogger.