Hello, author back... Kali ini aku bawa cerita yang tiap chapternya bakalan panjang banget karena target cuman mau bikin twoshoot atau threeshoot aja. Semoga readers gak bosen yah bacanya ^_^
Title:: Autumn Perfection
Author:: TaraChun
Cast:: Wu
Chun as Wu Chun
You
(fangirl) as Zhuo Tian Shi
Luo
Hong Zheng (SpeXial) as Luo Hong Zheng
Other Cast:: all member Fahrenheit, SpeXial, dll
Genre:: Friendship, Thriller, Romance *dikit*
Length:: Twoshoot or Threeshoot *tergantung mood
authornya*
Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.
Tian
Shi POV
“WU
CHUUNNN,” teriakan histeris para gadis-gadis itu kembali menggema di telingaku
tiap kali nama pria yang mereka sebut menampakkan dirinya. Walaupun membuat
telingaku hampir pecah tiap mendengar teriakan-teriakan itu tapi entah kenapa
selalu membuat jantungku berdebar tak menentu. Yah, aku juga salah satu gadis
yang mengidolakannya di kampus ini.
Bagaimana
mungkin seorang gadis tidak mengidolakannya kalau melihat sosok rupawan,
pintar, kaya, dan yang paling penting dia anak pemilik universitas ini tapi sayangnya
dia itu bad boy. Kenapa aku menyebutnya bad boy? Tentu saja ada alasannya, yang
aku dengar dia suka balapan liar, berfoya-foya menghabiskan uang dengan
melakukan hal-hal yang tidak penting, dan sering ganti-ganti pacar tiap harinya
apalagi yang ia pacari semuanya gadis-gadis cantik dan berkelas.
Satu hal lagi, bersama
gengnya yang bernama Fahrenheit itu ia sering sekali ribut dengan geng yang
merupakan rival dari kampus kami dan bisa dibilang mereka juga terkenal di
kalangan mahasiswa-mahasiswi seluruh universitas di Taipei, setahuku nama geng
mereka itu SpeXial.
Kalau ditanya kenapa
aku masih saja mengidolakannya padahal dia itu bad boy, entahlah aku tak tau
jawabannya. Mungkin karena pesonanya apalagi tiap kali ia tersenyum pada
gadis-gadis yang menjadi pacarnya itu. Sebenarnya aku cemburu tiap kali melihat
Wu Chun bermesraan dengan gadis-gadis itu tapi apa boleh buat? Aku bukan
siapa-siapa disini dan tak akan pernah bisa menjadi pacarnya yang memang hanya
menyandang status ‘pacar Wu Chun’ hanya satu hari, begitulah.
“WU CHUUNNN,” suara
teriakan itu semakin keras saja terdengar di telingaku. Apa jangan-jangan?
Astaga, benar dia sekarang berada di koridor ini dan berjalan ke arahku. Aish,
bagaimana ini? Jantungku kembali berdebar dan sekarang sangat kencang.
Sebenarnya bukan ke arahku, lebih tepat dibilang dia akan lewat koridor ini dan
seperti biasa diikuti oleh tiga teman segengnya. Dia… mereka… semakin dekat
denganku. Oh gawat, benar-benar menegangkan. Sepertinya kakiku mulai lemas
sekarang, bertahanlah Tian Shi!
Chuu
Apa ini? Kenapa rasanya
lembut dan hangat sekali? Benarkah yang terjadi sekarang ini? Wu Chun
menciumku, ciuman pertamaku diambil olehnya. Mataku terbelalak seketika begitu
menyadari yang terjadi saat ini, teriakan-teriakan itu menghilang, hening.
Sesak sekali, aku tak bisa bernafas. Apa yang harus kulakukan sekarang? Kenapa
lama sekali ia melepaskan ciuman ini? Jujur saja, aku tidak berani melepasnya
atau melakukan apapun padanya. Mungkinkah aku akan pingsan sekarang karena
kehabisan nafas?
Akhirnya terlepas juga,
aku berusaha mengambil udara sebanyak-banyaknya. Ia tersenyum padaku “Xiexie,”
lalu pergi begitu saja. Sekarang aku yakin, wajahku sudah seperti kepiting
rebus.
Tanpa kusadari banyak
pasang mata yang menatapku penuh kebencian, benar saja setelah yang terjadi
barusan pasti hidupku tidak akan nyaman lagi. Mereka, gadis-gadis itu perlahan
berjalan mendekatiku dengan tatapan bernafsu seperti ingin memakan mangsanya.
Aku hanya bisa mundur hingga sekarang posisiku sudah menempel di tembok dan tak
akan bisa kabur lagi. Mereka menghimpitku dan sekarang tak ada yang bisa
menolongku, cukup pasrah dan menerima apa yang akan terjadi padaku selanjutnya.
“KAU! Dasar wanita
penggoda!” bentak salah seorang dari mereka
“Beraninya kau mencuri
ciuman Chun ge,” sahut yang lainnya
PLAKKK
Perih, itu yang
kurasakan saat ini begitu sebuah tamparan mendarat mulus di pipi kiriku dan
ternyata ada darah yang keluar dari sudut bibirku. “Arrgghhh,” pekikku begitu
ada yang menjambak rambutku.
“Kau tidak akan bisa
hidup tenang setelah ini!” bentak seorang gadis yang aku tahu bernama Shao Han
“Tak akan pernah bisa
tenang!” tambah temannya bernama Yi Chen penuh penekanan
“Ingat itu!” ancam
Cheng Lin
“Semua bubar!” perintah
Fu Zhen
Mereka pun pergi
meninggalkanku yang masih terpaku memikirkan bagaimana nasibku selanjutnya.
Yah, empat gadis-gadis itu juga merupakan geng wanita yang paling disegani oleh
seluruh mahasiswa-mahasiswi kampus ini. Karena apa? Tentu saja karena mereka berempat
cantik dan pastinya kaya sedangkan aku? Gadis bernama Zhuo Tian Shi seorang
mahasiswi jurusan kedokteran yang bisa masuk universitas elit ini dengan
mengandalkan otakku dan berhasil mendapat beasiswa hingga sekarang tinggal
menyisakan 2 semester lagi maka aku akan lulus.
Author
POV
Terlihat gadis cantik
bermata coklat dengan rambut dikuncir kuda tengah duduk di taman belakang
kampus, menenangkan pikiran dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Ia
memejamkan mata sambil mendengarkan lagu dari ipod miliknya. Tiap kali mendapat
masalah maka ia akan datang ke taman dan duduk di bawah pohon maple apalagi
saat ini awal musim gugur yang merupakan musim favoritnya. Dengan setia gadis
itu setiap hari di musim gugur akan datang ke taman untuk menyaksikan pohon
maple yang perlahan daun-daunnya akan berubah warna menjadi sangat indah
ditambah angin yang membawa kesejukan.
“Tian Shi,” suara
seorang wanita memanggil namanya sambil berlari kecil “Zhuo Tian Shi xiao jie,
ni ting ma?” teriak wanita itu lagi dengan nafas memburu tepat di depan gadis
yang sedang memejamkan matanya
Perlahan ia membuka
mata dan melihat sahabatnya kini berada tepat di hadapannya “Eh Xiao Xun sejak
kapan kau disini?” tanya Tian Shi dengan polosnya
“Sudahlah, pertanyaanmu
itu tidak penting,” jawab Xiao Xun terlihat cukup gelisah “Kau… Benarkah Wu
Chun menciummu di hadapan anak-anak sekampus?” tanya Xiao Xun ragu
“Begitulah,” jawab Tian
Shi lemas
“Aish… Kenapa bisa
begitu dan astaga wajahmu kenapa?” Xiao Xun mulai panik melihat pipi Tian Shi
terdapat tanda bekas tamparan
“Tak perlu dibahas
lagi,” ujar Tian Shi yang benar-benar tidak ingin mengingat kejadian itu
“Zhidao le,” sahut Xiao Xun, ia tahu sahabatnya tak akan
memperdulikan masalah ini “Tapi…” ucapan Xiao Xun menggantung dan membuat Tian
Shi menoleh ke arahnya. “Mulai detik ini kau harus berada dekat denganku karena
aku yakin mereka pasti akan lebih menyakitimu,” lanjut Xiao Xun berharap
jawaban yang memuaskan dari sahabatnya itu
“Terserah kau saja,”
jawab Tian Shi seadanya tapi bisa membuat Xiao Xun menarik kedua sudut bibirnya
menjadi senyuman bahagia. Yah, Xiao Xun tidak ingin terjadi apa-apa pada
sahabat yang sangat ia sayangi apalagi kalau sudah berkaitan dengan
keselamatannya
Hari semakin sore dan
kuliah pun selesai, Tian Shi buru-buru pergi untuk mulai bekerja part time di
sebuah toko roti demi membiayai hidupnya sendiri. Gadis ini sejak kecil sudah
tinggal di panti asuhan sejak berumur 3 tahun karena kedua orang tuanya tewas
dalam kecelakaan saat mereka bertiga baru saja pulang dari mengunjungi makam
neneknya. Sejak masuk SMA, ia mulai bekerja part time dan berusaha untuk
mandiri karena tidak selamanya ia akan tinggal di panti.
Tian Shi adalah gadis
yang pandai, baik, ceria, dan cuek. Ia tidak terlalu mempedulikan apa yang
terjadi padanya kecuali sesuatu yang menyangkut masa depannya. Kalau hanya
disiksa oleh fans-fans Wu Chun seperti tadi menurutnya itu hanyalah suatu
insiden kecil yang mungkin akan ia alami terus hingga lulus dari universitas.
“Huanying,” sapa Tian Shi begitu terdengar bunyi lonceng tiap kali
pintu toko terbuka dan ia akan dengan
senang hati melayani serta tersenyum ramah pada tiap pelanggan.
Toko roti tempat dimana
Tian Shi bekerja selalu ramai oleh pelanggan karena apa? Tentu saja pelayanan
yang memuaskan apalagi rata-rata pelanggan di toko roti itu kebanyakan dari
kalangan atas yang bisa dibilang tidak sombong. Bahkan mereka selalu
menyempatkan diri tiap hari datang ke toko itu hanya untuk membeli roti dan
mendapat sapaan senyum hangat dari Tian Shi. Yah, pelanggan-pelanggan itu
sangat menyukai pelayanan Tian Shi apalagi senyumannya bahkan tak banyak dari
ibu-ibu kalangan atas itu yang ingin Tian Shi untuk menjadi menantunya. Benar
kan mereka semua sengat baik dan tidak sombong.
“Ni hao, Bibi Huang ingin roti seperti biasanya?” tanya Tian Shi
begitu melihat wanita yang kira-kira berumur 40 tahunan berada di hadapannya.
“Yupz,” jawab wanita
itu sambil tersenyum
“Hai Tian Shi,” sapa
seorang pelanggan lainnya yang sudah berada tepat di samping Bibi Huang
“Ni hao Bibi Luo,” balas Tian Shi dengan senyumnya
“Kau ini makin hari
makin cantik saja,” puji Bibi Luo membuat pipi Tian Shi memerah “Hari ini aku
ingin makan roti dan minum kopi disini saja, tolong bawakan 2 ya karena putraku
juga akan datang sebentar lagi,” tambahnya dan berjalan ke arah tempat duduk
yang masih kosong
“Ini milikmu bibi
Huang,” ujar Tian Shi memberikan pesanan dari langganannya
Dari luar toko
terdengar beberapa suara motor yang cukup bisa merusak telinga dan tak lama
kemudian bunyi lonceng terdengar. “Huanying,”
ujar Tian Shi tanpa menoleh ke arah pintu karena masih sibuk mengembalikan uang
Bibi Huang
Terdengar suara-suara
bisikan dari gadis-gadis seumurannya begitu bunyi lonceng berbunyi. Yah, ada 4
orang pria seumuran mereka yang masuk ke toko roti tersebut. “Ini kembaliannya
bibi,” ujar Tian Shi memberikan kembalian Bibi Huang
“Eh, Wei Jin? Sedang
apa kau disini?” tanya Bibi Huang dan membuat Tian Shi pun seketika terlonjak
begitu mendengar Bibi Huang memanggil nama salah seorang dari 4 pria yang baru
saja masuk ke toko roti
“Ehmm, aku hanya
menemani teman-temanku. Ibu sendiri?” tanya Wei Jin pada Bibi Huang yang tak
lain adalah ibunya dan sukses membuat Tian Shi membulatkan matanya
“Ibu baru habis membeli
roti, di sini toko roti langganan ibu yang sering kau makan,” jawab Bibi Huang
sambil tersenyum ke arah anaknya
“Hong Zheng!” teriak
salah seorang wanita dari tempat duduknya yang tak lain adalah Bibi Luo sambil
melambai-lambaikan tangan sedangkan nama pria yang di panggil pun langsung
berjalan menuju tempat Bibi Luo
“Sudahlah, ibu pulang
dulu ya!” ujar Bibi Huang dan Wei Jin hanya mengangguk membalas senyum ibunya.
Mereka masih menjadi
pusat tontonan oleh para gadis-gadis dalam toko roti tersebut termasuk Tian Shi
tanpa berkedip. “Tian Shi, bibi pulang dulu ya!” ujar Bibi Huang membangunkan
gadis itu dari bengong hasil ketidakpercayaannya dan segera mengangguk sambil
tersenyum.
“Ibu sudah lama
menunggu?” tanya pria bernama Hong Zheng yang tadi dipanggil oleh Bibi Luo
“Tidak, ibu juga baru
sampai dan sudah memesan roti untukmu tapi ternyata kau malah mengajak
teman-temanmu juga. Kalau begitu tunggu sebentar ya, ibu pesankan lagi untuk
teman-temanmu ini!” ujar Bibi Luo lembut
“Biar aku saja, ibu
duduklah!” sahut Hong Zheng seraya melangkahkan kakinya ke arah Tian Shi yang
masih menatapnya tak percaya dengan yang sedang terjadi saat ini “Aku pesan
tambahan 3 lagi dan antarkan ke meja itu,” sambil menunjuk ke arah Bibi Luo dan
teman-temannya duduk
“Baiklah, silakan
tunggu sebentar,” jawab Tian Shi ramah
Sungguh kejadian yang
tak diduga ternyata 2 orang langganan Tian Shi adalah ibu dari 2 orang anggota
geng SpeXial dan terlebih lagi mereka adalah musuh Wu Chun, lebih tepatnya
Fahrenheit yang merupakan idolanya di kampus dan tadi pagi Wu Chun juga
mengambil ciuman pertamanya “Astaga,” gumam Tian Shi sangat pelan dan tak
terdengar oleh siapapun yang berada dalam toko roti tersebut
Tak lama kemudian,
pesanan mereka pun datang “Ini pesanan anda Bibi Luo, selamat menikmati!” ujar
Tian Shi ramah tanpa melupakan senyuman yang selalu ia lontarkan
“Xiexie Tian Shi,” ujar Bibi Luo membalas senyuman Tian Shi
“Kalau begitu saya
permisi dulu,” Tian Shi pun meninggalkan Bibi Luo beserta SpeXial
“Deng yi xia la Tian
Shi,” panggil Bibi Luo membuat Tian Shi berbalik seketika menatapnya bingung
“Duduklah!” pinta Bibi Luo
“Hah?” Tian Shi masih
tetap berdiri sambil mengangkat salah satu alisnya, bingung dan gugup itulah
yang Tian Shi rasakan
Bibi Luo tersenyum melihat
ekspresi Tian Shi seperti itu kemudian ia berdiri dan menarik Tian Shi lembut
untuk duduk di sampingnya “Bibi ingin mengenalkanmu dengan putraku,” ujar bibi
Luo seketika membuat Tian Shi membulatkan matanya.
“Ehmm, aku sudah
mengenal putra bibi dan teman-temannya juga,” jawab Tian Shi ramah sambil
tersenyum
“Jadi kalian sudah
saling mengenal ya?” tanya bibi Luo dan sontak Tian Shi langsung menggeleng
“Mereka tidak
mengenalku tapi aku yang mengenal mereka,” ujar Tian Shi. “Mereka sudah
terkenal di kalangan anak-anak muda seperti kami, hehehe,” lanjutnya sambil
tertawa kecil karena gugupnya duduk di antara pria-pria tampan dari geng
SpeXial
“Oh jadi anakku
terkenal di kalangan anak muda ya?” goda Bibi Luo pada Hong Zheng “Sepertinya
aku terkesan benar-benar sudah tua,” lanjutnya sambil berpura-pura kesal
“Aish, bukan begitu
maksudku Bibi Luo,” ujar Tian Shi merasa sedikit bersalah dan jadi salah
tingkah. “Bibi masih cantik kok walaupun memang sudah sedikit tua,” tambahnya
dengan memasang wajah innocent sambil terkekeh pelan
Sementara keempat pria
yang sedari tadi duduk bersama mereka hanya bisa bengong dan menyaksikan kedua
perempuan itu tengah bersenda gurau sambil sesekali tertawa bahkan bibi Luo
sampai lupa tujuan awalnya untuk mendekatkan Hong Zheng dengan Tian Shi.
“Apakah kami bisa pergi
sekarang? Roti dan minuman kami sudah habis,” ujar Hong Zheng datar sekaligus
kesal karena sedari tadi tidak di perhatikan oleh ibunya
Mendengar ucapan
putranya membuat Bibi Luo baru sadar kalau ternyata ia tidak hanya sedang
berdua dengan Tian Shi. “Hahaha… Ibu lupa kalau ada kalian juga,” jawab bibi
Luo dengan polosnya
“Hmm, kalau begitu saya
permisi kerja lagi ya bibi,” Tian Shi pun pamit dan berniat untuk bangun
sebelum akhirnya ditahan lagi oleh bibi Luo
“Oh ya, hampir lupa.
Sebenarnya aku memang ingin mengenalkan kalian berdua tapi ternyata Tian Shi
sudah mengenalmu bahkan teman-temanmu. Jadi Hong Zheng maukah kau berteman
dengan Tian Shi?” tanya Bibi Luo pada anaknya dan kembali membuat Tian Shi
membulatkan matanya
“Bisa mati aku kalau
sampai dekat dengan mereka,” batin Tian Shi
“Ibu hanya tidak mau
keduluan dari yang lain,” lanjutnya dan membuat keempat pria dihadapannya kini
menganga tak mengerti atau mungkin tak percaya dengan maksud arah dan tujuan
perkataan wanita paruh baya ini.
Seketika pandangan
keempat pria itu juga mengarah pada Tian Shi dan membuatnya menundukkan kepala
karena takut dan yang pasti dia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian.
“Tian Shi xiaojie, kau
kuliah dimana?” tanya salah seorang anggota geng SpeXial yang berambut pirang
dan terkenal dengan julukan ‘Flower Boy’ karena dia sangat peka dengan perasaan
wanita, Xu Ming Jie.
“Aku kuliah di… hmmm…”
Tian Shi sangat takut untuk menjawab dan itu membuat keempat pria ini semakin
yakin dengan pikiran mereka
“Sudahlah tak perlu kau
jawab, kami sudah tau jawabannya,” ujar pria yang ia tahu namanya Zi Hong
Bibi Luo yang melihat
keanehan antara Tian Shi dengan Hong Zheng serta teman-temannya hanya bisa
diam, lebih tepatnya tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi di dunia
anak muda saat ini.
“Kalau begitu aku
permisi dulu,” ujar Tian Shi membungkukkan badan dan kembali pada tugasnya
“Kalian anak muda ini
benar-benar membuatku bingung. Sudahlah, sekarang ibu mau pulang dulu,” ujar Bibi
Luo meninggalkan SpeXial yang masih duduk di tempatnya seraya membayar
makanannya. “Tian Shi, bibi pulang dulu ya.”
Hanya senyumanlah yang bisa Tian Shi lontarkan
sambil mengangguk pelan dan Bibi Luo pun menghilang dari balik pintu toko roti
tersebut.
“Sepertinya ibumu
menyukai gadis itu,” ujar pria imut yang dikenal bernama Huang Wei Jin, putra
dari Bibi Huang yang merupakan salah satu langganan Tian Shi
“Aku rasa ibumu juga
menyukainya,” balas Hong Zheng, putra Bibi Luo
Ting… Ting… Lonceng
toko roti itu pun kembali berbunyi dan kini muncul dua orang wanita paruh baya
yang merupakan langganan toko roti itu juga.
“Huanying Bibi Lin, Bibi Xu,” sapa Tian Shi dengan senyumnya
“Baru beberapa hari
tidak ke toko roti ini aku sudah merindukanmu Tian Shi, hehehe…” ujar Bibi Lin
dan membuat Tian Shi tersenyum malu
“Yah, benar sekali.
Padahal kami baru saja pulang liburan dan langsung memutuskan untuk kesini. Oh
ya, kami juga ada oleh-oleh untukmu,” tambah Bibi Xu dan berhasil membuat pipi
Tian Shi semakin merona karena malu
“Xiexie Bibi Lin, Bibi Xu,” sahut Tian Shi. “Pesanannya seperti
biasakah? Bibi mau makan disini atau dibawa pulang?” tanya Tian Shi lagi
“Hmm, kebetulan kami
sangat lapar jadi makan disini saja,” jawab Bibi Lin sambil memegang perutnya
“Baik, akan segera aku
antarkan,” jawab Tian Shi
Kedua bibi itu pun
mencari tempat duduk yang masih kosong tanpa memperhatikan sekitar. Sementara
keempat pria yang masih duduk di tempatnya tadi hanya melongo sambil
menggeleng-gelengkan kepala mereka.
“Bahkan ibu kalian berdua
pun sepertinya menyukai gadis itu,” ujar Wei Jin tanpa sadar dan masih sama
seperti ketiga temannya memperhatikan Tian Shi yang sedang menyiapkan pesanan
untuk Bibi Lin dan Bibi Xu.
“Kenapa bisa seperti
ini ya?” tanya Hong Zheng seakan tidak percaya dan mengalihkan pandangannya
dari Tian Shi seraya menatap satu per satu teman-temannya yang masih
memperhatikan Tian Shi. “Hei, berhentilah memasang wajah bodoh seperti itu!
Ingat kita itu SpeXial!” bentak Hong Zheng pelan agar tak terdengar oleh para
pengunjung lainnya dan itu sukses membuat ketiga temannya sadar
“Kalian tahu?” tanya
Ming Jie menggantungkan perkataannya. Ketiga temannya beralih menatap Ming Jie
menanti kalimat selanjutnya. “Ibuku baru pulang liburan dari luar negeri
sekarang dan ia belum menghubungiku sama sekali tapi langsung datang ke tempat
ini hanya untuk melihat dan mengatakan merindukan gadis itu. Padahal padaku
saja dia tidak pernah mengatakan kata-kata manis seperti itu,” lanjutnya dan
membuat teman-temannya membelalakkan mata mereka.
“Sama sepertiku,”
tambah Zi Hong lemas
Keempat pria itu
kembali memperhatikan Tian Shi yang berjalan ke arah Bibi Lin dan Bibi Xu,
mengantarkan pesanan mereka.
“Sepertinya kita memang
harus menyelidiki gadis ini,” ujar Zi Hong dan mendapat anggukan setuju dari
ketiga temannya
“Sudahlah, ayo pergi!”
ajak Hong Zheng diikuti oleh teman-temannya
Baru beberapa langkah
beranjak dari meja mereka tadi, “Ming Jie.. Zi Hong,” panggil Bibi Lin dan Bibi
Xu secara bersamaan dan membuat keempat pria itu berhenti lalu membalikkan
tubuh mereka ke arah suara itu
“Aku yakin kita akan
lebih lama di tempat ini,” ujar Wei Jin dan mendapat anggukan pelan dari
teman-temannya
“Ibu,” sahut Ming Jie
dan Zi Hong bersamaan lalu mendekati kedua wanita paruh baya itu
“Kalian sudah lama
disini?” tanya Bibi Xu
“Begitulah!” jawab Ming
Jie singkat “Ibu sendiri kenapa tidak menghubungiku dan langsung kesini?” tanya
Ming Jie setenang mungkin
“Kami hanya merindukan
gadis itu,” jawab Bibi Xu tersenyum dan memasang wajah innocent
“Tian Shi, kemarilah!”
panggil Bibi Lin dan membuat gadis itu tersentak begitu menyadari kalau
ternyata SpeXial masih berada di toko roti ini karena memang dari tadi ia
terlalu sibuk melayani pelanggan
Perlahan tapi pasti
dengan memberanikan diri walau gugup, ia menghampiri meja Bibi Lin dan Bibi Xu.
Sekali lagi gadis ini berada di tengah-tengah SpeXial, empat orang pria yang
menurutnya cukup menakutkan walaupun sebenarnya mereka tampan menurut Tian Shi.
“Ada apa?” tanyanya
gugup tapi tetap berusaha tersenyum
“Kau kenapa Tian Shi?
Apa kau sakit?” tanya Bibi Lin penuh perhatian dan Tian Shi hanya bisa
menggeleng pelan
“Kenapa wajahmu
keliatan pucat begitu?” tambah Bibi Xu
“Aku tidak apa-apa
hanya sedikit lelah saja, hari ini lumayan banyak pelanggan yang datang,” jawab
Tian Shi tetap mempertahankan senyumnya “Sebenarnya aku gugup sekali,” batin
Tian Shi
“Seharusnya kau
istirahat dulu sebentar, jangan sampai sakit karena kelelahan,” ujar Bibi Lin
dan mendapat anggukan dari Bibi Xu sementara SpeXial terus saja memperhatikan
Tian Shi
“Yah, jangan sampai
calon dokter kita ini sakit karena tak memperhatikan kondisi tubuhnya sendiri,”
tambah Bibi Xu dan sontak membuat SpeXial membelalakkan mata mereka serta saling
melihat satu sama lain
“Oh ya, kenalkan ini
anak bibi namanya Lin Zi Hong dan yang berambut pirang itu anak Bibi Xu namanya
Xu Ming Jie,” ujar Bibi Lin sambil menyenggol lengan putranya
Zi Hong melirik
sepintas ibunya lalu tersenyum kecil. “Aku Zi Hong,” ia pun mengulurkan
tangannya dan disambut hangat oleh Tian Shi
“Zhuo Tian Shi,” balas
Tian Shi sambil tersenyum manis
“Ni hao, wo shi Ming Jie,” ujar Ming Jie ramah sambil mengulurkan
tangannya dan disambut oleh Tian Shi sama seperti Zi Hong sambil tersenyum
ramah
“Kalian berdua tidak
mau kenalan dengan Tian Shi juga?” tanya Bibi Xu pada Hong Zheng dan Wei Jin
“Aku Huang Wei Jin,” ia
pun mengulurkan tangannya
“Luo Hong Zheng,” sambil
menatap tajam Tian Shi kemudian mengulurkan tangannya
Mereka pun berkenalan
dan membuat kedua wanita paruh baya itu tersenyum bahagia
“Oh ya Tian Shi,
bagaimana keadaan anak-anak itu?” tanya Bibi Lin
“Benar sekali, aku juga
sangat merindukan mereka, sudah lama tidak berkunjung kesana,” lanjut Bibi Xu
“Mereka semua sangat
baik dan sehat-sehat saja. Aku yakin mereka juga merindukan bibi,” jawab Tian
Shi
Entah kenapa SpeXial
semakin penasaran dengan kehidupan Tian Shi sebenarnya dan kenapa ia bisa
sangat akrab dengan ibu mereka.
“Anak-anak?” tanya
SpeXial kompak sambil melirik kedua wanita paruh baya itu
“Yah, anak-anak panti
asuhan tempat Tian Shi tinggal selama ini,” jawab Bibi Xu
“Kami sering berkunjung
kesana,” tambah Bibi Lin
“Hmm, maaf aku permisi
dulu,” ujar Tian Shi dengan nada suara sedikit bergetar. Yah, ia selalu sedih
jika menyangkut panti karena mengingat kedua orang tuanya
Bibi Lin dan Bibi Xu
hanya mengangguk pelan, mereka tahu salah membicarakan ini apalagi di depan
Tian Shi. Sementara SpeXial dibuat semakin penasaran oleh gadis itu.
“Astaga! Harusnya kita
tidak membahas itu tadi,” ujar Bibi Lin merasa bersalah
“Aku benar-benar lupa
Tian Shi sangat sensitif dengan hal-hal itu,” tambah Bibi Xu yang juga merasa
bersalah
Mendengar pembicaraan
kedua wanita paruh baya itu lagi-lagi membuat SpeXial saling menatap satu sama
lain lalu mengangguk mengerti dengan maksud tatapan mereka.
“Kami pergi dulu,
sampai bertemu di rumah,” pamit Zi Hong pada kedua wanita paruh baya itu seraya
menundukkan kepala sejenak diikuti oleh teman-temannya yang lain
“Hati-hati ya, jangan
pulang terlalu malam,” ujar Bibi Lin sambil melontarkan senyumnya
Keempat pria itu pun
keluar dari toko roti dan seketika suasana dalam toko roti itu kembali seperti
semula karena saat ada SpeXial di dalam membuat anak-anak muda disana hanya
bisa diam
SpeXial masih berada di
luar toko roti sambil memperhatikan gadis yang membuat mereka masih penasaran
sampai saat ini, alasan yang paling utama adalah bagaimana bisa ibu mereka
sangat akrab dan menyayangi gadis itu?
“Kalian tahu tugas masing-masing?”
tanya Hong Zheng yang merupakan leader dari SpeXial pada ketiga temannya dan
dibalas anggukan dari mereka. “Baguslah, cari informasi sebanyak dan selengkap
mungkin!” perintahnya
“Sebaiknya kita pergi
sekarang!” ajak Ming Jie seraya naik ke motor gedenya begitupun dengan yang
lain
Wu
Chun POV
Gadis itu kenapa bisa
berekspresi seperti tadi ya? Tapi dia benar-benar aneh dan lucu sekali kalau
sedang terkejut, apa jangan-jangan itu ciuman pertamanya?
“Chun, kau kenapa dari
tadi senyum-senyum sendiri?” tanya Da Dong padaku dengan ekspresi penasarannya
yang selalu ingin tahu urusan orang
Aku tidak menggubris
pertanyaan Da Dong, kalau sudah meladeni rasa ingin tahunya itu semua pasti
akan panjang
“Menurutku kau tadi
sedikit keterlaluan Chun,” kini si dingin Ya Lun mulai angkat bicara dan aku
yakin akan mengarah ke hal-hal yang serius
“Aish, aku tadi hanya
ingin mencari kesenangan saja, apa kau tidak lihat ekspresinya saat terkejut
itu lucu sekali,” jawabku menanggapi ucapan Ya Lun
Ya Lun menggelengkan
kepalanya, “Apa kau tidak memikirkan bagaimana reaksi para fans-fans gilamu itu
dan apa yang akan terjadi padanya? Kau tahu kan tadi kau menciumnya di depan
anak-anak sekampus dan menjadi tontonan para fansmu yang ganas itu,” ujarnya
panjang lebar. Baru kali ini Ya Lun terlihat mengkhawatirkan seseorang sampai
seperti itu tapi sepertinya memang benar apa yang diucapkan.
“Sudahlah jangan
dipikirkan! Kau terlalu berlebihan menanggapinya Lun,” ujarku tak perduli
“Hmm Chun, bagaimana
rasanya?” tanya Yi Ru, playboy yang sekaligus jadi sainganku juga tapi kalau
masalah perempuan hanya dia yang selalu sependapat denganku
“Manis dan lembut,”
jawabku singkat
“Aku jadi ingin
mencobanya juga,” tambahnya
“Wei, awas kalau kau
berani! Dia itu sasaranku selanjutnya,” ujarku singkat menatap tajam playboy
gila ini
“Jadi yang kalian
bicarakan dari tadi itu gadis yang kau cium hari ini di kampus Chun? Menurutku
dia gadis baik-baik bukan seperti gadis-gadis yang kau pacari setiap harinya,”
ujar Da Dong yang membuatku sedikit tercengang mendengar ucapannya begitupun Yi
Ru
“Wang Da Dong, kau
tidak salah minum obat hari ini kan?” tanya Yi Ru sambil memegang dahi Da Dong
“Aishh… Kalian berdua
ini menyebalkan sekali tapi memang benar yang aku katakan. Gadis itu anak
kedokteran dan mendapat beasiswa selama kuliah jadi aku yakin dia gadis
baik-baik,” jelas Da Dong membuatku dan Yi Ru kembali heran
“Seperti yang dikatakan
Da Dong tadi, kau sudah keterlaluan!” lanjut Ya Lun
“Aku tidak mau bahas
ini lagi!” bentakku
Masalah gadis itu aku
lebih tahu daripada kalian jadi aku juga mengerti dengan apa yang harus
kulakukan nantinya. Lebih baik aku memuaskan diri minum sebanyak-banyaknya
daripada terus mendengarkan ocehan dua pria menyebalkan ini.
“Apa kau yakin?” tanya
Yi Ru tiba-tiba, aku langsung menaruh gelas di atas meja
“Menurutmu?” aku pun
balik bertanya dengan senyuman yang mungkin tak bisa diartikan bahkan terkadang
mereka mengatakan aku ini evil tiap lagi tersenyum seperti ini
Rasanya mataku
benar-benar berat, sekarang aku sedang dalam perjalanan pulang dan entah kenapa
pandanganku tiba-tiba tak fokus pada jalanan di depan. “Gadis itu? Sedang apa
dia bersama mereka?”
Sekarang aku
benar-benar tak bisa berpikir jernh, mataku benar-benar berat jadi lebih baik
aku cepat sampai rumah dan merebahkan tubuhku di ranjang yang empuk,
membayangkannya saja membuatku sangat semangat. Besok saja aku cari tahu
terntang mereka.
Tian
Shi POV
Hawa hari ini entah
kenapa membuatku merasa sedikit aneh, sepertinya ada sesuatu di dalam sana
sedang menunggu sarapan. Sampai sekarang aku masih berdiri di gerbang, menunggu
seseorang yang katanya akan selalu melindungiku jadi aku harus sering
bersamanya.
“Tian Shi,” panggil
seseorang yang sangat kukenal suaranya dan memang tidak salah lagi itu suara
Xiao Xun sedang berlari ke arahku
“Kau ini lama sekali,”
ujarku dengan nada dibuat-buat agar tedengar kesal tapi mana bisa aku kesal
dengan gadis ini, ia satu-satunya sahabatku
“Aish, kau menyebalkan
sekali. Aku kan sudah lari-larian tadi, sekarang aku benar-benar lapar dan
haus,” sahutnya menatapku kesal
Melihatnya seperti ini
benar-benar tidak tega, aku hanya bisa tersenyum. Sungguh beruntung sekali aku
bisa memiliki sahabat sepertinya. “Ya sudah, ayo ke kantin!” ajakku
Sejak menginjakkan kaki
di halaman kampus ini hingga sekarang menuju kantin, banyak pasang mata yang
menatap sinis padaku bahkan tak jarang dari mereka mengejekku dengan kata-kata
kasar dan ada juga yang menatapku seakan melihat makhluk menjijikan.
“Sudahlah, jangan kau
perdulikan mereka!” bisik Xiao Xun yang terus menggenggam tanganku. Yah, dia
memang paling mengerti kalau sekarang aku cukup gugup dan takut dengan keadaan
seperti ini.
Akhirnya kami sampai di
kantin dengan selamat dan memesan menu sarapan seperti biasanya. Namun, aku tak
yakin kalau benar-benar selamat. Ada 4 orang wanita yang berjalan ke arahku,
mereka Shao Han, Yi Chen, Cheng Lin, dan Fu Zhen. Entahlah apa yang akan mereka
lakukan tapi yang bisa kupastikan hal buruk akan terjadi. Aku menatap Xiao Xun
penuh arti ‘bagaimana ini?’ itulah maksud tatapanku dan ia membalas tatapanku
seakan mengatakan ‘tenanglah!’ sambil menggenggam tanganku.
“ZHUO TIAN SHI!” bentak
salah seorang dari mereka yang aku tahu itu suara Cheng Lin tapi sungguh aku
tak berani melihat kea rah mereka yang jaraknya semakin dekat
“Ternyata kau masih
berani menginjakkan kaki di kampus ini, hah?” ujar Shao Han dan sekarang ia
sudah berada di hadapanku bersama ketiga temannya
Author
POV
Seketika suasana kantin
berubah sedikit mencekam, tak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun. Fu Zhen
menarik Tian Shi dan menyeretnya ke tengah-tengah kantin yang bisa dibilang
cukup besar dan banyak yang sedang makan disana sehingga mereka menjadi pusat
perhatian.
“Hebat juga kau
ternyata belum mengundurkan diri dari sini,” ujar Yi Chen geram melihat Tian
Shi yang memasang wajah polosnya
“Aku benar-benar muak
melihatmu sok bersikap polos seperti itu padahal kau tak lebih dari WANITA
PENGGODA yang menjijikkan,” ujar Fu Zhen membuat Xiao Xun kesal melihat
sahabatnya hanya menunduk pasrah dihina dan diperlakukan seperti itu
“Hei kau WANITA JAHAT
benar-benar menyebalkan sekali! Kau tidak berhak menghina Tian Shi seperti
itu!” bentak Xiao Xun
“Ternyata ada pahlawan
kesiangan, hahahaha… Aku tak mengerti kenapa di dunia ini masih ada yang mau
berteman dengan wanita seperti dia,” ujar Shao Han sambil mengeleng-gelengkan
kepalanya
“Menurutku, mereka itu
sama-sama menjijikkan jadi tak ada salahnya kalau mereka berteman, hahahaha…”
lanjut Yi Chen tertawa puas disertai tawa dari ketiga temannya dan kali ini
sepertinya ucapan Yi Chen cukup membangunkan tidur seekor singa betina
Byuurrr…..
Suasana kantin semakin
menegang setelah apa yang terjadi barusan.Yah, dengan mengumpulkan seluruh
keberaniannya Tian Shi mengambil minuman dari meja yang berada di dekatnya dan
menyiramkan tepat ke wajah Yi Chen.
“KAU?!” bentak Yi Chen
seakan tak percaya dengan yang baru saja terjadi pada dirinya
“Kau boleh saja
menghinaku atau apapun yang ingin kau lakukan padaku tapi jangan pernah
coba-coba untuk menyakiti ataupun menghina sahabatku!” ujar Tian Shi
meninggikan nada bicaranya
Wu
Chun POV
“Apa kalian tidak
merasa ada sesuatu yang aneh?” tanya Yi Ru tiba-tiba membuat kami menghentikan
langkah untuk berpikir sejenak
“Sepertinya memang ada
sesuatu yang ganjil,” lanjut Da Dong ditambah anggukan oleh Ya Lun
“Hmm, apa ya?” pikirku
Begitu menyadari
sesuatu dan sepertinya kami memang sehati atau sepikiran membuat kami langsung
saling menatap satu sama lain.
“Dimana para fans kita?
Terutama fansmu Chun yang selalu berteriak histeris bahkan saat mobil kita baru
saja masuk gerbang,” tanya Da Dong sambil melihat ke sekeliling kami dan
benar-benar sepi
“Apa hari ini libur ya?
Tapi sepertinya tidak ada acara khusus yang spesial sampai harus libur pada
hari ini,” ujar Ya Lun yang sekarang seperti orang bodoh karena terkadang sifat
dingin dan cueknya itu membuat Ya Lun terlihat polos dan bisa dibilang bodoh
juga sih
Kami berempat masih
mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru koridor ini tapi benar-benar kosong
bahkan saat aku dan yang lainnya menyusuri kampus benar-benar tak terlihat satu
orang pun yang berkeliaran.
“Apa ada yang kita
lewatkan?” tanya Yi Ru dengan nada suara penuh keraguan membuatku dan yang lain
menoleh ke arahnya. Pandangan Yi Ru tertuju pada beberapa orang yang tengah
berlari menuju ke arah kantin
“Sepertinya ada yang
tidak beres,” tambah Ya Lun sambil menatap tajam ke arahku.
Entahlah apa yang
sebenarnya terjadi tapi pikiranku tiba-tiba melayang ke gadis yang tadi malam
aku lihat saat pulang sedang bersama dengan 4 orang pria menyebalkan. Seakan
mengerti pikiran Ya Lun, aku pun menghilangkan dulu kejadian semalam dari
otakku dan mengajak mereka menuju kanti untuk mencari jawaban sebenarnya apa
yang sedang terjadi.
Byuurrr…..
Begitu tiba di kantin,
aku dikagetkan dengan pemandangan yang baru saja terjadi dan memang sedikit
mengejutkan. Sekarang aku merasa hawa kantin sangat panas apalagi terlihat dari
ekspresi orang-orang disini yang mungkin saja sudah menonton sejak tadi. Aku
dan ketiga temanku ini hanya bisa menonton dengan penuh rasa takjub dan
sesekali senyuman tercipta dari bibir kami.
“KAU?!” bentak Yi Chen
pada gadis di hadapannya
“Kau boleh saja
menghinaku atau apapun yang ingin kau lakukan padaku tapi jangan pernah
coba-coba untuk menyakiti ataupun menghina sahabatku!” ujar gadis yang baru
saja menghebohkan kantin dengan tidakannya
PLAAKKK
Suara sangat keras
tercipta dari tangan Yi Chen yang menampar dengan keras pipi gadis itu hingga
membuat kacamata yang ia gunakan terlepas dan kulihat gadis itu terjatuh dengan
sudut bibirnya mengeluarkan darah. Aku yakin pasti akan menimbulkan bekas
kemerahan dan sangat perih di pipi mulusnya.
“Tian Shi!” teriak
seorang gadis lain yang aku yakini itu pasti temannya, ia menoleh sepintas ke
arah gadis bernama Tian Shi kemudian melayangkan tatapan tajam pada Yi Chen.
“Kau… berani sekali menampar sahabatku,” pekiknya geram, bisa kulihat sekarang
wajahnya memerah pasti karena emosi dan amarah yang sudah sampai pada puncaknya
“Lalu kau mau apa,
hah?” tantang Cheng Lin yang kali ini ikut bicara, gadis itu menyeringai dan
sedikit menyeramkan menurutku
“Mauku? Sederhana
sekali!” bentaknya tepat di depan wajah Cheng Lin dan yang pasti akan menyulut
emosi Shao Han sebagai leader dari geng gadis-gadis manja ini
“Berani sekali kau
membentaknya!” teriak Shao Han membuat suasana sepertinya makin panas dan seru
saja
“Kalian benar-benar
cari masalah dengan kami rupanya,” ujar Fu Zhen tak kalah emosi dengan
mendorong tubuh Xiao Xun
Mendapat perlakuan
seperti itu membuat gadis itu menebarkan senyuman yang sulit diartikan.
“Kalianlah yang memaksaku!” ujarnya dengan nada mengancam, perlahan melangkah
maju mendekati keempat gadis di hadapannya.
“Xiao Xun,” lirih Tian
Shi pada sahabatnya sambil menggelengkan kepala, mungkin sesuatu yang lebih
buruk akan terjadi jika gadis bernama Xiao Xun itu marah tapi aku sungguh
penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. “Jangan!” pinta Tian Shi
begitu posisi Xiao Xun sudah semakin dekat dengan empat gadis itu
Gadis itu menoleh ke
arah Tian Shi kemudian tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. “Kalian
beruntung kali ini!” bentak Xiao Xun lalu berlari menghampiri Tian Shi yang
kulihat tubuhnya sangat lemas dengan darah yang masih mengalir dari sudut bibirnya.
“Bangunlah!” ujar Xiao Xun mengangkat tubuh Tian Shi dan memapahnya. “Sekali
lagi aku melihat kalian berbuat seperti ini pada Tian Shi maka jangan harap
kalian bisa selamat!” ancam Xiao Xun berlalu begitu saja tapi langkahnya
terhenti sejenak menatapku tajam penuh amarah.
Bisa kulihat wajah Shao
Han dan ketiga temannya berubah pucat, sepertinya mereka takut dengan ancaman
Xiao Xun tapi kalau melihat tatapannya tadi memang cukup menyeramkan. Yah,
kuakui memang kejadian ini karena ulahku kemarin dan membuat Shao Han bersama
ketiga temannya yang merupakan fans fanatikku berbuat hal yang menurutku
sendiri menyebalkan.
“Kau mengerti maksudku
sekarang Wu Chun xiansheng?” Ya Lun
mengucapkannya penuh penekanan seakan kejadian ini benar-benar sepenuhnya
ulahku. Menyebalkan sekali ‘Kenapa aku bisa memiliki teman seperti dia sih?’
umpatku dalam hati
“Sebaiknya kita pergi
sekarang sebelum mereka menyadari keberadaan kita disini,” saran Yi Ru yang
kali ini terdengar cukup masuk akal. Ternyata otaknya bisa memikirkan hal lain
juga selain wanita.
Seseorang menepuk
bahuku ketika kami baru saja berbalik dan memutuskan untuk segera meninggalkan
kantin, ia mengatakan sesuatu seperti berbisik dan hanya bisa didengar oleh
kami saja. “Sepertinya kita terlambat,” bisik Da Dong membuatku dan yang
lainnya menoleh
Ternyata seluruh isi
kantin sudah menyadari keberadaan kami disini setelah kejadian yang baru saja
mereka tonton. Seketika perasaanku menjadi tidak enak walaupun aku tahu
sebenarnya yang akan mereka lakukan nantinya adalah histeris meneriakkan namaku
dan ketiga sahabatku ini tapi ada sesuatu yang mengganjal hatiku. Entahlah,
bayangan gadis itu dan kejadian barusan membuat moodku buruk walaupun tetap
mendapat pujaan dari gadis-gadis ini.
“Kita pergi sekarang!”
ajakku pada Ya Lun, Yi Ru, dan Da Dong. Mereka hanya mengangguk bersamaan lalu
kami memutuskan untuk berlari karena keadaan saat ini benar-benar membuatku dan
ketiga pria ini pusing apalagi kalau harus menghadapi fans-fans gila itu.
Author
POV
Sementara di ruang kesehatan
seorang gadis terbaring di ranjang sementara gadis lainnya sibuk mengobati
wajah gadis tersebut karena memar akibat tamparan keras yang di dapatnya.
“Aish, pelan-pelan,”
lirih Tian Shi menahan sakit
“Kalau sekali lagi
mereka melakukan ini padamu jangan harap aku mendengarkanmu lagi untuk tidak
menghabisi mereka,” sahut Xiao Xun sambil mengobati Tian Shi
“Xiexie ni,” ujar Tian Shi dengan senyum tipisnya karena memang
sudut bibirnya sedikit sobek
“Kau ini berlebihan
sekali, kita kan sahabat,” balas Xiao Xun dengan senyumnya “Nanti kau kerja?”
tanya Xiao Xun dan dibalas anggukan pelan dari Tian Shi
“Ada apa?”
“Aku ikut ke tempat
kerjamu, pokoknya tak ada penolakan kali ini!” pinta Xiao Xun sedikit memaksa
dan ia tahu kalau Tian Shi tidak bisa menolak kali ini
“Tapi… Aku bisa
melindungi diriku sendiri, kau tak perlu khawatir!” tolak Tian Shi berharap
Xiao Xun memikirkan kembali ucapannya. “Kau tidak lupa kan siapa aku?” tanya
Tian Shi meyakinkan bahwa dirinya akan baik-baik saja
“Aku tahu siapa dirimu
Zhuo Tian Shi tapi aku juga tahu bagaimana sifatmu dan itu sangat bertolak
belakang dengan siapa dirimu sebenarnya jadi jangan salahkan aku untuk terus
bersikap seperti ini sebelum kau benar-benar bisa merubah sedikit sifatmu,”
balas Xiao Xun penuh penekanan.
“Sungguh menyebalkan!”
keluh Tian Shi menanggapi Xiao Xun yang begitu bersikeras untuk ikut ke tempat
kerjanya
“Tak akan ada yang tahu
jadi tenanglah maka aku pun bisa ikut tenang,” ujar Xiao Xun tersenyum penuh
arti
“Baiklah!” jawab Tian
Shi terpaksa
Waktu berakhirnya
perkuliahan tiba, semua mahasiswa-mahasiswi yang ada di kampus itu berhamburan
menuju gerbang kampus termasuk dua orang gadis yang seharian tidak mengikuti
kuliah dan lebih menghabiskan wktu di ruang kesehatan. Mereka adalah Tian Shi
dan Xiao Xun yang asyik mengobrol tanpa menyadari ada beberapa pasang mata yang
mengawasi mereka.
Kringg… Kringg… Ponsel
Tian Shi berbunyi, ia melirik Xiao Xun sepintas dan mendapat anggukan singkat
dari sahabatnya itu sebelum akhirnya mengangkat telpon. Demi menghilangkan
kecurigaan dari orang-orang sekitar, mereka bersikap biasa saja dan Tian Shi
pun menjawab telponnya sambil jalan beriringan dengan Xiao Xun menuju tempat
kerjanya.
“Wei”
“……”
“Semua akan baik-baik
saja,”
“……”
“Kalian terlalu
berlebihan”
“……”
“Tenanglah, semua
berjalan lancar”
“……”
“Tak ada yang perlu
dikhawatirkan, bukankah ada yang menjagaku disini?”
“……”
“Setelah semuanya
selesai, aku akan segera kembali. Aku tutup telponnya ya, bye!”
Begitu menutup
panggilannya membuat raut wajah Tian Shi sedikit frustasi dan bisa ditebak
pembicaraan seperti apa yang baru saja diakhirinya.
“Apa melelahkan?” tanya
Xiao Xun melihat ekspresi sahabatnya
“Aku yakin kau tahu
jawabannya,” sahut Tian Shi datar
“Hentikanlah! Aku
sungguh tidak tega melihat kau seperti ini,” balas Xiao Xun membuat Tian Shi
menoleh ke arahnya
“Andai semudah yang kau
katakan tapi semua sudah terlanjur dan sedikit lagi selesai jadi bertahanlah
sebentar lagi!” pinta Tian Shi pelan, nada bicaranya benar-benar terlihat
seperti orang frustasi tapi memang sudah menjadi kewajibannya melakukan semua
ini.
Xiao Xun mengangguk
mengerti dengan pemikiran sahabatya itu dan memang ia sendiri tak bisa mundur
karena sudah masuk terlalu jauh. “Andai itu tak terjadi pasti semua akan lebih
mudah dan cepat.”
Tanpa terasa mereka
tiba di toko roti tempat Tian Shi bekerja dan langsung menuju ke belakang untuk
sekedar mengganti pakaian.
“Kau tetap disini
sebagai kasir dan aku yang akan melayani pelanggan,” ujar Xiao Xun memperingatkan.
“Hari ini kau tak boleh terlalu lelah!” lanjutnya dan hanya dibalas anggukan
singkat dari Tian Shi
Seperti biasanya tiap
kali Tian Shi terlihat kurang sehat maka Xiao Xun akan membantu Tian Shi
bekerja maka tak heran juga ada beberapa pelanggan tetap yang memang mengenal
gadis itu. Begitu pula dengan bos toko roti yang akan dengan senang hati
menerima tawaran Xiao Xun untuk membantu Tian Shi. Yah, kedua gadis itu memang
sangat populer di toko roti itu dengan kesantunan mereka.
Hari sudah menjadi
gelap menandakan tugas Tian Shi dan Xiao Xun sudah selesai di toko roti itu
untuk hari ini. Mereka terlihat cukup lelah tapi raut gembira tetap menghiasi
wajah kedua gadis itu.
Tian
Shi POV
“Akhirnya sampai juga,”
gumam Xiao Xun begitu kami tiba di pekarangan panti. Yah, malam ini Xiao Xun
memutuskan untuk menginap di panti.
“Sepertinya mereka
sudah tidur,” ujarku dengan nada sepelan mungkin sambil membuka pintu karena
takut membangunkan anak-anak dan ibu panti
“Kau baru pulang?”
tanya sebuah suara yang sangat aku kenal
“Iya,” jawabku
menghampiri Ibu Zhuo pengurus sekaligus pemilik panti ini. “Ibu kenapa belum
tidur?”
“Bagaimana ibu bisa
tidur kalau salah seorang anak belum pulang dan tak memberi kabar. Apa baterai
ponselmu habis lagi?” tanya Ibu Zhuo yang memang sangat mengetahui kebiasaanku
malas mengisi baterai ponsel. Aku hanya mengangguk pelan menjawab
pertanyaannya. “Sudah kuduga. Cepat beristirahatlah!”
“Baik, kami masuk kamar
dulu,” aku berlalu meninggalkan Ibu Zhuo yang masih mengunci pintu.
“Selamat malam Bibi
Zhuo,” lanjut Xiao Xun kemudian mengekor di belakangku
Kami sampai di kamar
dengan sedikit terburu-buru aku segera mengambil laptop dan benar seperti
dugaanku.
“Aishh, mereka ini
tidak bisa bersabar sedikit lagi ya?” keluh Xiao Xun yang tiba-tiba sudah ada
di sampingku dan seketika matanya membulat begitu membaca isi dari email yang
baru saja kuterima. “Astaga, benarkah ini?” pekiknya
“Sepertinya begitu dan
sebentar lagi benar-benar selesai,” sahutku dengan senyum tipis dan datar
seperti biasanya
Author
POV
Pagi yang cerah
menyambut setiap orang terutama mahasiswi NTU (National Taiwan University) yang
dengan setia menunggu pangeran-pangeran mereka datang. Yah, siapa lagi kalau
bukan Fahrenheit, empat pria yang selalu sukses membuat seluruh mahasiswi NTU
histeris melihat mereka dan membuat para mahasiswa merasa iri.
“Bukankah dia gadis
itu?” bisik salah seorang mahasiswi begitu melihat Tian Shi memasuki halaman
kampus bersama Xiao Xun
“Yah kau benar, dia
sungguh mencari masalah,” balas mahasiswi lainnya
Pandangan sinis dan
penuh kebencian serta bisik-bisik dari para mahasiswa-mahasiswi membuat Xiao
Xun memanas tapi sebisa mungkin ia mencoba tenang demi menjaga emosinya yang
mungkin kapan saja bisa meledak.
Praakk…
Byuurrr…
Baru saja melangkahkan
kaki menyusuri koridor, mereka sudah disambut dengan telur busuk yang sangat
menyengat baunya serta tepung menambah lengket di tubuh.
“Kyaaa… Apa-apaan ini?”
teriak Xiao Xun yang mulai tersulut emosi melihat sahabatnya sudah seperti
adonan kue
Tian Shi hanya diam dan
berlalu begitu saja mendapat perlakuan seperti ini, ia bergegas menuju toilet
untuk membersihkan tubuhnya. Xiao Xun masih sibuk mencari siapa yang melakukan
hal ini pada sahabatnya, ia tersenyum sinis begitu mengetahui siapa orangnya
kemudian pergi menyusul Tian Shi ke toilet.
“Sampai kapan kau
biarkan mereka bersikap seperti ini padamu?” tanya Xiao Xun pada gadis yang
masih sibuk membersihkan pakaian dan tubuhnya. “Aku sungguh tidak tahan melihat
tingkah kekanak-kanakan mereka. Setidaknya kau bisa sedikit menggertak mereka
agar berhenti melakukan hal ini.”
“Aku mengerti maksudmu
tapi jika melakukan hal itu sama saja dengan membuka topeng kita, kau mengerti
kan? Bersabarlah sebentar lagi!” balas Tian Shi dengan tenang dan tegas
Melihat sikap
sahabatnya yang bisa dibilang sangat tenang dan tak menanggapi semua masalah
yang terjadi padanya akhir-akhir ini membuat Xiao Xun sedikit gerah dan hanya
bisa menggelengkan kepala saja.
“Kenapa rekan terbaikku
ini orang yang sangat tenang sih?” sindir Xiao Xun
“Selesai, ayo ke
kelas!” ajak Tian Shi mengembangkan senyum tipisnya sambil menggandeng lengan
sahabatnya yang masih kesal
Tak ada yang bisa
dilakukan oleh Xiao Xun karena memang ini sudah tugasnya yang sebentar lagi
akan berakhir. Mengingat itu membuatnya sedikit lebih lega dan tenang walaupun
masih kesal pada sahabatnya.
Begitu tiba di kelas,
lagi-lagi pandangan sinis yang didapatkan oleh Tian Shi tapi gadis itu hanya
bersikap acuh dan langsung menuju tempat duduknya. Tak lama kemudian dosen pun
masuk kelas dan seketika suara riuh dalam kelas berhenti.
“Dajia hao!” sapa dosen dengan ramahnya
“Laoshi hao!” balas para mahasiswa
“Hari ini kita akan
mengadakan praktek sebentar dan langsung tes unuk menguji seberapa dalamnya
kalian menguasai teori yang sudah pernah saya berikan serta praktek hari ini,”
jelas dosen tersebut dan membuat suasana kembali riuh.
Yah,
mahasiswa-mahasiswi itu tidak pernah menyukai cara mengajar dosen muda yang
bisa dibilang cukup tampan ini dengan selalu mengadakan tes dadakan. Berbeda
dari teman-teman sekelas mereka, Tian Shi dan Xiao Xun terlihat sangat santai
dan bahkan senang karena adanya tes dadakan ini.
“Sepertinya mereka akan
cukup disibukkan oleh Lee Hom laoshi,”
bisik Xiao Xun pada Tian Shi dan hanya dibalas anggukan kecil oleh sahabatnya
itu.
Mereka bisa sedikit
lebih tenang karena itu berarti mereka akan terbebas sebentar dari
tatapan-tatapan sinis yang menurut mereka menyebalkan itu. Praktek pun dimulai
dan seperti biasanya setiap kali praktek pasti per kelompok yang terdisi dari
dua orang. Tian Shi dan Xiao Xun bergabung dalam satu kelompok dan mereka
terlihat sangat santai dalam mengerjakan tugas yang diberikan bahkan dalam
waktu 30 menit tugas mereka sudah selesai sedangkan yang lain masih di bagian
pertengahan.
“Good girls,” puji Lee
Hom laoshi dan memberikan lembaran
soal masing-masing pada Tian Shi dan Xiao Xun. “Setelah seesai langsung
kumpulkan dan kalian bisa keluar,” lanjutnya.
Tak butuh waktu lama,
hanya dalam 10 menit Tian Shi sudah menjawab semua pertanyaan lalu
mengembalikan lembar jawabannya pada Lee Hom laoshi seraya keluar kelas. Selang 5 menit Xiao Xun pun melakukan
hal yang sama lalu menyusul sahabatnya ke tempat yang sudah bisa dipastikan
kalau Tian Shi sedang berada disana.
Xiao
Xun POV
Drrttt… Drrttt…
Ponselku bergetar,
sebuah pesan masuk yang cukup mengejutkan.
Ada
yang sedang berusaha menyelidikinya, berhati-hatilah!
“Siapa?” gumamku pelan
Tak ingin menunggu
lama, aku pun segera mencarinya yang pasti berada disana. Yah, tak ada tempat
lain selain taman itu yang bisa ia kunjungi saat seperti ini. Semoga dia punya
jawaban atas pertanyaanku ini.
“Tian Shi!” panggilku
dan ia pun menoleh tetap dengan senyum dinginnya
“Eh, kau sudah
selesai?” tanyanya yang aku tahu hanya sekedar berbasa-basi saja.
“Apa akhir-akhir ini
kau sedang dekat dengan seseorang atau mempunyai musuh?” tanyaku to the point
dan ia pun menaikkan salah satu alisnya menandakan bingung atau bisa dibilang
tidak mengerti maksud pertanyaanku ini.
“Maksudmu? Kalau musuh
yang pasti kau tahu sendiri anak-anak di kampus ini sepertinya semua
menganggapku musuh mereka tapi kalau seseorang yang dekat denganku ya hanya kau
saja dan beberapa pelanggan tetap di toko roti,” jawabnya panjang lebar.
“Memang ada apa?” tanyanya.
Tanpa menjawab
pertanyaan dari Tian Shi, langsung saja aku menunjukkan pesan yang baru saja
aku terima padanya dan ekspresi yang ia tunjukkan tak jauh berbeda dariku saat
menerima pesan ini.
“Aku tak tahu tapi yang
jelas kita harus bersikap seperti biasanya sebelum tugas ini berakhir
sempurna,” uajrnya tenang seperti biasa, Tian Shi benar-benar cepat mengubah
ekspresinya
Mungkin lebih baik aku
tidak perlu terlalu memusingkan ini dulu, dia benar cukup bersikap seperti
biasanya jangan sampai mencurigakan. “Aku lapar, ayo kita makan siang!” ajakku
dan langsung menarik tangannya sebelum ia menolak
Hong
Zheng POV
“Menyebalkan sekali
mereka, sudah 10 menit membuatku menunggu seperti ini, awas saja kalau tidak
membawa berita baik!” gumamku kesal masih menunggu kedatangan ketiga peria yang
menjadi sahabatku sampai saat ini
Tap… Tap…
Terdengar langkah kaki
dari arah pintu yang bisa dipastikan kedatangan dari orang-orang yang saat ini
sedang aku tunggu. Benar saja, begitu menoleh ke belakang terlihat mereka dengan
senyum tipis yang mencurigakan.
“Sepertinya bukan kabar
baik,” ujarku membalas senyum tipis mereka
Begitu sampai langsung
saja ketiga orang itu menghempaskan tubuh mereka ke sofa dan menghela nafas
panjang.
“Gadis itu benar-benar
membuatku frustasi,” ujar Wei Jin sambil memejamkan matanya
“Maksudmu? Dan kalian
berdua apa mendapat kabar baik?” tanyaku sekaligus
“Aku sudah menyuruh
orang-orang menyelidikinya seminggu ini tapi hasilnya nihil, hanya informasi
biasa yang tidak menarik sama sekali,” jawab Wei Jin lagi
“Sama denganku,
informasi tentangnya yang aku dapatkan hanyalah gadis ini kuliah di NTU jurusan
kedokteran dan ia mendapat beasiswa selama kuliah disana. Saat ini hanya
tersisa 2 semester lagi maka dia akan lulus,” lanjut Ming Jie datar
“Aku sudah menyelidiki
tentang kehidupan pribadinya yang memang tinggal di panti asuhan dan bekerja
pada toko roti langganan ibu kita. Ia mempunya seorang sahabat bernama Xiao
Xun, mereka berdua sama-sama mendapat beasiswa. Gadis itu termasuk salah satu
yang mengagumi leader Fahrenheit itu,” tambah Zi Hong kesal ketika menyebutkan
nama dari rival kami
Benar-benar tidak
menarik informasi yang mereka dapatkan, pantas saja begitu muncul wajah mereka
sudah ditekuk begitu. Sebenarnya informasi yang aku dapatkan juga sedikit aneh
sih dan membuatku semakin penasaran dengan gadis itu.
“Lalu apa kau punya
informasi yang menarik?” tanya Ming Jie padaku
Tepat sekali,
sepertinya setelah kalian mendengar kabar dariku akan membuat kalian penasaran
juga dengan gadis ini, pikirku sambil tersenyum yang sulit diartikan. Mereka
menatapku dengan mengerutkan kening masing-masing yang pasti masih menunggu
jawabanku.
“Menurutku cukup
menarik,” jawabku dan benar saja ketiga pria ini langsung duduk tegak menanti
perkataanku selanjutnya. “Aku sudah menyuruh orang mencari informasi tentang
masa lalunya yang diceritakan oleh ibu kalian berdua tentang kecelakaan itu dan
hasilnya nihil. Memang ada kecelakaan yang terjadi 14 tahun lalu tapi korban
yang selamat bukanlah seorang anak berumur 3 tahun melainkan seorang
wanita saat itu umurnya 27 tahun bernama
Zhuo Wen Xuan. Wanita itu adalah pemilik panti asuhan tempat tinggal Zhuo Tian
Shi. Satu lagi kabar yang paling menarik adalah nama Zhuo Tian Shi tidak pernah
ada ataupun terdaftar sebagai warga negara Taiwan jadi sekarang kalian mengerti
maksudku, hm?” tanyaku pada ketiga pria ini yang sedang membulatku mata mereka
dengan mulut sedikit terbuka benar-benar seperti orang bodoh.
Mereka masih diam
sepertinya sedang mencerna dengan baik apa yang aku katakan tadi karena memang
informasi itu cukup mengejutkan.
“Jadi siapa sebenarnya
gadis bernama Zhuo Tian Shi itu?” tanya Zi Hong yang sepertinya sudah mulai
sadar
“Itulah yang harus kita
cari tahu sekarang,” jawabku
“Sepertinya kau harus
melakukan sesuatu Huang Wei Jin,” ujar Ming Jie yang juga sudah tersadar dari
pikirannya yang mungkin tadi melayang terbang entah kemana
“Yah, aku tahu!” sahut
Wei Jin dan langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang
“Wei,” sapanya pada
seseorang yang sedang berada di seberang teleponnya
“…….”
“Ayah, bisakah
membantuku sesuatu?” tanyanya
“…….”
“Aku ingin mencari
informasi tentang seseorang,”
“…….”
“Seorang gadis bernama
Xiao Xun, mungkin seumuran denganku,”
“…….”
“Baiklah, aku tunggu
kabar baiknya. Sampai jumpa di rumah!” ia pun menutup telponnya dengan senyuman
yang menandakan kalau sebentar lagi kami akan menerima kabar baik
“Ayahku akan segera
mengirimkan pesan tentang gadis itu,” ujar Wei Jin
Drrtt… Drrtt…
Ponsel Wei Jin di atas
meja terlihat bergetar dan itu artinya kami akan segera mengetahui siapa
sebenarnya gadis bernama Zhuo Tian Shi itu.
“Cepat buka pesannya
Wei Jin!” pinta Ming Jie tidak sabaran
Tak
ada gadis bernama Xiao Xun yang seumuran denganmu Wei Jin bahkan nama itu tak
terdaftar dalam kewarganegaraan Taiwan. Sepertinya kau salah menyebutkan nama…
Wei Jin baru saja
selesai membacakan pesan dari ayahnya dan itu membuat kami berempat
membelalakkan mata, sungguh benar-benar aneh. Siapa sebenarnya mereka? Aku
tidak ingin repot-repot mencari tahu tentang gadis itu pada awalnya tapi
setelah mendapat informasi ini membuatku jadi tertarik untuk mencari tahu siapa
sebenarnya gadis bernama Zhuo Tian Shi itu? Aku yakin ketiga sahabatku ini
pasti berpikiran yang sama, sudah terlihat dari raut wajah mereka yang
memancarkan penasaran teramat dalam.
“Sepertinya kita harus
mencari tahu sendiri,” ujar Zi Hong yang langsung disambut anggukan olehku
serta Ming Jie dan Wei Jin
>>>To be continue...
No comments:
Post a Comment