Wednesday 9 October 2013

Autumn Perfection _-_ Chapter 1

Hello, author back... Kali ini aku bawa cerita yang tiap chapternya bakalan panjang banget karena target cuman mau bikin twoshoot atau threeshoot aja. Semoga readers gak bosen yah bacanya ^_^



Title:: Autumn Perfection
Author:: TaraChun
Cast::   Wu Chun as Wu Chun
            You (fangirl) as Zhuo Tian Shi
            Luo Hong Zheng (SpeXial) as Luo Hong Zheng
Other Cast:: all member Fahrenheit, SpeXial, dll
Genre:: Friendship, Thriller, Romance *dikit*
Length:: Twoshoot or Threeshoot *tergantung mood authornya*

Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.

Tian Shi POV

            “WU CHUUNNN,” teriakan histeris para gadis-gadis itu kembali menggema di telingaku tiap kali nama pria yang mereka sebut menampakkan dirinya. Walaupun membuat telingaku hampir pecah tiap mendengar teriakan-teriakan itu tapi entah kenapa selalu membuat jantungku berdebar tak menentu. Yah, aku juga salah satu gadis yang mengidolakannya di kampus ini.

            Bagaimana mungkin seorang gadis tidak mengidolakannya kalau melihat sosok rupawan, pintar, kaya, dan yang paling penting dia anak pemilik universitas ini tapi sayangnya dia itu bad boy. Kenapa aku menyebutnya bad boy? Tentu saja ada alasannya, yang aku dengar dia suka balapan liar, berfoya-foya menghabiskan uang dengan melakukan hal-hal yang tidak penting, dan sering ganti-ganti pacar tiap harinya apalagi yang ia pacari semuanya gadis-gadis cantik dan berkelas.

Satu hal lagi, bersama gengnya yang bernama Fahrenheit itu ia sering sekali ribut dengan geng yang merupakan rival dari kampus kami dan bisa dibilang mereka juga terkenal di kalangan mahasiswa-mahasiswi seluruh universitas di Taipei, setahuku nama geng mereka itu SpeXial.

Kalau ditanya kenapa aku masih saja mengidolakannya padahal dia itu bad boy, entahlah aku tak tau jawabannya. Mungkin karena pesonanya apalagi tiap kali ia tersenyum pada gadis-gadis yang menjadi pacarnya itu. Sebenarnya aku cemburu tiap kali melihat Wu Chun bermesraan dengan gadis-gadis itu tapi apa boleh buat? Aku bukan siapa-siapa disini dan tak akan pernah bisa menjadi pacarnya yang memang hanya menyandang status ‘pacar Wu Chun’ hanya satu hari, begitulah.

“WU CHUUNNN,” suara teriakan itu semakin keras saja terdengar di telingaku. Apa jangan-jangan? Astaga, benar dia sekarang berada di koridor ini dan berjalan ke arahku. Aish, bagaimana ini? Jantungku kembali berdebar dan sekarang sangat kencang. Sebenarnya bukan ke arahku, lebih tepat dibilang dia akan lewat koridor ini dan seperti biasa diikuti oleh tiga teman segengnya. Dia… mereka… semakin dekat denganku. Oh gawat, benar-benar menegangkan. Sepertinya kakiku mulai lemas sekarang, bertahanlah Tian Shi!

Chuu

Apa ini? Kenapa rasanya lembut dan hangat sekali? Benarkah yang terjadi sekarang ini? Wu Chun menciumku, ciuman pertamaku diambil olehnya. Mataku terbelalak seketika begitu menyadari yang terjadi saat ini, teriakan-teriakan itu menghilang, hening. Sesak sekali, aku tak bisa bernafas. Apa yang harus kulakukan sekarang? Kenapa lama sekali ia melepaskan ciuman ini? Jujur saja, aku tidak berani melepasnya atau melakukan apapun padanya. Mungkinkah aku akan pingsan sekarang karena kehabisan nafas?

Akhirnya terlepas juga, aku berusaha mengambil udara sebanyak-banyaknya. Ia tersenyum padaku “Xiexie,” lalu pergi begitu saja. Sekarang aku yakin, wajahku sudah seperti kepiting rebus.

Tanpa kusadari banyak pasang mata yang menatapku penuh kebencian, benar saja setelah yang terjadi barusan pasti hidupku tidak akan nyaman lagi. Mereka, gadis-gadis itu perlahan berjalan mendekatiku dengan tatapan bernafsu seperti ingin memakan mangsanya. Aku hanya bisa mundur hingga sekarang posisiku sudah menempel di tembok dan tak akan bisa kabur lagi. Mereka menghimpitku dan sekarang tak ada yang bisa menolongku, cukup pasrah dan menerima apa yang akan terjadi padaku selanjutnya.

“KAU! Dasar wanita penggoda!” bentak salah seorang dari mereka

“Beraninya kau mencuri ciuman Chun ge,” sahut yang lainnya

PLAKKK

Perih, itu yang kurasakan saat ini begitu sebuah tamparan mendarat mulus di pipi kiriku dan ternyata ada darah yang keluar dari sudut bibirku. “Arrgghhh,” pekikku begitu ada yang menjambak rambutku.

“Kau tidak akan bisa hidup tenang setelah ini!” bentak seorang gadis yang aku tahu bernama Shao Han

“Tak akan pernah bisa tenang!” tambah temannya bernama Yi Chen penuh penekanan

“Ingat itu!” ancam Cheng Lin

“Semua bubar!” perintah Fu Zhen

Mereka pun pergi meninggalkanku yang masih terpaku memikirkan bagaimana nasibku selanjutnya. Yah, empat gadis-gadis itu juga merupakan geng wanita yang paling disegani oleh seluruh mahasiswa-mahasiswi kampus ini. Karena apa? Tentu saja karena mereka berempat cantik dan pastinya kaya sedangkan aku? Gadis bernama Zhuo Tian Shi seorang mahasiswi jurusan kedokteran yang bisa masuk universitas elit ini dengan mengandalkan otakku dan berhasil mendapat beasiswa hingga sekarang tinggal menyisakan 2 semester lagi maka aku akan lulus.

Author POV

Terlihat gadis cantik bermata coklat dengan rambut dikuncir kuda tengah duduk di taman belakang kampus, menenangkan pikiran dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Ia memejamkan mata sambil mendengarkan lagu dari ipod miliknya. Tiap kali mendapat masalah maka ia akan datang ke taman dan duduk di bawah pohon maple apalagi saat ini awal musim gugur yang merupakan musim favoritnya. Dengan setia gadis itu setiap hari di musim gugur akan datang ke taman untuk menyaksikan pohon maple yang perlahan daun-daunnya akan berubah warna menjadi sangat indah ditambah angin yang membawa kesejukan.

“Tian Shi,” suara seorang wanita memanggil namanya sambil berlari kecil “Zhuo Tian Shi xiao jie, ni ting ma?” teriak wanita itu lagi dengan nafas memburu tepat di depan gadis yang sedang memejamkan matanya

Perlahan ia membuka mata dan melihat sahabatnya kini berada tepat di hadapannya “Eh Xiao Xun sejak kapan kau disini?” tanya Tian Shi dengan polosnya

“Sudahlah, pertanyaanmu itu tidak penting,” jawab Xiao Xun terlihat cukup gelisah “Kau… Benarkah Wu Chun menciummu di hadapan anak-anak sekampus?” tanya Xiao Xun ragu

“Begitulah,” jawab Tian Shi lemas

“Aish… Kenapa bisa begitu dan astaga wajahmu kenapa?” Xiao Xun mulai panik melihat pipi Tian Shi terdapat tanda bekas tamparan

“Tak perlu dibahas lagi,” ujar Tian Shi yang benar-benar tidak ingin mengingat kejadian itu

Zhidao le,” sahut Xiao Xun, ia tahu sahabatnya tak akan memperdulikan masalah ini “Tapi…” ucapan Xiao Xun menggantung dan membuat Tian Shi menoleh ke arahnya. “Mulai detik ini kau harus berada dekat denganku karena aku yakin mereka pasti akan lebih menyakitimu,” lanjut Xiao Xun berharap jawaban yang memuaskan dari sahabatnya itu

“Terserah kau saja,” jawab Tian Shi seadanya tapi bisa membuat Xiao Xun menarik kedua sudut bibirnya menjadi senyuman bahagia. Yah, Xiao Xun tidak ingin terjadi apa-apa pada sahabat yang sangat ia sayangi apalagi kalau sudah berkaitan dengan keselamatannya

Hari semakin sore dan kuliah pun selesai, Tian Shi buru-buru pergi untuk mulai bekerja part time di sebuah toko roti demi membiayai hidupnya sendiri. Gadis ini sejak kecil sudah tinggal di panti asuhan sejak berumur 3 tahun karena kedua orang tuanya tewas dalam kecelakaan saat mereka bertiga baru saja pulang dari mengunjungi makam neneknya. Sejak masuk SMA, ia mulai bekerja part time dan berusaha untuk mandiri karena tidak selamanya ia akan tinggal di panti.

Tian Shi adalah gadis yang pandai, baik, ceria, dan cuek. Ia tidak terlalu mempedulikan apa yang terjadi padanya kecuali sesuatu yang menyangkut masa depannya. Kalau hanya disiksa oleh fans-fans Wu Chun seperti tadi menurutnya itu hanyalah suatu insiden kecil yang mungkin akan ia alami terus hingga lulus dari universitas.

Huanying,” sapa Tian Shi begitu terdengar bunyi lonceng tiap kali pintu toko terbuka dan  ia akan dengan senang hati melayani serta tersenyum ramah pada tiap pelanggan.

Toko roti tempat dimana Tian Shi bekerja selalu ramai oleh pelanggan karena apa? Tentu saja pelayanan yang memuaskan apalagi rata-rata pelanggan di toko roti itu kebanyakan dari kalangan atas yang bisa dibilang tidak sombong. Bahkan mereka selalu menyempatkan diri tiap hari datang ke toko itu hanya untuk membeli roti dan mendapat sapaan senyum hangat dari Tian Shi. Yah, pelanggan-pelanggan itu sangat menyukai pelayanan Tian Shi apalagi senyumannya bahkan tak banyak dari ibu-ibu kalangan atas itu yang ingin Tian Shi untuk menjadi menantunya. Benar kan mereka semua sengat baik dan tidak sombong.

Ni hao, Bibi Huang ingin roti seperti biasanya?” tanya Tian Shi begitu melihat wanita yang kira-kira berumur 40 tahunan berada di hadapannya.

“Yupz,” jawab wanita itu sambil tersenyum

“Hai Tian Shi,” sapa seorang pelanggan lainnya yang sudah berada tepat di samping Bibi Huang

Ni hao Bibi Luo,” balas Tian Shi dengan senyumnya

“Kau ini makin hari makin cantik saja,” puji Bibi Luo membuat pipi Tian Shi memerah “Hari ini aku ingin makan roti dan minum kopi disini saja, tolong bawakan 2 ya karena putraku juga akan datang sebentar lagi,” tambahnya dan berjalan ke arah tempat duduk yang masih kosong

“Ini milikmu bibi Huang,” ujar Tian Shi memberikan pesanan dari langganannya

Dari luar toko terdengar beberapa suara motor yang cukup bisa merusak telinga dan tak lama kemudian bunyi lonceng terdengar. “Huanying,” ujar Tian Shi tanpa menoleh ke arah pintu karena masih sibuk mengembalikan uang Bibi Huang

Terdengar suara-suara bisikan dari gadis-gadis seumurannya begitu bunyi lonceng berbunyi. Yah, ada 4 orang pria seumuran mereka yang masuk ke toko roti tersebut. “Ini kembaliannya bibi,” ujar Tian Shi memberikan kembalian Bibi Huang

“Eh, Wei Jin? Sedang apa kau disini?” tanya Bibi Huang dan membuat Tian Shi pun seketika terlonjak begitu mendengar Bibi Huang memanggil nama salah seorang dari 4 pria yang baru saja masuk ke toko roti

“Ehmm, aku hanya menemani teman-temanku. Ibu sendiri?” tanya Wei Jin pada Bibi Huang yang tak lain adalah ibunya dan sukses membuat Tian Shi membulatkan matanya

“Ibu baru habis membeli roti, di sini toko roti langganan ibu yang sering kau makan,” jawab Bibi Huang sambil tersenyum ke arah anaknya

“Hong Zheng!” teriak salah seorang wanita dari tempat duduknya yang tak lain adalah Bibi Luo sambil melambai-lambaikan tangan sedangkan nama pria yang di panggil pun langsung berjalan menuju tempat Bibi Luo

“Sudahlah, ibu pulang dulu ya!” ujar Bibi Huang dan Wei Jin hanya mengangguk membalas senyum ibunya.

Mereka masih menjadi pusat tontonan oleh para gadis-gadis dalam toko roti tersebut termasuk Tian Shi tanpa berkedip. “Tian Shi, bibi pulang dulu ya!” ujar Bibi Huang membangunkan gadis itu dari bengong hasil ketidakpercayaannya dan segera mengangguk sambil tersenyum.

“Ibu sudah lama menunggu?” tanya pria bernama Hong Zheng yang tadi dipanggil oleh Bibi Luo

“Tidak, ibu juga baru sampai dan sudah memesan roti untukmu tapi ternyata kau malah mengajak teman-temanmu juga. Kalau begitu tunggu sebentar ya, ibu pesankan lagi untuk teman-temanmu ini!” ujar Bibi Luo lembut

“Biar aku saja, ibu duduklah!” sahut Hong Zheng seraya melangkahkan kakinya ke arah Tian Shi yang masih menatapnya tak percaya dengan yang sedang terjadi saat ini “Aku pesan tambahan 3 lagi dan antarkan ke meja itu,” sambil menunjuk ke arah Bibi Luo dan teman-temannya duduk

“Baiklah, silakan tunggu sebentar,” jawab Tian Shi ramah

Sungguh kejadian yang tak diduga ternyata 2 orang langganan Tian Shi adalah ibu dari 2 orang anggota geng SpeXial dan terlebih lagi mereka adalah musuh Wu Chun, lebih tepatnya Fahrenheit yang merupakan idolanya di kampus dan tadi pagi Wu Chun juga mengambil ciuman pertamanya “Astaga,” gumam Tian Shi sangat pelan dan tak terdengar oleh siapapun yang berada dalam toko roti tersebut

Tak lama kemudian, pesanan mereka pun datang “Ini pesanan anda Bibi Luo, selamat menikmati!” ujar Tian Shi ramah tanpa melupakan senyuman yang selalu ia lontarkan

Xiexie Tian Shi,” ujar Bibi Luo membalas senyuman Tian Shi

“Kalau begitu saya permisi dulu,” Tian Shi pun meninggalkan Bibi Luo beserta SpeXial

“Deng yi xia la Tian Shi,” panggil Bibi Luo membuat Tian Shi berbalik seketika menatapnya bingung “Duduklah!” pinta Bibi Luo

“Hah?” Tian Shi masih tetap berdiri sambil mengangkat salah satu alisnya, bingung dan gugup itulah yang Tian Shi rasakan

Bibi Luo tersenyum melihat ekspresi Tian Shi seperti itu kemudian ia berdiri dan menarik Tian Shi lembut untuk duduk di sampingnya “Bibi ingin mengenalkanmu dengan putraku,” ujar bibi Luo seketika membuat Tian Shi membulatkan matanya.

“Ehmm, aku sudah mengenal putra bibi dan teman-temannya juga,” jawab Tian Shi ramah sambil tersenyum

“Jadi kalian sudah saling mengenal ya?” tanya bibi Luo dan sontak Tian Shi langsung menggeleng

“Mereka tidak mengenalku tapi aku yang mengenal mereka,” ujar Tian Shi. “Mereka sudah terkenal di kalangan anak-anak muda seperti kami, hehehe,” lanjutnya sambil tertawa kecil karena gugupnya duduk di antara pria-pria tampan dari geng SpeXial

“Oh jadi anakku terkenal di kalangan anak muda ya?” goda Bibi Luo pada Hong Zheng “Sepertinya aku terkesan benar-benar sudah tua,” lanjutnya sambil berpura-pura kesal

“Aish, bukan begitu maksudku Bibi Luo,” ujar Tian Shi merasa sedikit bersalah dan jadi salah tingkah. “Bibi masih cantik kok walaupun memang sudah sedikit tua,” tambahnya dengan memasang wajah innocent sambil terkekeh pelan

Sementara keempat pria yang sedari tadi duduk bersama mereka hanya bisa bengong dan menyaksikan kedua perempuan itu tengah bersenda gurau sambil sesekali tertawa bahkan bibi Luo sampai lupa tujuan awalnya untuk mendekatkan Hong Zheng dengan Tian Shi.

“Apakah kami bisa pergi sekarang? Roti dan minuman kami sudah habis,” ujar Hong Zheng datar sekaligus kesal karena sedari tadi tidak di perhatikan oleh ibunya

Mendengar ucapan putranya membuat Bibi Luo baru sadar kalau ternyata ia tidak hanya sedang berdua dengan Tian Shi. “Hahaha… Ibu lupa kalau ada kalian juga,” jawab bibi Luo dengan polosnya

“Hmm, kalau begitu saya permisi kerja lagi ya bibi,” Tian Shi pun pamit dan berniat untuk bangun sebelum akhirnya ditahan lagi oleh bibi Luo

“Oh ya, hampir lupa. Sebenarnya aku memang ingin mengenalkan kalian berdua tapi ternyata Tian Shi sudah mengenalmu bahkan teman-temanmu. Jadi Hong Zheng maukah kau berteman dengan Tian Shi?” tanya Bibi Luo pada anaknya dan kembali membuat Tian Shi membulatkan matanya

“Bisa mati aku kalau sampai dekat dengan mereka,” batin Tian Shi

“Ibu hanya tidak mau keduluan dari yang lain,” lanjutnya dan membuat keempat pria dihadapannya kini menganga tak mengerti atau mungkin tak percaya dengan maksud arah dan tujuan perkataan wanita paruh baya ini.

Seketika pandangan keempat pria itu juga mengarah pada Tian Shi dan membuatnya menundukkan kepala karena takut dan yang pasti dia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian.

“Tian Shi xiaojie, kau kuliah dimana?” tanya salah seorang anggota geng SpeXial yang berambut pirang dan terkenal dengan julukan ‘Flower Boy’ karena dia sangat peka dengan perasaan wanita, Xu Ming Jie.

“Aku kuliah di… hmmm…” Tian Shi sangat takut untuk menjawab dan itu membuat keempat pria ini semakin yakin dengan pikiran mereka

“Sudahlah tak perlu kau jawab, kami sudah tau jawabannya,” ujar pria yang ia tahu namanya Zi Hong

Bibi Luo yang melihat keanehan antara Tian Shi dengan Hong Zheng serta teman-temannya hanya bisa diam, lebih tepatnya tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi di dunia anak muda saat ini.

“Kalau begitu aku permisi dulu,” ujar Tian Shi membungkukkan badan dan kembali pada tugasnya

“Kalian anak muda ini benar-benar membuatku bingung. Sudahlah, sekarang ibu mau pulang dulu,” ujar Bibi Luo meninggalkan SpeXial yang masih duduk di tempatnya seraya membayar makanannya. “Tian Shi, bibi pulang dulu ya.”

 Hanya senyumanlah yang bisa Tian Shi lontarkan sambil mengangguk pelan dan Bibi Luo pun menghilang dari balik pintu toko roti tersebut.

“Sepertinya ibumu menyukai gadis itu,” ujar pria imut yang dikenal bernama Huang Wei Jin, putra dari Bibi Huang yang merupakan salah satu langganan Tian Shi

“Aku rasa ibumu juga menyukainya,” balas Hong Zheng, putra Bibi Luo

Ting… Ting… Lonceng toko roti itu pun kembali berbunyi dan kini muncul dua orang wanita paruh baya yang merupakan langganan toko roti itu juga.

Huanying Bibi Lin, Bibi Xu,” sapa Tian Shi dengan senyumnya

“Baru beberapa hari tidak ke toko roti ini aku sudah merindukanmu Tian Shi, hehehe…” ujar Bibi Lin dan membuat Tian Shi tersenyum malu

“Yah, benar sekali. Padahal kami baru saja pulang liburan dan langsung memutuskan untuk kesini. Oh ya, kami juga ada oleh-oleh untukmu,” tambah Bibi Xu dan berhasil membuat pipi Tian Shi semakin merona karena malu

Xiexie Bibi Lin, Bibi Xu,” sahut Tian Shi. “Pesanannya seperti biasakah? Bibi mau makan disini atau dibawa pulang?” tanya Tian Shi lagi

“Hmm, kebetulan kami sangat lapar jadi makan disini saja,” jawab Bibi Lin sambil memegang perutnya

“Baik, akan segera aku antarkan,” jawab Tian Shi

Kedua bibi itu pun mencari tempat duduk yang masih kosong tanpa memperhatikan sekitar. Sementara keempat pria yang masih duduk di tempatnya tadi hanya melongo sambil menggeleng-gelengkan kepala mereka.

“Bahkan ibu kalian berdua pun sepertinya menyukai gadis itu,” ujar Wei Jin tanpa sadar dan masih sama seperti ketiga temannya memperhatikan Tian Shi yang sedang menyiapkan pesanan untuk Bibi Lin dan Bibi Xu.

“Kenapa bisa seperti ini ya?” tanya Hong Zheng seakan tidak percaya dan mengalihkan pandangannya dari Tian Shi seraya menatap satu per satu teman-temannya yang masih memperhatikan Tian Shi. “Hei, berhentilah memasang wajah bodoh seperti itu! Ingat kita itu SpeXial!” bentak Hong Zheng pelan agar tak terdengar oleh para pengunjung lainnya dan itu sukses membuat ketiga temannya sadar

“Kalian tahu?” tanya Ming Jie menggantungkan perkataannya. Ketiga temannya beralih menatap Ming Jie menanti kalimat selanjutnya. “Ibuku baru pulang liburan dari luar negeri sekarang dan ia belum menghubungiku sama sekali tapi langsung datang ke tempat ini hanya untuk melihat dan mengatakan merindukan gadis itu. Padahal padaku saja dia tidak pernah mengatakan kata-kata manis seperti itu,” lanjutnya dan membuat teman-temannya membelalakkan mata mereka.

“Sama sepertiku,” tambah Zi Hong lemas

Keempat pria itu kembali memperhatikan Tian Shi yang berjalan ke arah Bibi Lin dan Bibi Xu, mengantarkan pesanan mereka.

“Sepertinya kita memang harus menyelidiki gadis ini,” ujar Zi Hong dan mendapat anggukan setuju dari ketiga temannya

“Sudahlah, ayo pergi!” ajak Hong Zheng diikuti oleh teman-temannya

Baru beberapa langkah beranjak dari meja mereka tadi, “Ming Jie.. Zi Hong,” panggil Bibi Lin dan Bibi Xu secara bersamaan dan membuat keempat pria itu berhenti lalu membalikkan tubuh mereka ke arah suara itu

“Aku yakin kita akan lebih lama di tempat ini,” ujar Wei Jin dan mendapat anggukan pelan dari teman-temannya

“Ibu,” sahut Ming Jie dan Zi Hong bersamaan lalu mendekati kedua wanita paruh baya itu

“Kalian sudah lama disini?” tanya Bibi Xu

“Begitulah!” jawab Ming Jie singkat “Ibu sendiri kenapa tidak menghubungiku dan langsung kesini?” tanya Ming Jie setenang mungkin

“Kami hanya merindukan gadis itu,” jawab Bibi Xu tersenyum dan memasang wajah innocent

“Tian Shi, kemarilah!” panggil Bibi Lin dan membuat gadis itu tersentak begitu menyadari kalau ternyata SpeXial masih berada di toko roti ini karena memang dari tadi ia terlalu sibuk melayani pelanggan

Perlahan tapi pasti dengan memberanikan diri walau gugup, ia menghampiri meja Bibi Lin dan Bibi Xu. Sekali lagi gadis ini berada di tengah-tengah SpeXial, empat orang pria yang menurutnya cukup menakutkan walaupun sebenarnya mereka tampan menurut Tian Shi.

“Ada apa?” tanyanya gugup tapi tetap berusaha tersenyum

“Kau kenapa Tian Shi? Apa kau sakit?” tanya Bibi Lin penuh perhatian dan Tian Shi hanya bisa menggeleng pelan

“Kenapa wajahmu keliatan pucat begitu?” tambah Bibi Xu

“Aku tidak apa-apa hanya sedikit lelah saja, hari ini lumayan banyak pelanggan yang datang,” jawab Tian Shi tetap mempertahankan senyumnya “Sebenarnya aku gugup sekali,” batin Tian Shi

“Seharusnya kau istirahat dulu sebentar, jangan sampai sakit karena kelelahan,” ujar Bibi Lin dan mendapat anggukan dari Bibi Xu sementara SpeXial terus saja memperhatikan Tian Shi

“Yah, jangan sampai calon dokter kita ini sakit karena tak memperhatikan kondisi tubuhnya sendiri,” tambah Bibi Xu dan sontak membuat SpeXial membelalakkan mata mereka serta saling melihat satu sama lain

“Oh ya, kenalkan ini anak bibi namanya Lin Zi Hong dan yang berambut pirang itu anak Bibi Xu namanya Xu Ming Jie,” ujar Bibi Lin sambil menyenggol lengan putranya

Zi Hong melirik sepintas ibunya lalu tersenyum kecil. “Aku Zi Hong,” ia pun mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Tian Shi

“Zhuo Tian Shi,” balas Tian Shi sambil tersenyum manis

Ni hao, wo shi Ming Jie,” ujar Ming Jie ramah sambil mengulurkan tangannya dan disambut oleh Tian Shi sama seperti Zi Hong sambil tersenyum ramah

“Kalian berdua tidak mau kenalan dengan Tian Shi juga?” tanya Bibi Xu pada Hong Zheng dan Wei Jin

“Aku Huang Wei Jin,” ia pun mengulurkan tangannya

“Luo Hong Zheng,” sambil menatap tajam Tian Shi kemudian mengulurkan tangannya

Mereka pun berkenalan dan membuat kedua wanita paruh baya itu tersenyum bahagia

“Oh ya Tian Shi, bagaimana keadaan anak-anak itu?” tanya Bibi Lin

“Benar sekali, aku juga sangat merindukan mereka, sudah lama tidak berkunjung kesana,” lanjut Bibi Xu

“Mereka semua sangat baik dan sehat-sehat saja. Aku yakin mereka juga merindukan bibi,” jawab Tian Shi

Entah kenapa SpeXial semakin penasaran dengan kehidupan Tian Shi sebenarnya dan kenapa ia bisa sangat akrab dengan ibu mereka.

“Anak-anak?” tanya SpeXial kompak sambil melirik kedua wanita paruh baya itu

“Yah, anak-anak panti asuhan tempat Tian Shi tinggal selama ini,” jawab Bibi Xu

“Kami sering berkunjung kesana,” tambah Bibi Lin

“Hmm, maaf aku permisi dulu,” ujar Tian Shi dengan nada suara sedikit bergetar. Yah, ia selalu sedih jika menyangkut panti karena mengingat kedua orang tuanya

Bibi Lin dan Bibi Xu hanya mengangguk pelan, mereka tahu salah membicarakan ini apalagi di depan Tian Shi. Sementara SpeXial dibuat semakin penasaran oleh gadis itu.

“Astaga! Harusnya kita tidak membahas itu tadi,” ujar Bibi Lin merasa bersalah

“Aku benar-benar lupa Tian Shi sangat sensitif dengan hal-hal itu,” tambah Bibi Xu yang juga merasa bersalah

Mendengar pembicaraan kedua wanita paruh baya itu lagi-lagi membuat SpeXial saling menatap satu sama lain lalu mengangguk mengerti dengan maksud tatapan mereka.

“Kami pergi dulu, sampai bertemu di rumah,” pamit Zi Hong pada kedua wanita paruh baya itu seraya menundukkan kepala sejenak diikuti oleh teman-temannya yang lain

“Hati-hati ya, jangan pulang terlalu malam,” ujar Bibi Lin sambil melontarkan senyumnya

Keempat pria itu pun keluar dari toko roti dan seketika suasana dalam toko roti itu kembali seperti semula karena saat ada SpeXial di dalam membuat anak-anak muda disana hanya bisa diam

SpeXial masih berada di luar toko roti sambil memperhatikan gadis yang membuat mereka masih penasaran sampai saat ini, alasan yang paling utama adalah bagaimana bisa ibu mereka sangat akrab dan menyayangi gadis itu?

“Kalian tahu tugas masing-masing?” tanya Hong Zheng yang merupakan leader dari SpeXial pada ketiga temannya dan dibalas anggukan dari mereka. “Baguslah, cari informasi sebanyak dan selengkap mungkin!” perintahnya

“Sebaiknya kita pergi sekarang!” ajak Ming Jie seraya naik ke motor gedenya begitupun dengan yang lain

Wu Chun POV

Gadis itu kenapa bisa berekspresi seperti tadi ya? Tapi dia benar-benar aneh dan lucu sekali kalau sedang terkejut, apa jangan-jangan itu ciuman pertamanya?

“Chun, kau kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri?” tanya Da Dong padaku dengan ekspresi penasarannya yang selalu ingin tahu urusan orang

Aku tidak menggubris pertanyaan Da Dong, kalau sudah meladeni rasa ingin tahunya itu semua pasti akan panjang

“Menurutku kau tadi sedikit keterlaluan Chun,” kini si dingin Ya Lun mulai angkat bicara dan aku yakin akan mengarah ke hal-hal yang serius

“Aish, aku tadi hanya ingin mencari kesenangan saja, apa kau tidak lihat ekspresinya saat terkejut itu lucu sekali,” jawabku menanggapi ucapan Ya Lun

Ya Lun menggelengkan kepalanya, “Apa kau tidak memikirkan bagaimana reaksi para fans-fans gilamu itu dan apa yang akan terjadi padanya? Kau tahu kan tadi kau menciumnya di depan anak-anak sekampus dan menjadi tontonan para fansmu yang ganas itu,” ujarnya panjang lebar. Baru kali ini Ya Lun terlihat mengkhawatirkan seseorang sampai seperti itu tapi sepertinya memang benar apa yang diucapkan.

“Sudahlah jangan dipikirkan! Kau terlalu berlebihan menanggapinya Lun,” ujarku tak perduli

“Hmm Chun, bagaimana rasanya?” tanya Yi Ru, playboy yang sekaligus jadi sainganku juga tapi kalau masalah perempuan hanya dia yang selalu sependapat denganku

“Manis dan lembut,” jawabku singkat

“Aku jadi ingin mencobanya juga,” tambahnya

“Wei, awas kalau kau berani! Dia itu sasaranku selanjutnya,” ujarku singkat menatap tajam playboy gila ini

“Jadi yang kalian bicarakan dari tadi itu gadis yang kau cium hari ini di kampus Chun? Menurutku dia gadis baik-baik bukan seperti gadis-gadis yang kau pacari setiap harinya,” ujar Da Dong yang membuatku sedikit tercengang mendengar ucapannya begitupun Yi Ru

“Wang Da Dong, kau tidak salah minum obat hari ini kan?” tanya Yi Ru sambil memegang dahi Da Dong

“Aishh… Kalian berdua ini menyebalkan sekali tapi memang benar yang aku katakan. Gadis itu anak kedokteran dan mendapat beasiswa selama kuliah jadi aku yakin dia gadis baik-baik,” jelas Da Dong membuatku dan Yi Ru kembali heran

“Seperti yang dikatakan Da Dong tadi, kau sudah keterlaluan!” lanjut Ya Lun

“Aku tidak mau bahas ini lagi!” bentakku

Masalah gadis itu aku lebih tahu daripada kalian jadi aku juga mengerti dengan apa yang harus kulakukan nantinya. Lebih baik aku memuaskan diri minum sebanyak-banyaknya daripada terus mendengarkan ocehan dua pria menyebalkan ini.

“Apa kau yakin?” tanya Yi Ru tiba-tiba, aku langsung menaruh gelas di atas meja

“Menurutmu?” aku pun balik bertanya dengan senyuman yang mungkin tak bisa diartikan bahkan terkadang mereka mengatakan aku ini evil tiap lagi tersenyum seperti ini

Rasanya mataku benar-benar berat, sekarang aku sedang dalam perjalanan pulang dan entah kenapa pandanganku tiba-tiba tak fokus pada jalanan di depan. “Gadis itu? Sedang apa dia bersama mereka?”

Sekarang aku benar-benar tak bisa berpikir jernh, mataku benar-benar berat jadi lebih baik aku cepat sampai rumah dan merebahkan tubuhku di ranjang yang empuk, membayangkannya saja membuatku sangat semangat. Besok saja aku cari tahu terntang mereka.

Tian Shi POV

Hawa hari ini entah kenapa membuatku merasa sedikit aneh, sepertinya ada sesuatu di dalam sana sedang menunggu sarapan. Sampai sekarang aku masih berdiri di gerbang, menunggu seseorang yang katanya akan selalu melindungiku jadi aku harus sering bersamanya.

“Tian Shi,” panggil seseorang yang sangat kukenal suaranya dan memang tidak salah lagi itu suara Xiao Xun sedang berlari ke arahku

“Kau ini lama sekali,” ujarku dengan nada dibuat-buat agar tedengar kesal tapi mana bisa aku kesal dengan gadis ini, ia satu-satunya sahabatku

“Aish, kau menyebalkan sekali. Aku kan sudah lari-larian tadi, sekarang aku benar-benar lapar dan haus,” sahutnya menatapku kesal

Melihatnya seperti ini benar-benar tidak tega, aku hanya bisa tersenyum. Sungguh beruntung sekali aku bisa memiliki sahabat sepertinya. “Ya sudah, ayo ke kantin!” ajakku

Sejak menginjakkan kaki di halaman kampus ini hingga sekarang menuju kantin, banyak pasang mata yang menatap sinis padaku bahkan tak jarang dari mereka mengejekku dengan kata-kata kasar dan ada juga yang menatapku seakan melihat makhluk menjijikan.

“Sudahlah, jangan kau perdulikan mereka!” bisik Xiao Xun yang terus menggenggam tanganku. Yah, dia memang paling mengerti kalau sekarang aku cukup gugup dan takut dengan keadaan seperti ini.

Akhirnya kami sampai di kantin dengan selamat dan memesan menu sarapan seperti biasanya. Namun, aku tak yakin kalau benar-benar selamat. Ada 4 orang wanita yang berjalan ke arahku, mereka Shao Han, Yi Chen, Cheng Lin, dan Fu Zhen. Entahlah apa yang akan mereka lakukan tapi yang bisa kupastikan hal buruk akan terjadi. Aku menatap Xiao Xun penuh arti ‘bagaimana ini?’ itulah maksud tatapanku dan ia membalas tatapanku seakan mengatakan ‘tenanglah!’ sambil menggenggam tanganku.

“ZHUO TIAN SHI!” bentak salah seorang dari mereka yang aku tahu itu suara Cheng Lin tapi sungguh aku tak berani melihat kea rah mereka yang jaraknya semakin dekat

“Ternyata kau masih berani menginjakkan kaki di kampus ini, hah?” ujar Shao Han dan sekarang ia sudah berada di hadapanku bersama ketiga temannya

Author POV

Seketika suasana kantin berubah sedikit mencekam, tak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun. Fu Zhen menarik Tian Shi dan menyeretnya ke tengah-tengah kantin yang bisa dibilang cukup besar dan banyak yang sedang makan disana sehingga mereka menjadi pusat perhatian.

“Hebat juga kau ternyata belum mengundurkan diri dari sini,” ujar Yi Chen geram melihat Tian Shi yang memasang wajah polosnya

“Aku benar-benar muak melihatmu sok bersikap polos seperti itu padahal kau tak lebih dari WANITA PENGGODA yang menjijikkan,” ujar Fu Zhen membuat Xiao Xun kesal melihat sahabatnya hanya menunduk pasrah dihina dan diperlakukan seperti itu

“Hei kau WANITA JAHAT benar-benar menyebalkan sekali! Kau tidak berhak menghina Tian Shi seperti itu!” bentak Xiao Xun

“Ternyata ada pahlawan kesiangan, hahahaha… Aku tak mengerti kenapa di dunia ini masih ada yang mau berteman dengan wanita seperti dia,” ujar Shao Han sambil mengeleng-gelengkan kepalanya

“Menurutku, mereka itu sama-sama menjijikkan jadi tak ada salahnya kalau mereka berteman, hahahaha…” lanjut Yi Chen tertawa puas disertai tawa dari ketiga temannya dan kali ini sepertinya ucapan Yi Chen cukup membangunkan tidur seekor singa betina

Byuurrr…..

Suasana kantin semakin menegang setelah apa yang terjadi barusan.Yah, dengan mengumpulkan seluruh keberaniannya Tian Shi mengambil minuman dari meja yang berada di dekatnya dan menyiramkan tepat ke wajah Yi Chen.

“KAU?!” bentak Yi Chen seakan tak percaya dengan yang baru saja terjadi pada dirinya

“Kau boleh saja menghinaku atau apapun yang ingin kau lakukan padaku tapi jangan pernah coba-coba untuk menyakiti ataupun menghina sahabatku!” ujar Tian Shi meninggikan nada bicaranya

Wu Chun POV

“Apa kalian tidak merasa ada sesuatu yang aneh?” tanya Yi Ru tiba-tiba membuat kami menghentikan langkah untuk berpikir sejenak

“Sepertinya memang ada sesuatu yang ganjil,” lanjut Da Dong ditambah anggukan oleh Ya Lun

“Hmm, apa ya?” pikirku

Begitu menyadari sesuatu dan sepertinya kami memang sehati atau sepikiran membuat kami langsung saling menatap satu sama lain.

“Dimana para fans kita? Terutama fansmu Chun yang selalu berteriak histeris bahkan saat mobil kita baru saja masuk gerbang,” tanya Da Dong sambil melihat ke sekeliling kami dan benar-benar sepi

“Apa hari ini libur ya? Tapi sepertinya tidak ada acara khusus yang spesial sampai harus libur pada hari ini,” ujar Ya Lun yang sekarang seperti orang bodoh karena terkadang sifat dingin dan cueknya itu membuat Ya Lun terlihat polos dan bisa dibilang bodoh juga sih

Kami berempat masih mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru koridor ini tapi benar-benar kosong bahkan saat aku dan yang lainnya menyusuri kampus benar-benar tak terlihat satu orang pun yang berkeliaran.

“Apa ada yang kita lewatkan?” tanya Yi Ru dengan nada suara penuh keraguan membuatku dan yang lain menoleh ke arahnya. Pandangan Yi Ru tertuju pada beberapa orang yang tengah berlari menuju ke arah kantin

“Sepertinya ada yang tidak beres,” tambah Ya Lun sambil menatap tajam ke arahku.

Entahlah apa yang sebenarnya terjadi tapi pikiranku tiba-tiba melayang ke gadis yang tadi malam aku lihat saat pulang sedang bersama dengan 4 orang pria menyebalkan. Seakan mengerti pikiran Ya Lun, aku pun menghilangkan dulu kejadian semalam dari otakku dan mengajak mereka menuju kanti untuk mencari jawaban sebenarnya apa yang sedang terjadi.

Byuurrr…..

Begitu tiba di kantin, aku dikagetkan dengan pemandangan yang baru saja terjadi dan memang sedikit mengejutkan. Sekarang aku merasa hawa kantin sangat panas apalagi terlihat dari ekspresi orang-orang disini yang mungkin saja sudah menonton sejak tadi. Aku dan ketiga temanku ini hanya bisa menonton dengan penuh rasa takjub dan sesekali senyuman tercipta dari bibir kami.

“KAU?!” bentak Yi Chen pada gadis di hadapannya

“Kau boleh saja menghinaku atau apapun yang ingin kau lakukan padaku tapi jangan pernah coba-coba untuk menyakiti ataupun menghina sahabatku!” ujar gadis yang baru saja menghebohkan kantin dengan tidakannya

PLAAKKK

Suara sangat keras tercipta dari tangan Yi Chen yang menampar dengan keras pipi gadis itu hingga membuat kacamata yang ia gunakan terlepas dan kulihat gadis itu terjatuh dengan sudut bibirnya mengeluarkan darah. Aku yakin pasti akan menimbulkan bekas kemerahan dan sangat perih di pipi mulusnya.

“Tian Shi!” teriak seorang gadis lain yang aku yakini itu pasti temannya, ia menoleh sepintas ke arah gadis bernama Tian Shi kemudian melayangkan tatapan tajam pada Yi Chen. “Kau… berani sekali menampar sahabatku,” pekiknya geram, bisa kulihat sekarang wajahnya memerah pasti karena emosi dan amarah yang sudah sampai pada puncaknya

“Lalu kau mau apa, hah?” tantang Cheng Lin yang kali ini ikut bicara, gadis itu menyeringai dan sedikit menyeramkan menurutku

“Mauku? Sederhana sekali!” bentaknya tepat di depan wajah Cheng Lin dan yang pasti akan menyulut emosi Shao Han sebagai leader dari geng gadis-gadis manja ini

“Berani sekali kau membentaknya!” teriak Shao Han membuat suasana sepertinya makin panas dan seru saja

“Kalian benar-benar cari masalah dengan kami rupanya,” ujar Fu Zhen tak kalah emosi dengan mendorong tubuh Xiao Xun

Mendapat perlakuan seperti itu membuat gadis itu menebarkan senyuman yang sulit diartikan. “Kalianlah yang memaksaku!” ujarnya dengan nada mengancam, perlahan melangkah maju mendekati keempat gadis di hadapannya.

“Xiao Xun,” lirih Tian Shi pada sahabatnya sambil menggelengkan kepala, mungkin sesuatu yang lebih buruk akan terjadi jika gadis bernama Xiao Xun itu marah tapi aku sungguh penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. “Jangan!” pinta Tian Shi begitu posisi Xiao Xun sudah semakin dekat dengan empat gadis itu

Gadis itu menoleh ke arah Tian Shi kemudian tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. “Kalian beruntung kali ini!” bentak Xiao Xun lalu berlari menghampiri Tian Shi yang kulihat tubuhnya sangat lemas dengan darah yang masih mengalir dari sudut bibirnya. “Bangunlah!” ujar Xiao Xun mengangkat tubuh Tian Shi dan memapahnya. “Sekali lagi aku melihat kalian berbuat seperti ini pada Tian Shi maka jangan harap kalian bisa selamat!” ancam Xiao Xun berlalu begitu saja tapi langkahnya terhenti sejenak menatapku tajam penuh amarah.

Bisa kulihat wajah Shao Han dan ketiga temannya berubah pucat, sepertinya mereka takut dengan ancaman Xiao Xun tapi kalau melihat tatapannya tadi memang cukup menyeramkan. Yah, kuakui memang kejadian ini karena ulahku kemarin dan membuat Shao Han bersama ketiga temannya yang merupakan fans fanatikku berbuat hal yang menurutku sendiri menyebalkan.

“Kau mengerti maksudku sekarang Wu Chun xiansheng?” Ya Lun mengucapkannya penuh penekanan seakan kejadian ini benar-benar sepenuhnya ulahku. Menyebalkan sekali ‘Kenapa aku bisa memiliki teman seperti dia sih?’ umpatku dalam hati

“Sebaiknya kita pergi sekarang sebelum mereka menyadari keberadaan kita disini,” saran Yi Ru yang kali ini terdengar cukup masuk akal. Ternyata otaknya bisa memikirkan hal lain juga selain wanita.

Seseorang menepuk bahuku ketika kami baru saja berbalik dan memutuskan untuk segera meninggalkan kantin, ia mengatakan sesuatu seperti berbisik dan hanya bisa didengar oleh kami saja. “Sepertinya kita terlambat,” bisik Da Dong membuatku dan yang lainnya menoleh

Ternyata seluruh isi kantin sudah menyadari keberadaan kami disini setelah kejadian yang baru saja mereka tonton. Seketika perasaanku menjadi tidak enak walaupun aku tahu sebenarnya yang akan mereka lakukan nantinya adalah histeris meneriakkan namaku dan ketiga sahabatku ini tapi ada sesuatu yang mengganjal hatiku. Entahlah, bayangan gadis itu dan kejadian barusan membuat moodku buruk walaupun tetap mendapat pujaan dari gadis-gadis ini.

“Kita pergi sekarang!” ajakku pada Ya Lun, Yi Ru, dan Da Dong. Mereka hanya mengangguk bersamaan lalu kami memutuskan untuk berlari karena keadaan saat ini benar-benar membuatku dan ketiga pria ini pusing apalagi kalau harus menghadapi fans-fans gila itu.

Author POV

Sementara di ruang kesehatan seorang gadis terbaring di ranjang sementara gadis lainnya sibuk mengobati wajah gadis tersebut karena memar akibat tamparan keras yang di dapatnya.

“Aish, pelan-pelan,” lirih Tian Shi menahan sakit

“Kalau sekali lagi mereka melakukan ini padamu jangan harap aku mendengarkanmu lagi untuk tidak menghabisi mereka,” sahut Xiao Xun sambil mengobati Tian Shi

Xiexie ni,” ujar Tian Shi dengan senyum tipisnya karena memang sudut bibirnya sedikit sobek

“Kau ini berlebihan sekali, kita kan sahabat,” balas Xiao Xun dengan senyumnya “Nanti kau kerja?” tanya Xiao Xun dan dibalas anggukan pelan dari Tian Shi

“Ada apa?”

“Aku ikut ke tempat kerjamu, pokoknya tak ada penolakan kali ini!” pinta Xiao Xun sedikit memaksa dan ia tahu kalau Tian Shi tidak bisa menolak kali ini

“Tapi… Aku bisa melindungi diriku sendiri, kau tak perlu khawatir!” tolak Tian Shi berharap Xiao Xun memikirkan kembali ucapannya. “Kau tidak lupa kan siapa aku?” tanya Tian Shi meyakinkan bahwa dirinya akan baik-baik saja

“Aku tahu siapa dirimu Zhuo Tian Shi tapi aku juga tahu bagaimana sifatmu dan itu sangat bertolak belakang dengan siapa dirimu sebenarnya jadi jangan salahkan aku untuk terus bersikap seperti ini sebelum kau benar-benar bisa merubah sedikit sifatmu,” balas Xiao Xun penuh penekanan.

“Sungguh menyebalkan!” keluh Tian Shi menanggapi Xiao Xun yang begitu bersikeras untuk ikut ke tempat kerjanya

“Tak akan ada yang tahu jadi tenanglah maka aku pun bisa ikut tenang,” ujar Xiao Xun tersenyum penuh arti

“Baiklah!” jawab Tian Shi terpaksa

Waktu berakhirnya perkuliahan tiba, semua mahasiswa-mahasiswi yang ada di kampus itu berhamburan menuju gerbang kampus termasuk dua orang gadis yang seharian tidak mengikuti kuliah dan lebih menghabiskan wktu di ruang kesehatan. Mereka adalah Tian Shi dan Xiao Xun yang asyik mengobrol tanpa menyadari ada beberapa pasang mata yang mengawasi mereka.

Kringg… Kringg… Ponsel Tian Shi berbunyi, ia melirik Xiao Xun sepintas dan mendapat anggukan singkat dari sahabatnya itu sebelum akhirnya mengangkat telpon. Demi menghilangkan kecurigaan dari orang-orang sekitar, mereka bersikap biasa saja dan Tian Shi pun menjawab telponnya sambil jalan beriringan dengan Xiao Xun menuju tempat kerjanya.

Wei

“……”

“Semua akan baik-baik saja,”

“……”

“Kalian terlalu berlebihan”

“……”

“Tenanglah, semua berjalan lancar”

“……”

“Tak ada yang perlu dikhawatirkan, bukankah ada yang menjagaku disini?”

“……”

“Setelah semuanya selesai, aku akan segera kembali. Aku tutup telponnya ya, bye!”

Begitu menutup panggilannya membuat raut wajah Tian Shi sedikit frustasi dan bisa ditebak pembicaraan seperti apa yang baru saja diakhirinya.

“Apa melelahkan?” tanya Xiao Xun melihat ekspresi sahabatnya

“Aku yakin kau tahu jawabannya,” sahut Tian Shi datar

“Hentikanlah! Aku sungguh tidak tega melihat kau seperti ini,” balas Xiao Xun membuat Tian Shi menoleh ke arahnya

“Andai semudah yang kau katakan tapi semua sudah terlanjur dan sedikit lagi selesai jadi bertahanlah sebentar lagi!” pinta Tian Shi pelan, nada bicaranya benar-benar terlihat seperti orang frustasi tapi memang sudah menjadi kewajibannya melakukan semua ini.

Xiao Xun mengangguk mengerti dengan pemikiran sahabatya itu dan memang ia sendiri tak bisa mundur karena sudah masuk terlalu jauh. “Andai itu tak terjadi pasti semua akan lebih mudah dan cepat.”

Tanpa terasa mereka tiba di toko roti tempat Tian Shi bekerja dan langsung menuju ke belakang untuk sekedar mengganti pakaian.

“Kau tetap disini sebagai kasir dan aku yang akan melayani pelanggan,” ujar Xiao Xun memperingatkan. “Hari ini kau tak boleh terlalu lelah!” lanjutnya dan hanya dibalas anggukan singkat dari Tian Shi

Seperti biasanya tiap kali Tian Shi terlihat kurang sehat maka Xiao Xun akan membantu Tian Shi bekerja maka tak heran juga ada beberapa pelanggan tetap yang memang mengenal gadis itu. Begitu pula dengan bos toko roti yang akan dengan senang hati menerima tawaran Xiao Xun untuk membantu Tian Shi. Yah, kedua gadis itu memang sangat populer di toko roti itu dengan kesantunan mereka.

Hari sudah menjadi gelap menandakan tugas Tian Shi dan Xiao Xun sudah selesai di toko roti itu untuk hari ini. Mereka terlihat cukup lelah tapi raut gembira tetap menghiasi wajah kedua gadis itu.

Tian Shi POV

“Akhirnya sampai juga,” gumam Xiao Xun begitu kami tiba di pekarangan panti. Yah, malam ini Xiao Xun memutuskan untuk menginap di panti.

“Sepertinya mereka sudah tidur,” ujarku dengan nada sepelan mungkin sambil membuka pintu karena takut membangunkan anak-anak dan ibu panti

“Kau baru pulang?” tanya sebuah suara yang sangat aku kenal

“Iya,” jawabku menghampiri Ibu Zhuo pengurus sekaligus pemilik panti ini. “Ibu kenapa belum tidur?”

“Bagaimana ibu bisa tidur kalau salah seorang anak belum pulang dan tak memberi kabar. Apa baterai ponselmu habis lagi?” tanya Ibu Zhuo yang memang sangat mengetahui kebiasaanku malas mengisi baterai ponsel. Aku hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaannya. “Sudah kuduga. Cepat beristirahatlah!”

“Baik, kami masuk kamar dulu,” aku berlalu meninggalkan Ibu Zhuo yang masih mengunci pintu.

“Selamat malam Bibi Zhuo,” lanjut Xiao Xun kemudian mengekor di belakangku

Kami sampai di kamar dengan sedikit terburu-buru aku segera mengambil laptop dan benar seperti dugaanku.

“Aishh, mereka ini tidak bisa bersabar sedikit lagi ya?” keluh Xiao Xun yang tiba-tiba sudah ada di sampingku dan seketika matanya membulat begitu membaca isi dari email yang baru saja kuterima. “Astaga, benarkah ini?” pekiknya

“Sepertinya begitu dan sebentar lagi benar-benar selesai,” sahutku dengan senyum tipis dan datar seperti biasanya

Author POV

Pagi yang cerah menyambut setiap orang terutama mahasiswi NTU (National Taiwan University) yang dengan setia menunggu pangeran-pangeran mereka datang. Yah, siapa lagi kalau bukan Fahrenheit, empat pria yang selalu sukses membuat seluruh mahasiswi NTU histeris melihat mereka dan membuat para mahasiswa merasa iri.

“Bukankah dia gadis itu?” bisik salah seorang mahasiswi begitu melihat Tian Shi memasuki halaman kampus bersama Xiao Xun

“Yah kau benar, dia sungguh mencari masalah,” balas mahasiswi lainnya

Pandangan sinis dan penuh kebencian serta bisik-bisik dari para mahasiswa-mahasiswi membuat Xiao Xun memanas tapi sebisa mungkin ia mencoba tenang demi menjaga emosinya yang mungkin kapan saja bisa meledak.

Praakk…

Byuurrr…

Baru saja melangkahkan kaki menyusuri koridor, mereka sudah disambut dengan telur busuk yang sangat menyengat baunya serta tepung menambah lengket di tubuh.

“Kyaaa… Apa-apaan ini?” teriak Xiao Xun yang mulai tersulut emosi melihat sahabatnya sudah seperti adonan kue

Tian Shi hanya diam dan berlalu begitu saja mendapat perlakuan seperti ini, ia bergegas menuju toilet untuk membersihkan tubuhnya. Xiao Xun masih sibuk mencari siapa yang melakukan hal ini pada sahabatnya, ia tersenyum sinis begitu mengetahui siapa orangnya kemudian pergi menyusul Tian Shi ke toilet.

“Sampai kapan kau biarkan mereka bersikap seperti ini padamu?” tanya Xiao Xun pada gadis yang masih sibuk membersihkan pakaian dan tubuhnya. “Aku sungguh tidak tahan melihat tingkah kekanak-kanakan mereka. Setidaknya kau bisa sedikit menggertak mereka agar berhenti melakukan hal ini.”

“Aku mengerti maksudmu tapi jika melakukan hal itu sama saja dengan membuka topeng kita, kau mengerti kan? Bersabarlah sebentar lagi!” balas Tian Shi dengan tenang dan tegas

Melihat sikap sahabatnya yang bisa dibilang sangat tenang dan tak menanggapi semua masalah yang terjadi padanya akhir-akhir ini membuat Xiao Xun sedikit gerah dan hanya bisa menggelengkan kepala saja.

“Kenapa rekan terbaikku ini orang yang sangat tenang sih?” sindir Xiao Xun

“Selesai, ayo ke kelas!” ajak Tian Shi mengembangkan senyum tipisnya sambil menggandeng lengan sahabatnya yang masih kesal

Tak ada yang bisa dilakukan oleh Xiao Xun karena memang ini sudah tugasnya yang sebentar lagi akan berakhir. Mengingat itu membuatnya sedikit lebih lega dan tenang walaupun masih kesal pada sahabatnya.

Begitu tiba di kelas, lagi-lagi pandangan sinis yang didapatkan oleh Tian Shi tapi gadis itu hanya bersikap acuh dan langsung menuju tempat duduknya. Tak lama kemudian dosen pun masuk kelas dan seketika suara riuh dalam kelas berhenti.

Dajia hao!” sapa dosen dengan ramahnya

Laoshi hao!” balas para mahasiswa

“Hari ini kita akan mengadakan praktek sebentar dan langsung tes unuk menguji seberapa dalamnya kalian menguasai teori yang sudah pernah saya berikan serta praktek hari ini,” jelas dosen tersebut dan membuat suasana kembali riuh.

Yah, mahasiswa-mahasiswi itu tidak pernah menyukai cara mengajar dosen muda yang bisa dibilang cukup tampan ini dengan selalu mengadakan tes dadakan. Berbeda dari teman-teman sekelas mereka, Tian Shi dan Xiao Xun terlihat sangat santai dan bahkan senang karena adanya tes dadakan ini.

“Sepertinya mereka akan cukup disibukkan oleh Lee Hom laoshi,” bisik Xiao Xun pada Tian Shi dan hanya dibalas anggukan kecil oleh sahabatnya itu.

Mereka bisa sedikit lebih tenang karena itu berarti mereka akan terbebas sebentar dari tatapan-tatapan sinis yang menurut mereka menyebalkan itu. Praktek pun dimulai dan seperti biasanya setiap kali praktek pasti per kelompok yang terdisi dari dua orang. Tian Shi dan Xiao Xun bergabung dalam satu kelompok dan mereka terlihat sangat santai dalam mengerjakan tugas yang diberikan bahkan dalam waktu 30 menit tugas mereka sudah selesai sedangkan yang lain masih di bagian pertengahan.

“Good girls,” puji Lee Hom laoshi dan memberikan lembaran soal masing-masing pada Tian Shi dan Xiao Xun. “Setelah seesai langsung kumpulkan dan kalian bisa keluar,” lanjutnya.

Tak butuh waktu lama, hanya dalam 10 menit Tian Shi sudah menjawab semua pertanyaan lalu mengembalikan lembar jawabannya pada Lee Hom laoshi seraya keluar kelas. Selang 5 menit Xiao Xun pun melakukan hal yang sama lalu menyusul sahabatnya ke tempat yang sudah bisa dipastikan kalau Tian Shi sedang berada disana.

Xiao Xun POV

Drrttt… Drrttt…

Ponselku bergetar, sebuah pesan masuk yang cukup mengejutkan.

Ada yang sedang berusaha menyelidikinya, berhati-hatilah!

“Siapa?” gumamku pelan

Tak ingin menunggu lama, aku pun segera mencarinya yang pasti berada disana. Yah, tak ada tempat lain selain taman itu yang bisa ia kunjungi saat seperti ini. Semoga dia punya jawaban atas pertanyaanku ini.

“Tian Shi!” panggilku dan ia pun menoleh tetap dengan senyum dinginnya

“Eh, kau sudah selesai?” tanyanya yang aku tahu hanya sekedar berbasa-basi saja.

“Apa akhir-akhir ini kau sedang dekat dengan seseorang atau mempunyai musuh?” tanyaku to the point dan ia pun menaikkan salah satu alisnya menandakan bingung atau bisa dibilang tidak mengerti maksud pertanyaanku ini.

“Maksudmu? Kalau musuh yang pasti kau tahu sendiri anak-anak di kampus ini sepertinya semua menganggapku musuh mereka tapi kalau seseorang yang dekat denganku ya hanya kau saja dan beberapa pelanggan tetap di toko roti,” jawabnya panjang lebar. “Memang ada apa?” tanyanya.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Tian Shi, langsung saja aku menunjukkan pesan yang baru saja aku terima padanya dan ekspresi yang ia tunjukkan tak jauh berbeda dariku saat menerima pesan ini.

“Aku tak tahu tapi yang jelas kita harus bersikap seperti biasanya sebelum tugas ini berakhir sempurna,” uajrnya tenang seperti biasa, Tian Shi benar-benar cepat mengubah ekspresinya

Mungkin lebih baik aku tidak perlu terlalu memusingkan ini dulu, dia benar cukup bersikap seperti biasanya jangan sampai mencurigakan. “Aku lapar, ayo kita makan siang!” ajakku dan langsung menarik tangannya sebelum ia menolak

Hong Zheng POV

“Menyebalkan sekali mereka, sudah 10 menit membuatku menunggu seperti ini, awas saja kalau tidak membawa berita baik!” gumamku kesal masih menunggu kedatangan ketiga peria yang menjadi sahabatku sampai saat ini

Tap… Tap…

Terdengar langkah kaki dari arah pintu yang bisa dipastikan kedatangan dari orang-orang yang saat ini sedang aku tunggu. Benar saja, begitu menoleh ke belakang terlihat mereka dengan senyum tipis yang mencurigakan.

“Sepertinya bukan kabar baik,” ujarku membalas senyum tipis mereka

Begitu sampai langsung saja ketiga orang itu menghempaskan tubuh mereka ke sofa dan menghela nafas panjang.

“Gadis itu benar-benar membuatku frustasi,” ujar Wei Jin sambil memejamkan matanya

“Maksudmu? Dan kalian berdua apa mendapat kabar baik?” tanyaku sekaligus

“Aku sudah menyuruh orang-orang menyelidikinya seminggu ini tapi hasilnya nihil, hanya informasi biasa yang tidak menarik sama sekali,” jawab Wei Jin lagi

“Sama denganku, informasi tentangnya yang aku dapatkan hanyalah gadis ini kuliah di NTU jurusan kedokteran dan ia mendapat beasiswa selama kuliah disana. Saat ini hanya tersisa 2 semester lagi maka dia akan lulus,” lanjut Ming Jie datar

“Aku sudah menyelidiki tentang kehidupan pribadinya yang memang tinggal di panti asuhan dan bekerja pada toko roti langganan ibu kita. Ia mempunya seorang sahabat bernama Xiao Xun, mereka berdua sama-sama mendapat beasiswa. Gadis itu termasuk salah satu yang mengagumi leader Fahrenheit itu,” tambah Zi Hong kesal ketika menyebutkan nama dari rival kami

Benar-benar tidak menarik informasi yang mereka dapatkan, pantas saja begitu muncul wajah mereka sudah ditekuk begitu. Sebenarnya informasi yang aku dapatkan juga sedikit aneh sih dan membuatku semakin penasaran dengan gadis itu.

“Lalu apa kau punya informasi yang menarik?” tanya Ming Jie padaku

Tepat sekali, sepertinya setelah kalian mendengar kabar dariku akan membuat kalian penasaran juga dengan gadis ini, pikirku sambil tersenyum yang sulit diartikan. Mereka menatapku dengan mengerutkan kening masing-masing yang pasti masih menunggu jawabanku.

“Menurutku cukup menarik,” jawabku dan benar saja ketiga pria ini langsung duduk tegak menanti perkataanku selanjutnya. “Aku sudah menyuruh orang mencari informasi tentang masa lalunya yang diceritakan oleh ibu kalian berdua tentang kecelakaan itu dan hasilnya nihil. Memang ada kecelakaan yang terjadi 14 tahun lalu tapi korban yang selamat bukanlah seorang anak berumur 3 tahun melainkan seorang wanita  saat itu umurnya 27 tahun bernama Zhuo Wen Xuan. Wanita itu adalah pemilik panti asuhan tempat tinggal Zhuo Tian Shi. Satu lagi kabar yang paling menarik adalah nama Zhuo Tian Shi tidak pernah ada ataupun terdaftar sebagai warga negara Taiwan jadi sekarang kalian mengerti maksudku, hm?” tanyaku pada ketiga pria ini yang sedang membulatku mata mereka dengan mulut sedikit terbuka benar-benar seperti orang bodoh.

Mereka masih diam sepertinya sedang mencerna dengan baik apa yang aku katakan tadi karena memang informasi itu cukup mengejutkan.

“Jadi siapa sebenarnya gadis bernama Zhuo Tian Shi itu?” tanya Zi Hong yang sepertinya sudah mulai sadar

“Itulah yang harus kita cari tahu sekarang,” jawabku

“Sepertinya kau harus melakukan sesuatu Huang Wei Jin,” ujar Ming Jie yang juga sudah tersadar dari pikirannya yang mungkin tadi melayang terbang entah kemana

“Yah, aku tahu!” sahut Wei Jin dan langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang

Wei,” sapanya pada seseorang yang sedang berada di seberang teleponnya

“…….”

“Ayah, bisakah membantuku sesuatu?” tanyanya

“…….”

“Aku ingin mencari informasi tentang seseorang,”

“…….”

“Seorang gadis bernama Xiao Xun, mungkin seumuran denganku,”

“…….”

“Baiklah, aku tunggu kabar baiknya. Sampai jumpa di rumah!” ia pun menutup telponnya dengan senyuman yang menandakan kalau sebentar lagi kami akan menerima kabar baik

“Ayahku akan segera mengirimkan pesan tentang gadis itu,” ujar Wei Jin

Drrtt… Drrtt…

Ponsel Wei Jin di atas meja terlihat bergetar dan itu artinya kami akan segera mengetahui siapa sebenarnya gadis bernama Zhuo Tian Shi itu.

“Cepat buka pesannya Wei Jin!” pinta Ming Jie tidak sabaran

Tak ada gadis bernama Xiao Xun yang seumuran denganmu Wei Jin bahkan nama itu tak terdaftar dalam kewarganegaraan Taiwan. Sepertinya kau salah menyebutkan nama…

Wei Jin baru saja selesai membacakan pesan dari ayahnya dan itu membuat kami berempat membelalakkan mata, sungguh benar-benar aneh. Siapa sebenarnya mereka? Aku tidak ingin repot-repot mencari tahu tentang gadis itu pada awalnya tapi setelah mendapat informasi ini membuatku jadi tertarik untuk mencari tahu siapa sebenarnya gadis bernama Zhuo Tian Shi itu? Aku yakin ketiga sahabatku ini pasti berpikiran yang sama, sudah terlihat dari raut wajah mereka yang memancarkan penasaran teramat dalam.

“Sepertinya kita harus mencari tahu sendiri,” ujar Zi Hong yang langsung disambut anggukan olehku serta Ming Jie dan Wei Jin

>>>To be continue...

No comments:

Powered by Blogger.