Friday, 4 January 2013

First Love From Gold [Eps.2]



Author:: TaraChun
Genre:: Romance
Cast::  Wu Chun as Rex                    ~ Tara as Callysta
            Jiro Wang as Darrel            ~ Dedew as Elora
            Aaron Yan as Nelson            ~ Layli as Griselda
            Calvin Chen as Cortez          ~Toru as Fiorenza
            Mike He as Adolfo               ~ Hananti as Aurelia
            Vic Zhou as Billy                  ~ Iin as Olinda
            Wang Zi as Dayton              ~ Nica as Nesha
            Jerry Yan as Roger             ~ Nurr as Halona
            Joe Cheng as Grady             ~ Lussy as Ratana
            Danson Tang as Derrick       ~ Rizki as Perlita
            JJ Lin as Lawson                 ~ Cha as Meara
            Ming Dao as Frank               ~ Yuna as Shafira
            Show Luo as Casey               ~ Febryana as Isaura
            Mao Di as Steve                  ~ Aulia as Oriana
            Xiao Jie as Marco               ~ Lulu as Luvena
            Roy Qiu as Freddy              ~ Rhenny as Fidelya
            George Hu as Addison          ~ Riskia as Alina

Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.



Mereka pun keluar kantor dan pergi ke Bosman’s Restaurant yang merupakan salah satu restoran termewah di South Africa untuk merayakan GOUDMYN yang akan segera bangkit kembali.
“Bagaimana rasanya?” Freddy
“Enak sekali…” Fidelya
“Kami belum pernah menemukan makanan ini sebelumnya di New York” Alina
“Tentu saja karna ini semua merupakan makanan khas Afrika Selatan mungkin hanya beberapa restoran di New York yang menjual makanan ini” Freddy
“Yupzz… Berdasarkan artikel yang aku baca, makanan yang kita makan sekarang namanya Babotie. Makanan ini dibuat dari daging cincang dan dipanggang dengan topping telur. Babotie berasal dari Cape Malay yang rasanya pedas dan biasanya dihidangkan dengan nasi, buah chutney, beberapa potongan pisand dan taburan kelapa” Luvena
“Sepertinya, kau sudah tau semuanya ya…” Meara
“Ahh tidak kok… Hanya kebetulan saja, waktu itu aku mencari tau tentang makanan khas South Africa jadi aku tau sedikit” Luvena
“Baiklah.. Karna Luvena sudah tau tentang makanan khas South Africa, sekarang apa kau ingin memesan sesuatu?” Freddy
“Hmmm, aku mau Chakalaka…” Luvena
“Apa lagi itu?” Aurelia
“Kenapa nama makanannya aneh-aneh sekali…” Ratana
“Chakalaka itu sayuran yang disukai masyarakat South Africa khususnya Johannesburg yang diolah menyerupai kari dicampur dengan susu kental manis.” Luvena
“Hmmm… bagaimana rasanya ya? Sepertinya aneh…” Shafira
“Kalian coba saja… Pelayan..” Freddy memanggil pelayan yang tidak berdiri jauh dari tempat mereka duduk
“Anda mau pesan apa?” Pelayan
“Aku mau 18 porsi Chakalaka beserta pap nya ya” Freddy
“Pap itu apa?” Callysta
Hmmm, Luvena apa kau tau?” Freddy melirik Luvena
“Untuk yang satu ini aku tidak tau” Luvena
“Biar aku yang beritahu…” Griselda
“Memangnya kakak tau?” Elora
“Tentu saja, aku kan juga tidak mau kalah dari Luvena. Pap itu terbuat dari tepung gandum dan jagung menyerupai bubur yang diolah sebagai makanan pokok penduduk Bantu Afrika Selatan, biasanya disajikan dengan sayur yang diolah dengan bawang, jamur, saus, cabai dan keju. Sepertinya sayur yang dimaksud itu Chakalaka. Benarkan?” Griselda
“Tepat sekali… Ternyata memang tidak salah aku memilih kalian” Freddy
            Makanan pun datang, mereka semua terlihat sangat lahap menyantap semua makanan itu.
“Enak kan?” Freddy
“Iyaa, benar-benar enak sekali…” kata ke-17 wanita itu dengan kompaknya
“Hari ini sudah dua kali aku mendengar kalian bicara kompakan seperti ini” Freddy tersenyum
“Iya donk, kami gitu loh…” ke-17 wanita itu kembali kompak
“Hahahaha…” mereka semua tertawa dengan kekompakan mereka sendiri
            Mereka semua melanjutkan makan mereka. Setelah selesai makan, semuanya kembali ke apartemen dengan diantar oleh supir masing-masing.
***
            Seluruh pegawai sudah berada di kantor tepat jam 8 pagi.
“Pagi ini kita adakan rapat, harap semua berkumpul di ruang meeting” Freddy berjalan memasuki ruangannya
            Semua pegawai menyiapkan file-file yang akan digunakan dalam rapat. Setelah menyiapkan semuanya, mereka segera menuju ke ruang meeting.
“Selamat pagi semuanya. Maaf saya adakan rapat mendadak seperti ini. Apa kalian tau kenapa saya mengadakan rapat?” Freddy
            Mereka semua hanya mengangguk
“Bagus kalau begitu. Saya ingin kalian memulai semuanya hari ini… Untuk divisi Manajemen Pemasaran, saya harap kalian melakukan riset langsung di lapangan bersama dengan divisi Manajemen Resiko. Untuk dua divisi lainnya yaitu Manajemen Produksi dan Keuangan kalian menunggu kabar dari divisi Manajemen Pemasaran dan Resiko” Freddy
“Apakah kami turun ke lapangan mulai hari ini?” Luvena
“Kalian kedua divisi sepakati saja terlebih dahulu tapi saya harap kalian bisa memberikan kabar secepatnya agar ketika para pemegang saham yang baru masuk ke perusahaan ini mereka sudah mendapat perkembangan terbaik dari kita sehingga tidak membuat mereka semua kecewa” Freddy
“Kapan mereka mulai masuk ke GOUDMYN?” Nesha
“Aku sudah menyiapkan semua dokumennya, jika tidak ada halangan maka 3 hari lagi mereka sudah mulai berada di perusahaan ini dan kalian pun bisa cuci mata” Freddy dengan senyum yang mengembang dari bibirnya
“Boss masih ingat saja, padahal kan saat itu kami hanya bercanda” Halona
“Walaupun kalian mengatakan itu semua hanya bercanda tapi aku tau kalian pasti sangat mengharapkan kehadiran mereka, benar kan?” Freddy kembali tersenyum sambil memperhatikan raut wajah setiap pegawainya yang tersenyum malu “Baiklah, itu saja yang ingin aku sampaikan. Kalian bisa kembali ke tempat masing-masing dan jangan lupa untuk kedua divisi yang sudah aku tugaskan turun ke lapangan sesegera mungkin” Freddy
“Kami mengerti” jawab semua pegawai dengan kompak
            Mereka pun meninggalkan ruang meeting itu. Divisi Manajemen Pemasaran dan Manajemen Resiko sedang membahas kapan mereka akan turun langsung ke lapangan
“Jadi bagaimana?” Olinda
“Aku rasa sekarang juga bisa kita lakukan” Elora
“Ehmm, boleh saja. Tapi…” Perlita
“Ada apa?” Luvena
“Callysta bagaimana? Kau yakin kuat untuk turun langsung ke lapangan?” Perlita
“Aku kuat kok.. Kalian tidak perlu khawatir” Callysta
“Obatnya sudah kau bawa?” Griselda
“Sudah ada di dalam tas” Callysta
“Baiklah, kalau begitu sekarang kita berangkat” Olinda
            Mereka mengambil tas masing-masing beserta hal-hal yang mereka butuhkan nantinya.
“Callysta, tunggu…” Aurelia
“Kenapa?” Callysta
“Obatmu ketinggalan di mejaku…” Aurelia
“Kau ini ceroboh sekali sih… Kita kan mau terjun langsung ke lapangan” Fidelya
“Thanks ya Aurelia” Callysta mengambil obatnya
“Nih airnya jangan sampai lupa lagi… Masukkan dalam tasmu” Fiorenza
            Callysta pun mengambil botol berisi air mineral yan diberikan oleh Fiorenza. Lalu mereka semua pun pergi untuk menjalankan tugas dari atasan mereka.
“Kita berpencar saja ya menjadi dua tim” Fidelya
“Hmm, aku setuju..” Luvena
“Baiklah, kalau begitu pembagian kelompoknya aku, Griselda, Halona, dan Olinda” Fidelya
“Berarti aku, Perlita, Elora, dan Callysta satu kelompok” Luvena
“Jam 4 sore nanti kita berkumpul di kantor ya” Fidelya
“Okee” Luvena
            Mereka pergi dengan kelompok masing-masing
“Kita mau kemana dulu?” Olinda
“Kita coba lihat-lihat di toko mas saja sekalian tanya-tanya” Griselda
“Ide yang bagus” Fidelya
“Mereka tampan sekali…” Halona melihat sebuah spanduk besar dengan gambar 4 orang pria di papan reklame sebuah mall


“Itu mereka…” Fidelya menunjuk spanduk yang dikatakan oleh Halona
“Apa maksudmu? Mereka memang tampan sekali sih…” Griselda
“Mereka itu salah satu dari para pemegang saham kemarin yang akan berlalu lalang juga di GOUDMYN” Fidelya
“Are you serious?” Olinda
“Yaaa… Itu memang mereka. Kalian tau saat perdebatan itu mereka keren sekali…” Fidelya
“Beruntung sekali kau bisa melihat mereka secara langsung” Griselda
“Lalu mereka dari perusahaan apa?” Olinda
“Fahrenheit Company” Fidelya
“Aku semakin tidak sabar menunggu kedatangan mereka” Griselda
***
            Luvena, Perlita, Callysta dan Elora masih berada di tempat semula, dimana mereka memutuskan untuk berpencar.
“Sekarang kita mau kemana?” Perlita
“Kita masuk ke mall itu saja” Luvena menunjuk mall yang ada di depan mereka.
            Mall yang membuat kelompok Fidelya, Halona, Olinda dan Griselda sempat histeris ketika melihat spanduk di salah satu papan reklamenya. Mereka pun masuk ke mall itu untuk memulai penelitian mereka
“Hei, kalian lihatlah itu…” Elora
“Oh My God… Apa mereka manusia asli?” Callysta
“Benarkah apa yang aku lihat?” Luvena
“Pria-pria tampan yang sudah lama ingin aku lihat” Perlita
“Kau kenal mereka?” Callysta
“Of course... Mereka itu pengusaha muda tersukses yang sudah terkenal dalam dunia hiburan” Perlita
“Maksudmu?” Luvena
“Wajah mereka sering terpampang di cover majalah dan digunakan sebagai model oleh merk-merk terkenal di dunia” Perlita
“Jadi maksudmu, mereka bukan hanya pengusaha muda yang sukses tapi juga model dari merk-merk terkenal?” Elora
“Yupz, that’s right…” Perlita
            Mereka terus saja memperhatikan pria-pria yang ada di atas panggung mall itu. Sementara yang lainnya memperhatikan pria-pria tampan itu, Callysta sibuk dengan tasnya.
“Baiklah, disini kami ingin memberitahukan satu hal penting pada seluruh wartawan dan beberapa pemilik toko mas di mall ini. Fahrenheit Company sudah bekerja sama dengan GOUDMYN.” Perwakilan dari Fahrenheit Company
“E.. E.. Elora…” suara Callysta lirih
“Kau kenapa Callysta?” Elora
“Obatku tidak ada…” Callysta
“Bukankah tadi sudah diberikan oleh Aurelia?” Perlita
“Iya, aku sudah masukkan dalam tas kok…” Callysta
“Tasmu sobek Callysta” Luvena
“Apa obatnya jatuh ya? Lalu sekarang bagaimana?” Elora
“Kau masih bisa bertahan?” Perlita
“Sekarang waktunya Callysta minum obat. Wajahnya sudah mulai pucat… Gimana nih?” Luvena
            Mereka semua panik, tidak tau harus melakukan apa.
“Kita hubungi Fidelya saja…” Luvena
“Iya, cepatlah…” Perlita
“Callysta, kau tahan sedikit ya…” Elora memegangi tubuh Callysta yang sudah mulai lemas
            Luvena terus mencoba untuk menghubungi Fidelya sementara Perlita mencari toko obat yang ada di mall itu.
“Are you okay?” terdengar suara seorang pria di telinga Callysta dan Elora
            Mereka berdua pun mengalihkan pandangan mereka kea rah suara itu dan betapa terkejutnya mereka ketika mereka mendapati 4 orang pria yang ada di panggung barusan kini sudah berada di hadapan mereka. Tak ada jawaban dari keduanya, mereka hanya bengong melihat pria-pria itu.
“Kalian kenapa?” kata salah satu dari pria-pria itu lagi dan membangunkan kedua wanita itu dari alam bawah sadar mereka
“Sorry, temanku ini kehilangan obatnya padahal sekarang sudah waktunya untuk minum obat” Elora
“Callysta, kau tunggu sebentar ya.. Fidelya akan segera kemari.” Luvena mendekati Elora dan Callysta panik tanpa memperhatikan yang lainnya
            Elora dan Callysta menatap Luvena aneh bermaksud untuk meberitahu sesuatu
“Kalian kenapa? Ohya, Perlita mana?” Luvena yang tidak melihat Perlita dan tidak mengerti maksud dari Elora dan Callysta
“Perlita sedang mencari toko obat…” Elora
“Kau telpon dia suruh kembali, biar aku yang jaga Callysta sekarang” Luvena
“Baiklah… Luvena, kau jaga Callysta ya…” Elora “Maaf, aku tinggal sebentar” Elora menundukkan kepalanya pada pria - pria itu
            Mendengar perkataan Elora barusan, Luvena pun tersadar kalau bukan hanya ada mereka bertiga di sini. Luvena mengalihkan pandangannya
“Mereka?” Luvena membisiki Callysta
            Callysta hanya mengangguk
“Maaf, tadi aku sangat panik jadi tidak tau kalau ada kalian juga disini” Luvena tersenyum malu
“No problem” kata salah satu pria itu
            Elora pun kembali bersama dengan Perlita
“Kalian?” Perlita terkejut melihat para pemegang saham Fahrenheit Company ada di dekat mereka
“Ada apa?” kata salah satu pria itu bingung
“Hmmm, kalian para pemegang saham Fahrenheit Company kan? Pengusaha muda yang sukses sekaligus model dari produk-produk bermerk” Perlita
“Ternyata kau sudah tau siapa kami. Aku Cortez”
“Perkenalkan, aku Darrel”
“Ohh, jadi namanya Darrel” Elora dalam hati sambil terus memperhatikan pria bernama Darrel itu
“Aku Nelson”
“Dan aku Rex”
“Berarti giliran kami ya yang memperkenalkan diri. Aku…” Perlita
“Kau Perlita kan yang mencari toko obat, lalu dia Luvena yang sibuk tanpa memperhatikan kedatangan kami, kau Elora yang menjaganya tadi dan kau Callysta yang sedang sakit” Cortez
“Maaf, bukan maksudku tidak memperhatikan kalian tapi…” Luvena
“Ya, aku mengerti kalau kau sedang panik” Rex
            Fidelya pun datang bersama dengan Halona, Griselda dan Olinda
“Callysta, kau ini ceroboh sekali sih. Bagaimanakalau sampai kakak tidak membawa obat cadanganmu, pasti kau sudah dilarikan lagi ke rumah sakit” Fidelya panic
“Maaf ya kak, aku juga tidak tau kalau tasku robek” Callysta
“Sudahlah, cepat minum obatnya” Fidelya
“Kau pegawai GOUDMYN yang dari New York itu kan?” Cortez
“Astaga, mereka masih ingat denganmu Fidelya…” bisik Griselda
“Maafsaya tidak tau kalau ternyata ada anda semua disini” Fidelya
“It’s okay…” Rex
“Mereka?” Darrel
“Oh ya, perkenalkan mereka semua adalah sebagian dari 17 pegawai GOUDMYN yang sedang bertugas di lapangan. Yang datang bersama saya tadi adalah Griselda, Halona dan Olinda. Kalau mereka adalah…” Fidelya
“Kami sudah tau” Nelson
“Jadi kalian sudah saling kenal?” Fidelya
“Tidak disengaja” Luvena
“Kak, mereka itu siapa?” Callysta membisiki Fidelya
“Jadi kalian belum tau? Mereka yang aku katakan waktu itu. Mereka salah satu perusahaan yang akan bergabung dengan GOUDMYN” Fidelya
            Luvena, Elora, Callysta dan Perlita hanya bisa diam terpaku mendengar perkataan Fidelya. Mereka tidak bisa mempercayai bahwa mereka akan melihat pria-pria tampan itu setiap hari berlalu lalang di GOUDMYN.
“Kakak tidak sedang bercanda kan?” Callysta
“Tentu saja tidak” Fidelya
“Yeah…” Elora, Callysta, Perlita dan Luvena berteriak penuh kegembiraan
“Thanks God” Callysta
“Kalian kenapa sih?” Cortez penasaran melihat tingkah para wanita itu
“Akhirnya kami bisa cuci mata” Callysta
“Sssttt… Kau ini apaan sih” Elora menyenggol tangan Callysta
            Callysta langsung menutup mulutnya dan tertunduk malu. Mendengar perkataan Callysta serta ekspresi para wanita itu membuat Rex, Darrel, Nelson dan Cortez tertawa geli.
“Sorry, we must go…” Callysta
“Iya, kami mau melanjutkan tugas kami dulu” Elora
“Ehm Callysta… Kau yakin sudah tidak apa-apa?” Rex
“Terima kasih atas perhatian anda, saya sudah tidak apa-apa..” Callysta
“Okee. Sampai jumpa di GOUDMYN” Darrel
            Para wanita itu pun meninggalkan Rex, Darrel, Nelson dan Cortez untuk melnjutkan tugas mereka
“Mereka lucu juga ya…” Cortez
“Aku semakin tidak sabar untuk masuk ke GOUDMYN” Darrel
“Kami pun begitu, iya kan Rex” Nelson menyenggol Rex yang dari tadi hanya bengong saja
“Sepertinya Rex menyukai salah seorang dari mereka” Cortez
“10.40” Rex
“Tadi dia bilang apa? Aku tidak salah dengar kan?” Darrel
“Jadi dia menyukai…” Nelson
“Kalian berisik sekali..” Rex
            Mereka pun melanjutkan kembali acara mereka
“Kau menyukai Rex ya…” Elora membisiki Callysta
“Kau ini sok tau sekali” Callysta malu
“Aku bisa melihat tatapan mata kamu pas ngeliat dia” Elora
“Aku juga tau, kau suka Darrel kan” Callysta balik membisiki Elora
            Elora hanya menunduk malu
“Kalian berdua bisik-bisik apa sih?”Griselda
“Bukan apa-apa kok kak” Elora dan Callysta kompak
“Yakin?” Fidelya mengernyitkan alisnya
            Mereka berdua mengangguk mantap
“Baiklah kalau begitu” Fidelya
“Eh, menurutmu yang bernama Nelson itu bagaimana?” Griselda membisiki Fidelya
“Kau menyukainya kan…?” Fidelya
            Griselda hanya mengangguk sambil tersenyum malu
“Aku sudah tau jawabannya. Tidak perlu kita bahas lagi…” Fidelya pun ikut tersenyum melihat Griselda yang malu
“Kita kembali ke kelompok masing-masing ya…” Luvena
            Mereka semua mulai melakukan penelitian dengan kelompok masing-masing dan mencatatnya. Tepat jam  4 sore mereka pun kembali ke kantor dengan membawa hasil penelitian mereka.
“Kalian sudah kembali?” Freddy
            Mereka hanya mengangguk dan mengembangkan segaris senyum kelelahan.
“Sepertinya kalian lelah sekali, bagaimana hasilnya?” Freddy
“Cukup baik, besok kami akan melakukan penelitian lagi” Fidelya
“Setelah semua penelitian selesai baru kami memberikan hasilnya pada anda” Luvena
“Baiklah… Kalian bisa pulang sekarang. Selamat beristirahat…” Freddy
“Thanks sir…”
            Mereka semua pun pulang ke apartemen masing-masing.
“Malam ini kita makan apa kak?” Callysta
“Hmm, apa ya? Aku belum beli bahan makanan” Fidelya
            Tiba-tiba bel apartemen Fidelya dan Callysta berbunyi
“Siapa ya malam-malam begini?” Callysta membuka pintu “Kalian…?” Callysta terketjut dan langsung menutup pintunya kembali
“Siapa? Kenapa kau tutup lagi pintunya?” Fidelya
“Kakak saja yang buka, aku mau ganti baju dulu” Callysta langsung berlari ke kamarnya
            Callysta yang baru habis mandi dan masih menggunakan baju mandi berwarna biru muda langsung segera mengganti bajunya lalu keluar kamar.
“Maaf ya tadi aku tutup pintunya lagi” Callysta
“Makanya kau ini jangan kebiasaan, habis mandi bukannya langsung pakai baju masih saja keluar dengan baju mandi” Fidelya
“Maaf ya kami mengganggu malam-malam” Freddy yang datang bersama dengan 4 pria lainnya
“Ada apa ya kalian semua datang kemari?” Callysta
“Hmm, kami hanya ingin berkunjung saja untuk mengetahui calon pegawai kami” Darrel
“Kak, aku mau telpon Elora dulu ya…” Callista
“Jangan lupa suruh mereka kesini” Fidelya
Kringg… Kringg…
“Elora, handphone mu bunyi” Griselda sedikit berteriak
“Tolong angkat dulu kak… Aku sebentar lagi selesai” teriak Elora dari dalam kamarnya
            Griselda pun mengangkat handphone Elora yang terus bordering
“Halo Callysta, ada apa?” Griselda
“Kak Griselda dan Elora ke apartemen kami sekarang ya ada mereka disini…” Callysta
“Mereka siapa?” Griselda penasaran
“Itu loh, yang tadi pagi ketemu di mall…” Callysta
“Pria-pria tampan Fahrenheit Company itu?” Griselda
“Iyaa, cepatlah… Bye…” Callysta menutup telponnya
“Elora… Cepetan dong, kita harus buru-buru” Griselda kembali berteriak
“Ada apa sih kak? Buru-buru sekali” Elora
“Tadi Callysta telpon, katanya para pemegang saham Fahrenheit Company ada di apartemen mereka” Griselda
“Benarkah?” Elora
“Iyaa…” Griselda
“Ayo kak, cepat…” Elora menarik tangan Griselda keluar dari apartemen mereka dan langsung berlari menuju apartemen Callysta
Tok… Tok… Tok…
            Callysta langsung berlari ke pintudan membuka pintunya
“Akhirnya kalian datang juga…” Callysta
“Mereka sudah lama disini?” Griselda
“Hmm, sekitar 10 menit. Kalian lari-larian ya… Berantakan sekali” Callysta
            Mendengar perkataan Callysta, kakak beradik itu langsung merapikan baju dan rambut mereka
“Sudah rapi?” Griselda
“Sudah, ayo masuk” Callysta
            Mereka pun masuk ke dalam dan dilihatnya ada Freddy beserta 4 pria tampan di mall itu
“Kalian juga kesini?” Nelson
“Iyaa, apartemen kami kan berdekatan jadi bisa saling mengunjungi satu sama lain” Griselda
“Oh ya, kak Fidelya ada makanan tidak? Kita lapar nih…” Elora
“Kami juga belum beli makanan. Nanti kita makan bersama diluar saja ya..” Fidelya
            Kelima pria itu saling melihat satu sama lain
“Maaf ya, karena kami datang dadakan jadi mengganggu kalian” Rex
“Oh, tidak apa-apa kok lagian tadi kami juga baru habis mandi jadi belum sempat beli makanan” Fidelya
“Hmm, kita makan diluar saja ya…” Cortez
“Iyaa, biar kami yang traktir” Darrel
“Hmmm, dalam rangka apa ya?” Callysta
“Ssstttt… Kau ini mau ditraktir orang tapi kebanyakan bertanya…” Fidelya
“Untuk lebih mengenal calon pegawai kami karena nantinya kita juga akan satu kantor… Iya kan?” Rex tersenyum
“Berarti teman-teman yang lain juga ikut kan?” Callysta
            Rex pun mengangguk
“Asyikk… Aku hubungi yang lain ya…” Callysta langsung mengambil handphone nya
“Aku juga mau hubungi yang lain dulu” Elora
            Callysta dan Elora sibuk menghubungi teman-temannya yang lain
“Berarti kalian juga harus mengundang yang lainnya…” Fidelya
“Maksudmu?” Freddy
“Iyaa… Para pemegang saham dari Brown Company, Flash Company dan Meteor Company” Fidelya
“Apa tidak terlalu mendadak ya?” Cortez
“Kalian juga mendadak jadi tidak ada salahnya mencoba sesuatu yang dadakan… Apapun resikonya harus bisa diatasi” Fidelya
“Kita kan bukan sedang bekerja” Griselda menyenggol tangan Fidelya
“Oh iya, aku lupa…” Fidelya
“Baiklah.. Aku akan coba hubungi mereka” Freddy
            Freddy pun menelpon para pemegang saham lainnya yang sebentar lagi akan resmi menjadi bagian dari GOUDMYN.
“Oh ya, kami permisi sebentar ya mau ganti baju” Fidelya
“Silakan…” Darrel
“Callysta, aku pinjam bajumu dulu ya…” Elora
“Aku juga ya Fidelya” Griselda
            Callysta dan Fidelya mengangguk lalu masuk ke kamar mereka masing-masing diikuti oleh Elora dan Griselda
“Hmm, aku pakai baju apa ya?” Callysta membongkar lemarinya dan mengeluarkan semua gaun miliknya
“Callysta, ini cocok tidak denganku?” Elora mengambil gaun berwana ungu
“Terlalu berlebihan kalau hanya untuk makan malam saja” Callysta yang masih memilih bajunya “Kalau yang ini cocok tidak denganku?” Callysta mencoba gaun berwarna coklat keemasan
“Cocok sekali… Kau terlihat elegan. Pilihkan untukku dong” Elora
“Sepertinya kau lebih cocok dengan yang ini. Cepat coba sana…” Callysta memberikan gaun berwarna biru laut untuk Elora
“Baiklah, aku coba dulu ya…” Elora pun mencoba gaun yang dipilihkan oleh Callysta “Bagaimana?” Elora memutarkan badannya
“Benarkan kataku… Kau cantik sekali Elora” Callysta
“Sekarang kita rapikan rambut dulu saja” Elora
            Mereka pun menyesuaikan gaya rambut mereka dengan gaun yang dipakai. Setelah selesai mereka keluar dari kamar dan membuat para lelaki itu takjub akan penampilan mereka.
“Cantik sekali…” kata 4 pria itu kompak melihat 4 orang wanita yang ada di hadapan mereka
            Freddy pun kembali dari kesibukannya menelpon para pemegang saham yang lain.
“Wow… Benarkah kalian pegawai-pegawai ku? So beautiful… Kalian lebih terlihat seperti tuan puteri yang sedang terperangkap di apartemen kecil ini” Freddy
“Kau terlalu berlebihan…” Fidelya
“Semua itu memang benar” Cortez
Kringg… Kringg… Handphone Callysta pun bordering
“Kalian dimana? Kami sudah ada di lobby…” Aurelia
“Hmm, sebentar lagi kami turun” Callysta menutup teleponnya “Mereka sudah menunggu kita di lobby” Callysta
“Ya sudah, ayo kita turun…” Freddy menggandeng tangan Fidelya
“Ehemmm… Ehemmm…” Callysta, Griselda dan Elora kompak
“Upss.. Sorry ya Fidelya” Freddy melepaskan gandengannya
“No problem…” Fidelya mengunci pintu apartemennya
“Sudahlah… Tidak apa-apa kok kak… Kalian gandengan saja” Callysta tersenyum
            Elora dan Griselda pun ikut tertawa kecil melihat Fidelya yang malu-malu tapi mau. Mereka pun sampai di bawah untuk bertemu dengan yang lainnya…
“Oh My God… Benarkah pria-pria itu yang akan berlalu lalalng di GOUDMYN??” Shafira
“Mereka terlalu tampan” Isaura
“Thank you ladies…” Cortez tersenyum
“Senyumannya benar-benar sukses memanah hatiku” Fiorenza membisiki Meara
“Kakak naksir dia ya… Ehmm, senyumnya memang mempesona sih tapi dia masih belum bisa menembus hatiku” Meara
“Dasar kau ini…” Fiorenza yang masih terus tersenyum melihat Cortez
            Aurelia berjalan mendekati Callysta
“Kau sudah minum obat?” bisik Aurelia pada Callysta
“Belum…” bisik Callysta balik
“Lalu kau sudah bawa obatnya?” Aurelia
“Hmmm…” Callysta mengobrak abrik tasnya
“Callysta, kau kenapa?” Fidelya
“Aku tidak apa-apa kak” Callysta tersenyum “Sepertinya ketinngalan di apartemen” Callista kembali membisiki Aurelia
“Kau ini ceroboh sekali sih...” Aurelia yang tanpa sadar berkata sedikit keras
“Kalian kenapa sih?” Griselda
            Callysta dan Aurelia hanya menggeleng sambil tersenyum
“Cepat ambil obatnya…” Aurelia kembali berbisik pada Callysta
“Iyaa…” Callysta berjalan mendekati Fidelya “Kak, aku minta kunci dong… Barangku ada yang ketinggalan” Callysta
“Cepat ya…” Fidelya pun memberikan kuncinya pada Callysta
“Aurelia, ayo antarkan aku…” pinta Callysta
“Kau sendiri saja, aku lelah bolak-balik…” Aurelia
“Huhh…” Callysta pun pergi
“Biar aku saja yang antar” Rex menawarkan diri
            Callysta hanya mengangguk dan tersenyum. Mereka berdua berjalan menuju kamar Callysta di lantai 8.
“Dimana ya aku menaruhnya…” Callysta yang mondar mandir mencari obatnya
“Kau sedang mencari apa? Biar aku bantu…” Rex
“Obatku…” Callysta yang masih terus sibuk mencari obatnya
“Hmmm… Kalau boleh tau memangnya kau sakit apa hingga harus membawa obat kemana-mana?” Rex
“Ahh, ketemu… Ayo kita turun” Callysta tanpa menjawab pertanyaan dari Rex
“Kenapa rahasia sekali sih” Rex dalam hati
            Mereka berdua kembali bersama rombongan.
“Oh ya, bagaimana yang lainnya?” Fidelya
“Mereka sudah setuju” Freddy
“Lalu kita mau makan malam dimana?” Alina
“Restoran Jepang” Freddy
            Mereka pun keluar dan terlihat 5 mobil sport mewah berjejer
“Kalian naik mobil kami saja ya…” Darrel
“Oh ya, Fidelya bersama dengan Halona, Luvena dan Meara masuk ke mobilku ya...” Freddy
“Hmmm, Callysta, Perlita dan Aurelia di mobilku” Rex
“Di mobilku Elora, Shafira, Oriana dan Alina ya” Darrel
“Kalau aku mau Fiorenza, Ratana, dan Olinda di mobilku” Cortez
“Berarti di mobilku adalah Griselda, Nesha dan Isaura” Nelson
            Mereka semua hampir masuk ke mobil tapi ada sesuatu hal yang menghentikan langkah mereka
“Kalian kenapa?” tanya Freddy pada 17 pegawainya
“Bagaimana kalian bisa tau semua nama kami?” Isaura
“Iya, kenapa kalian bisa tau?” Alina
“Bukankah tadi pagi kalian baru bertemu dengan kami saja?” Perlita yang menunjuk dirinya sendiri beserta 7 orang rekannya
“Itu semua mudah saja untuk kami lagian kalian kan calon pegawai kami jadi tidak ada salahnya kami tau tentang kalian” Rex
“Benar juga sih…” Aurelia
“Cepat masuk…” Nelson
            Mereka semua pun masuk ke dalam mobil dan menuju ke Restoran Jepang yang sudah ditentukan. Sesampainya di Restoran…
“Tadi di depan apartemen ada 5 mobil sport tapi sekarang bertambah lagi menjadi 17 mobil sport” Nesha
“Dan semua mobil ini adalah mobil-mobil  sport termahal dan termewah di dunia” Oriana
“Mereka semua memang benar-benar lelaki impian para wanita ya…” Olinda
“Aku mau dengan salah satu dari mereka” bisik Aurelia pada Callysta
“Nanti di dalam kita bisa melihat wajah-wajah mereka jadi kalau kau suka langsung bilang saja padaku ya” Callysta balik membisiki Aurelia
“Ya aku tau… Kalau kau kan sudah punya sasaran, iya kan?” Aurelia kembali membisiki Callista sambil melirik Rex
“Kau ini apaan sih, ayo masuk…” Callysta
            Mereka semua pun masuk ke dalam Restoran Jepang itu dan disana sudah ada 12 pria tampan lainnya yang menunggu mereka…
“Baru kali ini aku melihat banyak pria tempan berkumpul dalam satu Restoran Jepang” Shafira
“Silakan duduk..” kata salah satu dari pria-pria tampan yang sudah menunggu mereka
 “Sepertinya baru beberapa dari kalian yang tau kami siapa jadi kami akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Aku sendiri adalah Roger dari Meteor Company”
“Aku Billy dari Meteor Company”
“Aku juga dari Meteor Company, namaku Frank”
“Kalau aku Casey dari Meteor Company juga”
“Baiklah sekarang giliran kami ya… Biar aku langsung memperkenalkan semua rekanku saja. Di sebelah kiriku adalah Lawson, disebelahnya bernama Marco dan disebelah kananku adalah Steve yang merupakan adikku juga sedangkan aku sendiri Dayton. Kami dari Brown Company”
“Kalau kami dari Flash Company. Disebelah kananku ini namanya Grady, disebelahnya ada Derrick, kemudian disebelah Derrick adalah Addison sementara aku sendiri Adolfo”
“Baiklah ladies, kalian sudah ingat semuanya? Mereka calon atasan kalian juga…” Freddy
“Sudah…” kata ke 17 wanita itu kompak
“Lalu sekarang kalian mau pesan apa?”
“Kami mau..” Perlita melirik semua teman-temannya
            Para wanita itu kemudian tersenyum lalu dengan kompaknya
“Sushi, shabu shabu, yakiniku, teriyaki, okonomiyaki, sukiyaki, tempura dan domburimono” 17 wanita itu menyebutkan 8 nama makanan jepang dengan kompaknya
“Ternyata dalam hal makanan jepang kalian juga kompak ya” Freddy yang tersenyum melihat para pegawainya
“Tentu saja” seru mereka lagi dengan kompaknya
            Karena kekompakan ke 17 wanita itu membuat suasana di Restoran Jepang yang tadinya sepi menjadi dipenuhi dengan suara tawa
“Lalu minumannya?” Freddy
“Sake” kata ke 17 wanita itu dengan kompaknya
“Benar-benar kompak…” Casey
“Mereka bukan hanya kompak dalam hal makanan loh tapi ada hal lainnya juga” Freddy tersenyum melihat 17 wanita itu
“Ada yang lain?” Derrick
“Apa itu?” Cortez
“Hmmm…” Freddy
“Jangan-jangan?” ke 17 wanita itu saling melihat satu sama lain kemudian menganggukkan kepala mereka
“Tidak boleh…” Fidelya langsung menutup mulut Freddy dengan tangannya
“Apa yang tidak boleh kami ketahui?” Marco
“Itu rahasia kami jadi …” Fidelya menggeleng pada Freddy
            16 wanita yang lainnya pun ikut menggeleng dengan tatapan penuh harap. Freddy hanya bisa mengangguk lalu tangan Fidelya pun dilepaskan. Mereka terlihat sangat lega dan akhirnya makanan mereka datang. Mereka menyantap makanan itu dengan lahapnya
“Pelan-pelan saja makannya” Nelson
“Kami terlalu lapar..” Griselda
“Belum makan sejak pulang kantor tadi” Fiorenza
“Hmm, enak sekali. Sudah lumayan lama ya kita tidak makan bersama di restoran Jepang seperti ini” Aurelia
“Kalian tidak makan?” Callysta yang sadar kalau para pria-pria itu tidak ada yang makan
“Kami sudah kenyang melihat kalian…” Billy
“Maksudnya?” Elora
“Ehmmm… Tidak ada maksud apa-apa… Kalian makan saja…” Frank
            Mereka semua pun terus melanjutkan makan hingga semua hidangan yang ada di atas meja habis.
“Kenyang sekali…” Olinda
“Thanks ya para bos-bos kami yang baik” Nesha
“Ehmm Callysta di bibirmu ada sesuatu” Rex yang mengambilkan tissue lalu mengelap bibir Callysta
“Thank you” Callysta hanya tersenyum malu
“Sssttt… Callysta, minum obatmu..” Fidelya
“Oh iya lupa… Aku minta air putih dulu ya” Callysta pun pergi meninggalkan yang lainnya
“Dia sakit apa sih?” Darrel
“Kenapa harus minum obat terus?” Cortez
“Tidak ada apa-apa” Fidelya menggeleng diikuti dengan yang lainnya
“Kalau tidak apa-apa kenapa minum obatnya harus pakai waktu?” Nelson
            Para wanita itu hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun
“Baiklah kalau kalian tidak mau menjawab” Freddy
            Callysta pun kembali
“Hmmm, kalian tunggu sebentar ya” Steve meninggalkan yang lainnya
“Dia mau apa?” Marco membisiki Dayton
“Lihat saja nanti” Dayton tersenyum
            Terdengar alunan musik yang sangat romantis di restoran itu dan membuat mereka semua ingin berdansa. Para pria itu pun mengajak para wanita untuk berdansa tapi
“Siapa yang akan menjadi pasanganku?” Oriana yang masih duduk sendiri melihat semua teman-temannya sudah mendapat pasangan dansa
“Maukah kau berdansa denganku?” Steve yang baru datang setelah merequest music romantis itu
“Tentu saja…” Oriana
            Mereka semua berdansa, Callysta dengan Rex, Elora dengan Darrel, Griselda dengan Nelson, Fiorenza dengan Cortez, Fidelya dengan Freddy, Aurelia dengan Adolfo, Halona dengan Roger, Olinda dengan Billy, Perlita dengan Derrick, Ratana dengan Grady, Nesha dengan Dayton, Meara dengan Lawson, Alina dengan Addison, Shafira dengan Frank, Isaura dengan Casey, Luvena dengan Marco dan Oriana dengan Steve.

>>> To be continue.....

2 comments:

Aulia Like'Wuxia Ss'zodiac Virgo said...

keren jie..
aku tunggu eps 3 nya yaa..

TaraChun said...

okee deh, tunggu aja ya mei seminggu kemudian mungkin... hehe

Powered by Blogger.