Monday 21 October 2013

Autumn Perfection_-_ Chapter 3a


Title:: Autumn Perfection
Author:: TaraChun
Cast::   Wu Chun as Wu Chun
            You (fangirl) as Zhuo Tian Shi
            Luo Hong Zheng (SpeXial) as Luo Hong Zheng
Other Cast:: all member Fahrenheit, SpeXial, dll
Genre:: Friendship, Thriller, Romance *dikit*
Length:: Twoshoot or Threeshoot *tergantung mood authornya*

Older Post:: Chapter 1 Chapter 2

Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.


Tian Shi POV

Cukup melelahkan hari ini setelah jalan-jalan yang seharusnya santai tapi semua hanyalah istilah bagi orang-orang seperti kami. Jalan-jalan? Bukan seperti itu sebenarnya karena dalam kehidupan kami tak pernah mengenal istilah jalan-jalan dalam arti pada masyarakat umum biasanya.

Terkadang aku ingin menjadi seperti orang-orang pada umumnya yang bisa bebas melakukan apapun itu tapi dalam hidupku ini selalu memerlukan tantangan yang menarik. Mungkin karena itulah yang bisa membuatku memilih menjadi sosok seperti sekarang ini.

“Sepertinya ada tamu,” ujar Xiao Xun yang membuatku mengikuti arah pandangannya

Benar sekali, tepat di pekarangan panti ada dua mobil mewah yang parkir dan sepertinya aku tahu siapa pemilik mobil-mobil itu. Tak tahukah mereka kalau aku sudah cukup lelah hari ini?

“Mau apa mereka kesini?” tanyaku

“Entahlah!” jawab Xiao Xun singkat

Kini kami sudah berada tepat di depan pintu rumah panti asuhan ini, untuk menghindari hal-hal aneh yang akan terjadi nantinya membuat kami memutuskan untuk mengetuk pintu dan menunggu ibu Zhuo keluar.

“Ada yang menunggumu di dalam Tian Shi dan Xiao Xun kau akan menginap disini lagi bukan?” tanya ibu Zhuo antusiasyang dijawab anggukan oleh Xiao Xun.

Kulihat bibi Zhuo sangat senang sekali begitu tahu kalau Xiao Xun akan menginap disini. Yah, ia selalu berpikir kalau aku akan kesepian jika tak ada teman yang seumuran denganku dip anti ini karena memang rata-rata anak disini masih berumur kurang dari 12 tahun.

Sekarang disinilah kami duduk berhadapan dengan empat orang pria tampan yang sedang sibuk mencari informasi tentangku dan Xiao Xun. Ayolah, berhenti mencari informasi tentang kami yang hanya membuat pencarian kalian itu sia-sia.

“Bolehkah kami mengajak Tian Shi dan Xiao Xun keluar untuk makan malam bersama?” tanya Ming Jie pada ibu Zhuo tapi tak segera dijawab karena memang itu keputusan kami seutuhnya

“Kalian mau kan?” tanya Wei Jin melihatku dan Xiao Xun yang hanya diam

Terdengar suara berat pria yang sangat kukenal di telinga kami mengatakan, ‘Terima saja!’. Aku melirik Xiao Xun begitupun dengannya lalu kami mengangguk bersamaan.

“Tapi bisakah kalian tunggu sebentar? Kami ingin membersihkan diri dulu,” sahut Xiao Xun yang memang benar karena akupun merasa sangat lelah sekarang dan membutuhkan mandi agar lebih segar apalagi nanti pasti mereka akan menanyakan hal-hal aneh

Bukankah memang lebih baik mempersiapkan diri terlebih dahulu? Yah, walaupun sebenarnya pertanyaan yang akan mereka lontarkan nanti akan sangat mudah untuk dijawab.

“Baiklah, kami akan tunggu disini,” sahut Zi Hong

“Hmm, kita akan makan malam dimana? Kami hanya ingin menyesuaikan pakaian yang harus dipakai saja,” ujar Xiao Xun yang aku tahu sekarang sudah cukup kelaparan karena kami memang belum makan malam

“Restoran Perancis,” jawab Hong Zheng yang disambut anggukan oleh ketiga temannya

Author POV

Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, mereka berenam makan malam di Restoran Perancis yang benar-benar mewah dan hanya akan didatangi oleh orang-orang dari kalangan atas saja. Pelayan pun datang memberikan daftar menu makanan.

“Kalian ingin pesan apa?” tanya Ming Jie pada Tian Shi dan Xiao Xun yang hanya diam saja sejak keluar dari panti hingga sampai di restoran

Beraktinglah dengan baik seperti biasanya!

Terdengar suara seseorang di telinga kedua gadis itu yang sejak tadi selalu member arahan pada mereka untuk bertindak saat bersama SpeXial agar tidak menimbulkan kecurigaan. Yah, suara itu tak lain pemiliknya adalah pria yang baru saja mereka temui tadi siang dan seharian jalan-jalan dengan mereka.

“Kami tidak tahu makanan mana yang enak, kalian saja yang pesankan,” ujar Tian Shi membuka suara dengan ekspresi yang benar-benar polos

“Baru kali ini kami masuk restoran semewah ini jadi semoga kalian bisa mengerti,” lanjut Xiao Xun sama seperti Tian Shi terlihat sangat polos

Bagus sekali, akting kalian hebat!

Pujian terdengar di telinga mereka yang kemudian juga terdengar suara gelak tawa sepertinya Xiao Yu benar-benar ingin menguji batas kesabaran kedua gadis itu.

SpeXial pun tak ambil pusing, Hong Zheng langsung memesan beberapa menu makanan Prancis yang memang sudah terkenal seperti Escargot, Boeuf Bourgignon, Coq Au Vin, Crepes, Chocolate Mousse, Carpacio de st. Jacques, dan beberapa makanan lainnya.

To the point ladies!

Lagi-lagi suara Xiao Yu menggema di telinga kedua gadis itu yang membuat mereka saling melihat satu sama lain kemudian tersenyum tipis yang sangat sulit diartikan oleh siapapun yang melihatnya.

“Jadi apa tujuan kalian mengajak kami kesini?” tanya Tian Shi to the point seperti yang dikatakan Xiao Yu

“Hanya ingin menjalin hubungan dekat dengan teman baru, apa tidak boleh? Bukankah ibuku ingin kita berteman?” tanya Hong Zhen melemparkan senyum andalannya yang mungkin bagi tiap gadis yang melihat pasti langsung terpesona

“Akting kalian sangat buruk untuk menjalin hubungan sebagai teman,” ejek Xiao Xun membuat keempat lelaki itu tergelak

“Apakah kalian sebegitu ingin tahunya tentang kami, hm?” lanjut Tian Shi yang lagi-lagi membuat keempat pria itu hanya bisa menelan ludah mereka sendiri

“Hentikanlah karena semua akan sia-sia saja,” tambah Xiao Xun tanpa membiarkan salah satu dari keempat pria itu mengeluarkan suara mereka

“Sebenarnya apa maksud ucapan kalian? Kami tidak mengerti,” ujar Wei Jin yang terlihat gugup

“Oh ayolah, apakah hanya mengajak makan malam saja itu aneh untuk memulai hubungan pertemanan?” lanjut Wei Jin dengan sebuah pertanyaan yang sebenarnya sangat mereka ketahui jawabannya

“Kami tahu kalian sedang menyelidiki dan mengikuti kami belakangan ini,” ujar Tian Shi langsung tanpa basa-basi lagi

“Kalian terlalu percaya diri,” ujar Zi Hong yang baru membuka mulutnya

“Bukankah aneh jika SpeXial datang ke kampus rivalnya hanya untuk bertemu seorang atau mungkin dua orang gadis dengan tujuan hanya untuk berteman?” sindir Xiao Xun

Keempat pria itu saling melihat satu sama lain kemudian menghela nafas panjang karena tak tahu lagi harus bagaimana lagi menanggapi kedua gadis cerdas yang sedang bersama mereka saat ini. Berbagai macam makanan datang dan sudah tertata rapi di meja mereka membuat kedua gadis yang memang sedang kelaparan itu langsung mengambil peralatan makan mereka yang sudah tersedia di meja.

“Selamat makan!” ujar kedua gadis itu bersamaan dengan nada riangnya berbeda sekali saat sebelumnya mereka bicara dengan SpeXial yang berhasil membuat keempat pria itu gugup

Tanpa sadar seulas senyum tercipta dari bibir empat pria yang sedang memperhatikan Tian Shi dan Xiao Xun makan dengan lahap seperti orang yang belum makan beberapa hari. Akhirnya mereka pun ikut makan dan sangat menikmati hidangan yang tersedia tanpa suara.

Acara makan malam pun selesai dan mereka memutuskan untuk pulang. Baru saja keluar dari restoran lagi-lagi sebuah suara terdengan di telinga Tian Shi dan Xiao Xun dengan helaan nafas sebelum pria bernama Xiao Yu itu mulai bicara.

Ada yang mengikuti kalian, mungkin akan sedikit merepotkan jadi berhati-hatilah. Jika memang diperlukan beri mereka sedikit kejutan. Aku akan terus mengawasi kalian, jumlah mereka tidak sedikit.

Kedua gadis itu masuk ke mobil yang berbeda dimana Tian Shi ada di mobil Hong Zheng dan Wei Jin sedangkan Xiao Xun di mobil Ming Jie dan Zi Hong dengan tenangnya seakan tak ada yang perlu dikhawatirkan. Begitu mobil mulai melaju, sesekali kedua gadis itu tersenyum tipis saat menyadari sesuatu. Mobil terus melaju memecah keheningan jalan kota Taipei yang memang bisa dikatakan hampir kosong karena jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, kedua mobil itu melaju beriringan.

“Bisakah melaju lebih cepat lagi?” tanya kedua gadis itu bersamaan di mobil yang berbeda membuat kedua orang pria yang sedang asyik mengobrol langsung diam dan menengok ke belakang. “Kalau memang tidak bisa, berhenti sekarang juga disini!” lanjut mereka lagi-lagi bersamaan

Kalian benar-benar partner yang kompak

Suara Xiao Yu lagi-lagi terdengar di telinga kedua gadis itu yang membuat tangan mereka mengepal menahan emosi karena sindiran dari pria itu.

“Ada apa?” kali ini Hong Zheng dan Ming Jie yang dengan kompaknya bertanya dari dua mobil yang berbeda itu

“Bisakah jangan terlalu banyak bertanya?” sahut kedua gadis itu bersamaan

“Tak ada waktu lagi,” gumam Xiao Xun

“Menyebalkan!” gerutu Tian Shi

Kedua gadis itu langsung menoleh ke belakang kemudian menerawang tajam ke depan. “Terlambat, sudah dikepung,” ujar keduanya bersamaan

“Hei, kau ini bicara apa sih?” kali ini Wei Jin kesal melihat tingkah Tian Shi yang menurutnya aneh dari tadi bicara sendiri

“Apa maksudmu?” tanya Zi Hong pada Xiao Xun sembari menyetir mobilnya karena mendengar gadis itu dari tadi terus bicara sendiri

“Cepat berhenti!” bentak kedua gadis itu bersamaan membuat Hong Zheng dan Zi Hong langsung menepikan mobil mereka sementara di sebuah kamar seorang pria terus tertawa melihat kekompakan Tian Shi dan Xiao Xun saat menghadapi pria-pria seperti SpeXial

Begitu mobil berhenti Tian Shi dan Xiao Xun langsung keluar dari mobil diikuti oleh keempat pria itu. Tak lama kemudian ada beberapa mobil besar datang dan dari dalam sana keluar banyak pria dengan membawa tongkat pemukul baseball, pisau, dan benda lainnya.

“Sebenarnya ada apa ini?” tanya Ming Jie yang bingung melihat orang-orang itu jalan mendekati mereka  dari berbagai arah

“Mereka sudah mengikuti mobil kalian sejak dari restoran,” jawab Tian Shi tenang tapi matanya sangat waspada

“Benarkah?” pertanyaan Wei Jin membuat Xiao Xun kesal

“Astaga! Jadi kalian tidak tahu sudah diikuti? Bodoh! Cepat serang mereka!” bentak Xiao Xun pada keempat pria yang masih saja diam

“Jangan bilang kalian tidak bisa berkelahi!” sindir Tian Shi

Mendengar ucapan Tian Shi yang dirasa mengejek dan merendahkan harga diri mereka, keempat pria itu langsung saja melotot kemudian terjadilah aksi baku hantam antara SpeXial dan pria-pria yang keluar dari beberapa mobil itu.

“Astaga, mereka banyak sekali,” keluh Wei Jin yang sudah terlihat lelah tapi masih tetap berusaha menghabisi lawan-lawannya

“Sial, berani sekali kau memukul wajah tampanku ini!” bentak Ming Jie begitu sebuah pukulan hinggap di pipinya dan bisa dibilang akan menyebabkan memar

“Kenapa jumlah mereka tidak habis-habis sih?” gerutu Zi Hong yang juga mulai kelelahan

“Kalian ini berisik sekali!” omel Hong Zheng pada ketiga temannya yang cerewet

Beberapa kali SpeXial tersungkur ke tanah karena tendangan dan pukulan dari pria-pria itu tapi mereka tetap berusaha bangkit lagi. Namun, sepertinya mereka sudah kehabisan kekuatan hingga hanya pasrah mendapat pukulan ataupun tendangan dari pri-pria itu. Lalu bagaimana dengan Tian Shi dan Xiao Xun? Mereka hanya bisa menonton sambil sesekali menggeleng-gelengkan kepala.

“Perlu bantuan?” suara kedua gadis itu terdengar berbeda di telinga SpeXial

“Hah, sudahlah tak perlu dijawab lagi!” lanjut Xiao Xun

“Kau siap?” kali ini Tian Shi bersuara melirik sahabatnya sepintas yang dijawab dengan anggukan. “Baiklah, kita mulai saja permainan ini.”

Bugh… Prakk… Dhuakk… Sett… Brakk… Deshh… Bow…

Dalam sekejap kedua gadis itu sudah bisa melumpuhkan setengah dari pria-pria yang sedang mengelilingi mereka dari berbagai arah. Yah, hanya dengan beberapa gerakan saja hasil yang didapat bisa dibilang cukup memuaskan.

Melihat kejadian itu SpeXial hanya bisa melongo dengan wajah bodoh mereka yang sepertinya sedang terhipnotis. Tak lama mereka akhirnya tersadar dan mencoba bangkit untuk membantu kedua gadis itu. Sudah tiga per empat nya mereka tumbangkan tapi datang dua mobil besar lagi dan keluarlah pria-pria lainnya dari dalam mobil itu.

Sepertinya kalian butuh bantuan, tunggulah sebentar lagi bantuan yang menyenangkan datang… Aku yakin kalian pasti senang… Hahaha…

Lagi-lagi suara menyebalkan itu terdengar di telinga Tian Shi dan Xiao Xun membuat mereka kali ini benar-benar muak. Tak lama suara beberapa motor menggema dan terlihat empat orang pria langsung berlari menghampiri mereka.

Bantuan datang nona-nona… Hahaha…

“Shit! Mana ada bantuan yang hanya akan merepotkan saja!” gerutu Xiao Xun terdengar sangat kesal

“Kau menyebalkan Mr. Li!” lanjut Tian Shi yang masih terus melawan pria-pria itu

Wu Chun POV

Seperti biasa kami baru saja pulang dari club untuk bersenang-senang. Yah, sudah hampir seminggu aku tidak menikmati masa-masa dimana biasanya setiap hari aku selalu berganti gadis-gadic cantik dalam hidupku. Semua karena gadis misterius itu, sebenarnya siapa dia. Malam ini teman-temanku berniat untuk menginap di rumah, entahlah ada angina pa tiba-tiba saja mereka ingin menginap di rumahku. Alasannya sih ingin mengenang masa kecil kami, benar-benar tidak masuk akal. Bilang saja kalau mereka besok ingin ikut denganku ke bandara untuk menjemput gadis manja itu.

Sudah hampir 2 tahun dia tidak pulang karena sekolahnya di Jepang, anehnya tiba-tiba saja dia memutuskan untuk kembali ke Taiwan dan pindah sekolah disini. Aku yakin pasti ada sesuatu yang terjadi padanya di Jepang. Gadis itu memang manja sekali, baru mendapat masalah saja sudah ingin pulang. Kalau tahu seperti ini harusnya dia tidak perlu minta sekolah ke Jepang.

“Hei Chun sepertinya disana ada perkelahian,” ujar Da Dong yang kini sudah mengendarai motornya di sebelahku.

Aku pun melihat ke arah yang diberitahukan Da Dong dan memang benar ada beberapa mobil dan banyak laki-laki berbadan besar yang cukup menyeramkan sedang berkelahi dengan beberapa orang.

“Cih! Zaman sekarang masih saja main keroyokan,” lanjut Yi Ru yang juga berada di sebelahku

Yah, kami memang selalu mengendarai motor dengan beriringan seperti ini seakan-akan jalanan Taipei sudah kami kuasai. Siapa yang tidak mengenal Fahrenheit? Geng nomor satu di Taiwan, tak ada yang berani melawan kami kecuali mereka, aku paling malas kalau disuruh menyebutkan nama itu.

“Eh, sepertinya aku kenal dua gadis yang sedang berkelahi itu,” kali ini ucapan Ya Lun membuatku dan menajamkan melihat ke arah orang-orang itu

“Bukankah mereka Tian Shi dan Xiao Xun?” lanjut Da Dong dan memang benar itu mereka

“Tapi kenapa ada SpeXial juga disana? Astaga kita harus bagaimana Chun?” tambah Yi Ru membuatku semakin berpikir keras apa harus menolong atau tidak

“Aku benci harus mengatakan ini tapi sepertinya kita memang tidak bisa diam saja,” ujarku lalu menepikan motor tak jauh dari tempat mereka berada begitupun dengan Ya Lun, Yi Ru, dan Da Dong

Kami berlari ke tengah-tengah orang-orang itu dan kulihat kedua gadis itu meracau tak jelas entahlah mereka sedang mengatakan apa yang jelas sekarang aku hanya ingin membantu saja. Anggaplah sebagai ucapan terima kasih karena Tian Shi pernah menyelamatkan hidupku.

Dari ekor mataku bisa terlihat kalau SpeXial sedikit shock melihat kami yang merupakan rival tapi membantu mereka menghabisi pria-pria tak tahu diri ini yang dengan beraninya melawan wanita. Untuk sesaat lupakanlah kalau kami rival yang jelas aku hanya ingin membantu Tian Shi dan temannya saja

Tunggu dulu, wanita? Yah, Tian Shi dan Xiao Xun memang wanita tapi apa benar mereka yang sedang berkelahi ini? Lalu kemana gadis polos dan lucu ekspresinya saat aku cium waktu itu? Dan juga mana sosok gadis lemah yang hanya bisa menerima perlakuan dari anak-anak sekampus yang terus saja mengerjainya. Ya walaupun beberapa hari lalu aku sempat dikejutkan dengan ekspresi menyeramkan gadis itu. Kedua gadis yang aku lihat sekarang benar-benar berbeda terlihat lebih jantan? Tapi mereka kan wanita harusnya betina. Aish, kenapa aku harus berpikiran aneh disaat seperti ini sih?

“Menunduk Chun!” teriak Tian Shi padaku, apa maksudnya? Tapi tak ada salahnya kalau aku mengikuti perkataan gadis itu kan?

Author POV

Dari ekor matanya Tian Shi melihat seorang pria yang bersiap menerjang Wu Chun dengan sebuah tongkat baseball. “Aish, bagaimana ini?” tanyanya pada seseorang yang bisa mendengar suara gadis itu

Tidak apa-apa kalau hanya kejutan kecil, cukup sebilah pisau mungkin

Itulah jawaban yang di dengarnya membuat gadis itu tersenyum tipis seraya mengambil pisau dari balik sepatu ketsnya dengan cepat agar tidak ada yang mengetahuinya.

“Menunduk Chun!” teriak Tian Shi membuat pria yang diteriakkan namanya itu menurut

Prakk…

Tepat sekali sebilah pisau melayang dan mengenai sasarannya, seorang pria yang ingin memukul Chun dari belakang tadi sudah jatuh dengan darah keluar dari dahinya. Tentu saja hal itu sontak membuat Chun menengok ke belakang dan matanya terbelalak begitu saja melihatnya, ia kembali mengalihkan pandangannya pada Tian Shi dengan ekspresi terkejut bukan main. Sementara gadis itu tersenyum tipis dan bergumam mengucapkan kata “YES.”

Tak jauh berbeda dari ekspresi wajah Chun yang masih menyiratkan kekaguman dan keterkejutannya pada Tian Shi membuat mereka hanya terdiam di tempat membiarkan kedua gadis itu melawan pria-pria yang bisa dibilang tinggal sedikit. Dalam waktu singkat semua sudah tumbang ditangan kedua gadis itu. Senyuman tipis terlihat seperti seriangaian iblis terlihat di wajah cantik Tian Shi dan Xiao Xun sementara Fahrenheit dan SpeXial masih tetap dengan posisinya yang benar-benar terlihat seperti orang bodoh.

Bagaimana rasanya?

“Menyenangkan,” jawab Xiao Xun. “Amazing,” jawab Tian Shi bersamaan

Baru kali ini mereka merasakan perasaan yang sudah cukup lama dinanti-nantikan oleh kedua gadis itu. Terakhir kali mereka melakukan ini adalah dua tahun lalu saat dimana kedua gadis itu baru kembali lagi menjalani tugas mereka karena sempat kembali sekitar tiga bulan lamanya ke tempat kerja mereka yang sesungguhnya.

“Kalian memang payah!” ejek Xiao Xun yang membuyarkan semua pertanyaan yang sempat terlintas di otak Fahrenheit dan SpeXial

“Hanya bisa merepotkan saja!” tambah Tian Shi dengan nada ketusnya

Kedelapan pria itu mengerjap-ngerjapkan mata mereka setelah mendengar ucapan kedua gadis yang sedang bersama mereka saat ini. Setelah benar-benar berhasil kembali dari alam bawah sadar masing-masing, mereka pun mendekati kedua gadis itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

“Siapa sebenarnya kalian?” tanya Ya Lun tegas berharap mendapatkan jawabannya

“Kami mahasiswi kedokteran NTU yang mendapat beasiswa,” jawab Tian Shi polos

“Bukan itu jawaban yang kami mau!” bentak Zi Hong sedikit mengejutkan

“Hei, jangan membentak wanita seperti itu!” kali ini Yi Ru terlihat kesal dengan nada bicara Zi Hong apalagi pada gadis-gadis yang sedang menarik perhatiannya saat ini

“Apa semua yang terjadi barusan itu nyata?” tanya Da Dong dan Wei Jin bersamaan yang masih belum percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat

“Memang apa yang terjadi barusan?” Xiao Xun pun balik bertanya dengan memasang wajah sepolos mungkin

“Oh ayolah gadis-gadis cantik jangan bermain-main dengan kami!” pinta Wei Jin dengan nada yang bisa dibilang lembut

Aish, aku muak mendengar ocehan mereka. Kalian cukup bilang kalau semua itu hanya mimpi, khayalan, atau halusinasi mereka saja! Bagaimanapun caranya, kalian harus datang kesini malam ini! Ada yang harus kita bahas…

“Mungkin kalian hanya mimpi atau berhalusinasi saja. Kami lelah sekali sekarang dan bisakah kami pulang bersama kalian?” tanya Tian Shi sambil menunjuk pria-pria dari geng Fahrenheit

“Hei, kalian kan pergi dengan kami jadi pulang pun harus dengan kami juga,” ujar Wei Jin tak terima karena ia masih ingin bertanya banyak pada kedua gadis itu

“Yah, benar kata Wei Jin lagian apa kata ibu panti kalau kalian pulangnya dengan mereka padahal tadi yang menjemput kalian adalah kami,” lanjut Hong Zheng yang juga berusaha menahan kedua gadis itu

“Aiyoo, kalian ini berisik sekali. Baiklah, kami ingin menginap di rumah Wu Chun untuk bertemu seseorang apa kalian mau mengantar kesana?” kali ini Xiao Xun bertanya dengan penuh penekanan

“Tapi…” ucapan Ming Jie tertahan karena kedua gadis itu sudah menyeberang jalan terlebih dahulu

“Bisakah kalian jangan diam disitu saja?” teriak Tian Shi pada Fahrenheit yang masih berada di seberang jalan bersama SpeXial

Wu Chun POV

Jujur saja aku masih belum bisa menjernihkan pikiran setelah melihat apa yang baru saja terjadi, mereka benar-benar luar biasa. Sebenarnya siapa kedua gadis ini dan kenapa sifat dan perilaku serta ekspresi mereka begitu mudah berubah? Astaga, sepertinya sebentar lagi aku bisa gila kalau memikirkan kedua gadis ini.

Melihat ketiga temanku juga SpeXial ternyata sama sepertiku, mereka juga sepertinya bingung dan penasaran dengan kedua gadis ini.

“Bisakah kalian jangan diam disitu saja?” teriak seseorang yang sepertinya aku cukup kenal suara ini dan sejak kapan mereka ada di seberang sana?

Kami pun menyeberang dengan sedikit berlari meninggalkan empat pria yang sepertinya masih sedikit shock mendapat perlakuan seperti itu dari Tian Shi dan Xiao Xun. Begitu kami naik ke motor masing-masing kedua gadis itu pun ikut naik. Tian Shi ke motorku sedangkan Xiao Xun ke motor Yi Ru. Aku sedikit terkejut ketika Tian Shi memeluk pinggangku saat motor mulai melaju dan sepertinya detak jantungku berdebar sangat kencang seakan ingin melompat keluar. Oh, ada apa denganku kali ini?

“Kalian mau kami antar kemana?” tanyaku sedikit keras karena mungkin suara motor ini bisa saja menenggelamkan suaraku

“Bukankah tadi sudah kami bilang?” jawabnya yang juga sedikit keras

“Apa?” tanyaku lagi yang benar-benar tidak mengerti maksud ucapannya

“Aish, tentu saja ke rumahmu karena malam ini kami harus menemui seseorang disana jadi akan menginap,” sahutnya lagi yang pastinya semakin membuat jantungku ingin lepas dari tempatnya

“Jadi kau serius dengan ucapanmu tadi?”

“Aku tidak pernah bercanda dengan ucapanku,” balasnya tegas

Aku hanya bisa diam tanpa bertanya apa-apa lagi sambil berusaha menenangkan debaran jantungku ini. Akhirnya kami sampai di rumahku dan kedua gadis itu langsung masuk begitu saja setelah mengucapkan terima kasih.

“Mereka ingin bertemu siapa disini?” tanya Ya Lun padaku

“Entahlah,” jawabku singkat dan langsung masuk ke rumah

Baru saja kami masuk ke dalam sudah dikejutkan dengan apa yang kulihat saat ini. Pria itu kenapa bisa ada di rumahku? Begitu menoleh ke belakang kulihat mata Ya Lun dan Yi Ru berbinar-binar. Yah, tentu saja karena mereka termasuk fans dari buku yang ditulis oleh pria itu. Kulihat ia sangat dekat dengan ayahku dan juga Tian Shi serta Xiao Xun.

“Kau kenapa bisa ada di rumahku?” pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulutku

“Dia keponakan ayahmu yang baru pulang dari Amerika namanya Xiao Yu,” jawab ibu dan dapat kulihat pria itu tersenyum seraya membungkukkan kepalanya sebagai tanda perkenalan padaku

“Jadi pria ini yang ingin kalian temui?” tanya Da Dong yang baru mengeluarkan suaranya sejak kami sampai di rumahku

Kedua gadis itu menoleh sepintas ke arah kami lalu melanjutkan obrolan mereka dengan pria itu. Cih! Menyebalkan sekali mereka. Aku pun mengajak ketiga pria ini masuk ke kamarku. Seperti biasanya mereka pasti akan berbuat yang aneh-aneh dan memporak-porandakan kamar ini.

Tian Shi POV

Setelah memastikan semua sudah masuk kamar dan suasana benar-benar hening maka aku, Xiao Xun, dan Xiao Yu segera menyusul masuk ke ruangan Professor Wu karena beliau memang sudah menunggu kami. Xiao Yu memasang alat penyadap suara di pintu yang akan membuat orang-orang di luar ruangan ini tak bisa mendengar apa yang sedang kami bicarakan. Alat itu hanya dimiliki oleh agen khusus seperti kami jadi tidak perlu heran jika hanya dengan sebuah benda kecil berbentuk persegi panjang menyerupai ipod bisa meredam suara karena memang tak ada yang menjualnya dimanapun.

Professor Wu menggunakan cincinnya untuk merubah bentuk ruangan kerja yang dipenuhi dengan buku-buku seperti perpustakan dan hanya sebuah laptop di meja kerja menjadi ruang penelitian atau bisa disebut laboratorium juga. Cincin Professor Wu memanglah cincin pernikahannya tapi berhubung kami harus bersikap professional dan sangat rapi jadi Professor Wu mendesign cincinnya untuk menjadi kunci dari ruangan penelitian ini maka tak akan ada yang tahu bukan kalau sebenarnya ada seseuatu di balik ruangan kerja yang menyerupai perpustakaan ini.

“Benarkah besok mereka akan datang?” tanya Xiao Yu to the point pada Professor Wu yang terlihat sibuk dengan penelitiannya

“Yah, besok mereka akan tiba di Taiwan jam dua siang,” jawab Professor Wu

“Baguslah kalau begitu berarti kita mendapat satu bantuan lagi,” ujar Xiao Xun

“Ehm, lalu bagaimana dengan penelitiannya Prof?” tanyaku

“Sudah sekitar 94% maka kita bisa menyelamatkan dunia ini dan aku harap kalian masih bisa bertahan sebentar lagi dengan keanehan sikap kedua anakku,” sahut Professor Wu

“Tenanglah Prof, kami akan berusaha sampai akhir,” balasku

“Thanks Miss Lau,” sahut Professor Wu sambil terkekeh kecil dan bisa kulihat kedua orang menyebalkan ini juga menahan tawa mereka

“Sudah lama sekali aku tak mendengar nama itu Miss Lau. Hahahaha,” kali ini Xiao Xun ikut-ikutan menyebutkan nama itu dan tertawa sekencang-kencangnya

“Aish, berhentilah tertawa Miss Hsu!” gertakku dan ia pun menghentikan tawanya seketika ketika aku menyebutkan nama itu

“Zhuo Tian Shi, aku akan membunuhmu jika memanggil nama itu lagi!” bentaknya

“Bukankah kau yang mulai duluan?” balasku tak kalah galak

“Hei, jangan bertengkar!” kali ini Xiao Yu berusaha melerai kami sebelum terjadi perdebatan panjang antara aku dan Xiao Xun

“Diam kau Mr. Li!” teriakku dan Xiao Xun bersamaan membuat pria itu bungkam

Kulihat Professor Wu tertawa geli melihat tingkah kami bertiga. Baiklah mungkin untuk orang-orang seperti kami ribut hanya karena nama itu terlihat lucu tapi bisakah jangan tertawa. Bukankah wajar jika kami yang baru berumur 17 tahun ini masih sedikit bersikap seperti anak kecil? Oh, ayolah kami tidak mau menjadi dewasa duluan walaupun memang otak kami ini jenius bukan berarti harus bertingkah seperti orang dewasa kan? Jujur saja aku masih ingin bermanja ria dengan kedua orangtuaku.

“Sudahlah, jangan ribut lagi! Kalian ini seperti anak kecil saja lagian bukankah sebentar lagi identitas asli kalian akan kembali seperti semula jadi mulailah sedikit terbiasa walaupun memang selama empat tahun ini kalian berdua menggunakan identitas Tian Shi dan Xiao Xun tapi tetap saja kalian adalah nona muda keluarga Lau dan keluarga Hsu,” ujar Professor Wu bijak dengan wibawa ayahnya yang sedang melerai ketika anaknya berkelahi tapi memang benar Professor Wu sudah menganggap kami seperti anaknya sendiri.

“Dengarkan apa yang dikatakan orang tua Miss Lau dan Miss Hsu,” tambah Xiao Yu penuh penekanan tiap menyebutkan nama marga kami. Arghh, menyebalkan sekali pria ini.

Baiklah, mungkin mulai saat ini aku harus lebih membiasakan diri dengan sebutan itu karena memang margaku sebenarnya Lau dan Zhuo hanyalah marga pinjaman dari Bibi Zhuo Wen Xuan.

“Oh ya, ada satu informasi yang baru aku terima tadi sore saat tiba disini. Mereka mengirimkan seorang gadis bernama Anne untuk memata-matai kita tapi sayangnya belua ada informasi lebih bahkan foto dari gadis itu yang bisa kita dapatkan,” ujar Xiao Yu yang kini berubah menjadi serius

“Gadis itu keturunan Asia atau Western?” tanya Xiao Xun berusaha untuk memastikan agar langkah kami selanjutnya tidak akan membuat orang curiga karena tiba-tiba menjauh dari orang-orang

“Dari informasi yang aku dapatkan dia keturunan asia dan marganya Huang yang jelas gadis itu sangat berbahaya untuk saat ini jadi berhati-hatilah!” sahut Xiao Yu

“Baiklah, kami mengerti!” jawabku dan Xiao Xun kompak

“Satu lagi, gantilah kacamatamu dengan ini karena setelah kejadian tadi sepertinya pria-pria itu akan semakin curiga jika kau masih memakai kacamata,” lanjut Xiao Yu memberikanku sebuah kotak kecil

Penasaran dengan isinya, aku pun segera membuka kotak kecil itu dan ternyata isinya berupa sepasang lensa kontak berwarna bening jadi tidak terlihat mencolok dan mencurigakan. Ternyata bukan hanya aku yang mendapatnkannya, Xiao Xun juga harus memakai lensa kontak ini.

“Ini karya baruku dan tidak akan berbahaya jika kalian gunakan saat tidur tanpa melepasnya karena lensa kontak ini bersifat elastis,” jelas Professor Wu

Aku dan Xiao Xun langsung memakai lensa kontak ini dan benar ternyata sangat elastis sehingga tidak menyakiti mata dan nyaman digunakan. Professor Wu memang paling hebat kalau urusan seperti ini.
“Kalian juga harus tetap memakai anting-anting itu untuk mempermudah komunikasi kita, mengerti?” tanya Xiao Yu yang hanya kami balas dengan anggukan singkat

Sekrang sudah mengerti bukan kenapa suara Xiao Yu bisa terdengar di telinga kami? Tentu saja karena anting-anting ini yang kami beli tadi sebelum pulang ke panti. Xiao Yu memasang sebuah alat yang sangat kecil pada anting-anting ini jadi kami bisa berkomunikasi secara langsung. Ia juga menggunakan sesuatu di telinganya yaitu tindikan magnet yang mempermudahnya untuk memasang alat itu.

Lalu kenapa Xiao Yu bisa mengetahui apa yang sedang kami lakukan? Oh ayolah, orang-orang itu tentu saja akan memasang cctv di beberapa area yang menurut mereka strategis agar lebih mudah memantau kami.

“Sebaiknya sekarang kalian tidur, aku yakin pasti hari ini cukup melelahkan bagi kalian. Jangan lupa besok ke bandara, mereka akan tiba jam dua siang,” ujar Professor Wu

“Aish Professor, kau sudah mengatakannya tadi jadi kami juga sudah tahu apa yang harus dilakukan. Kau tidak lupa kan siapa kami?” canda Xiao Xun dengan memamerkan senyum lebarnya

“Yah, aku sangat tahu kalian adalah anak muda jenius dengan IQ diatas 200 yang saat berumur 10 tahun sudah menjadi agen khusus FBI karena pikiran anak-anak kalian yang berhasil menangkap teroris di White House dan menggagalkan aksi mereka dengan menjinakkan bom yang sudah terpasang dengan baik di beberapa tempat sehingga membuat para penjinak bom di New York sana datang sia-sia,” jelas Professor Wu panjang lebar membuatku, Xiao Xun, dan Xiao Yu hanya bisa tersenyum kalau mengingat kehebatan kami saat itu

Flashback

Hari ini aku ikut dengan ayah ke sebuah acara, entahlah acara apa itu. Ayah mengajakku karena ibu sedang sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang dokter spesialis bedah. Kulihat sebuah gedung bak istana berada di hadapanku dan juga banyak orang disana, rata-rata penampilan mereka sama seperti ayah memakai jas. Begitu masuk ke dalam, aku sungguh merasa takjub dengan kemewahan di dalam tempat ini. Ayah memperkenalkanku pada beberapa orang yang juga membawa anak mereka yang sepertinya seumuran denganku.

“Kalian mainlah dulu, kami masih ada urusan,” ujar ayah yang meninggalkanku bersama dengan beberapa anak ini

Sekarang kami bermain di sebuah ruangan yang sepi, tak ada seorangpun saat kami masuk kesini. Aku dan keempat anak ini bukannya bermain tapi melakukan sesuatu yang mungkin tidak pernah atau bahkan aneh jika dilakukan oleh anak seumuran kami.

Yah, kami sedang mengikuti beberapa orang yang gerak-geriknya mencurigakan. Jujur saja aku sangat senang bertemu dengan anak-anak ini karena sepertinya apa yang mereka pikirkan sama dengan yang kupikirkan salah satunya adalah mengikuti orang-orang misterius ini. Kami pun memutuskan untuk berpencar, awalnya kami memang berpikiran untuk melakukan permainan yang seru seperti menjadi detective conan yang sering kami tonton di televisi.

Orang-orang itu berjalan mengendap-endap tanpa mengetahui kalau ternyata ada kami yang mengikuti mereka. Kulihat orang-orang itu menaruh sesuatu di beberapa sudut ruangan ini dan ada angka-angka yang juga terus bergerak mundur. Setelah kupikir-pikir lagi dari film-film barat yang sering aku tonton sepertinya benda-benda itu adalah bom dan bisa meledak kapan saja jika angka-angka itu sudah berubah menjadi nol semua.

“Paman sedang apa?” tanyaku polos pada seorang pria yang sepertinya seumuran dengan ayahku. “Ehm, itu apa? Bisakah berikan satu padaku untuk bermain?” tanyaku lagi yang membuat paman itu tersenyum lalu memberikan satu padaku dan mengajarkanku cara bermainnya

Aku tersenyum puas mendengar semua yang ia katakan. ‘Dasar orang dewasa bodoh!’ batinku. Yah, mereka tentu saja tidak akan tahu kalau sebenarnya aku hanya memanfaatkan apa yang mereka jelaskan untuk menaklukkan bom-bom ini.

“Boleh aku pinjam tangan paman?” tanyaku lagi dan dengan baik hati ia menjulurkan tangan kanannya. Tanpa basa-basi lagi langsung saja kutarik dan patahkan tangannya.

“Argghhh…” teriaknya keras, pasti sakit sekali

“Kau tidak apa-apa paman? Apa masih kurang?” tanyaku dan dengan cepat menarik serta mematahkan juga tangan kirinya membuat paman ini berteriak. “Itu hukumannya untuk teroris paman dan terima kasih sudah mengajariku tadi,” ujarku tersenyum padanya

Tak lama kemudian, kulihat ayah dan teman-temannya datang menghampiriku. Ternyata teman yang baru kukenal itu bisa bekerja sama dengan baik. Apa mereka kira aku anak bodoh dan polos yang bisa dengan mudahnya berbaik hati pada orang-orang misterius seperti itu? Hei, diumurku yang baru menginjak delapan tahun aku sudah meraih sabuk hitam taekwondo dan sekarang saat berumur sembilan tahun aku sudah menginjak Senior High School. Otakku tidak sama dengan anak-anak seumuranku kecuali mereka yang baru kukenal hari ini. Setelah berbincang-bincang sebentar tadi sebelum melihat orang-orang misterius itu aku sudah tahu kalau mereka sama denganku. Mungkin bisa dibilang kami adalah anak ajaib yang kebetulan bertemu di acara ini dan memutuskan untuk menjadi teman karena memang kami sepemikiran.

Teman ayahku ada yang menelpon sepertinya mereka memanggil bala bantuan kesini tapi sepertinya itu semua tidak dibutuhkan lagi karena aku dan keempat anak lainnya sudah berhasil membekuk orang-orang misterius itu. Bukankah tadi sudah kukatakan kalau kami ini sama jadi tak perlu diragukan lagi masalah bela diri ataupun yang lainnya.

Aku dan keempat teman baruku mulai menjelajahi seluruh gedung ini untuk menjinakkan bom yang ada karena memang kami sudah mengikuti orang-orang misterius tadi jadi bisa dengan mudah menemukan lokasi mereka meletakkan bom-bomnya. Bahkan cara menjinakkan bomnya saja kami sudah tahu, bukankah kami sangat hebat sebagai anak berumur sembilan tahun?

“Mr. Lau sepertinya kami akan membawa anakmu ke kantor FBI sekarang, bolehkah?” tanya salah seorang teman ayahku

“Tentu saja boleh,” jawab ayahku singkat

Saat ini juga kami dibawa ke kantor FBI seperti yang teman ayahku katakan. Ternyata mereka berniat memeriksa IQ kami yang kata mereka mungkin akan bermanfaat. Oh ayolah, kalau aku dibawa kesini untuk menjadi detective sungguhan maka jawabannya adalah IYA, AKU MAU.

Setelah melakukan beberapa kali tes, mereka bilang kalau IQ kami diatas 200 dan mereka ingin kami masuk sebagai anggota FBI. Wow, bukankah itu AMAZING? Tapi sayangnya ayah kami melarang, mereka bilang harus menunggu hingga kami lulus Senior High School terlebih dahulu. Sungguh aku tak pernah menyangka dalam sehari bisa bertemu dengan empat orang anak yang sama sepertiku.

Tepat di hari kelulusan, kami langsung dibawa ke kantor FBI karena kata mereka ada sebuah misi penting yang membutuhkan kejeniusan kami. Luar biasa, baru masuk tapi sudah mendapatkan misi. Selama menjadi anggota FBI kami juga kuliah di Harvard University jurusan hokum. Kami selalu bersama sejak hari kelulusan itu hingga masuk kuliah pun tak pernah berpisah. Di kampus, kami lebih sering diam karena orang-orang FBI bilang kalau identitas kami tidak boleh ketahuan. Hanya satu tahun kuliah dan kami lulus dengan nilai sempurna lalu melanjutkan misi-misi yang akan kami jalani berlima. Karena selalu menjalani misi bersama, kami dijuluki FIVE BLASTERS.

Flashback end

Author POV

“FIVE BLASTERS adalah lima orang detective remaja yang selalu sukses dalam menjalani misi mereka bersama dan biasanya misi-misi itu berkaitan dengan keselamatan negara atau bahkan dunia. Maka dari itu kelima remaja ini dikatakan sebagai mesin-mesin peledak yang dimiliki oleh FBI karena memang kehebatan mereka yang selalu mengejutkan apalagi saat awal gabung bersama FBI. Mereka menjadi anggota FBI saat masih berumur 10 tahun karena berhasil menyelamatkan White House dari ledakan yang mungkin saja akan menghancurkan istana negara Amerika tersebut. Nah, disini saya akan memilih lima orang untuk menjadi pemeran utama dari FIVE BLASTERS ini dan dua diantara mereka adalah detective yang ada dalam buku saya STRONG GIRLS DETECTIVE sedangkan yang tiga lagi pria,” jelas Xiao Yu pada seluruh mahasiswa-mahasiswi yang sedang berkumpul di auditorium untuk ikut berpartisipasi dalam memeriahkan ulang tahun kampus tercinta mereka.

Terdengar suara bisik-bisik dari semua orang yang sedang berkumpul di auditorium, mereka menunggu keputusan dari Xiao Yu untuk memilih siapa saja yang akan menjadi pemeran dalam pertunjukkan nantinya. Sementara yang lain asyik berbisik-bisik, Fahrenheit hanya tersenyum ketika melihat kedua gadis yang sedang duduk diantara mereka karena yakin kalau apa yang mereka pikirkan adalah benar.

“Baiklah, sudah saya putuskan untuk memilih dua orang wanita disini sebagai pemeran utamanya adalah Zhang Shao Han dan Tian Fu Zhen,” ujar Xiao Yu membuat Fahrenheit seketika membelalakkan mata mereka karena tidak percaya dengan apa yang dikatakan Xiao Yu barusan. ‘Bukankah Xiao Yu berteman dengan kedua gadis ini kenapa yang dipilih bukan mereka?’ itulah yang ada di pikiran Fahrenheit saat ini

“Untuk tiga orang pemeran pria saya akan memilih Chen Yi Ru, Wang Da Dong, dan Yan Ya Lun sebagai pelengkap dari FIVE BLASTERS,” lanjutnya

Hal ini lebih mengejutkan lagi karena Wu Chun selaku leader dari Fahrenheit tapi tidak terpilih dalam pemeran utama pertunjukkan itu padahal ayah Wu Chun merupakan salah satu donatur terbesar di NTU yang juga dikabarkan kalau keluarga Wu adalah pemilik NTU.

“Untuk semua nama yang saya sebutkan tadi silahkan naik ke atas panggung ini,” tambah Xiao Yu lagi

Setelah semua nama yang dipanggil itu naik ke panggung, penonton pun langsung member tepuk tangan meriah tapi hanya bertahan sebentar karena Xiao Yu sudah menghentikannya terlebih dahulu dengan mengepalkan kedua tangannya tepat di hadapan penonton, meminta mereka semua untuk diam.

“Pertunjukkan kali ini berjudul ‘FIVE BLASTERS For Professor’ jadi aka nada satu lagi pemeran utamanya karena FIVE BLASTERS disini bertugas melindungi Professor yang sedang melakukan penelitian untuk keselamatan dunia. Saya akan memilih WU CHUN untuk menjadi Professor jadi silahkan ikut naik ke atas panggung,” jelas Xiao Yu lagi yang disambut teriakan histeris dari para fans Wu Chun yang rata-rata adalah mahasiswi

“Baiklah, pemilihan tokoh utama sudah dilakukan oleh Xiao Yu jadi kita hanya perlu menunggu hasilnya dua minggu mendatang tepat di hari ulang tahun NTU. Sepertinya sudah cukup untuk hari ini, sampai jumpa lagi. Oh ya, sebelumnya saya mau memberitahukan kalau kalian ingin menonton sesi latihannya bisa datang saja ke auditorium ini. Sekali lagi terimakasih atas partisipasinya. Selamat siang.” Qiao En menutup acara dan mahasiswa-mahasiswi kembali ke aktivitas mereka masing-masing.

“Kita akan mulai sesi latihannya besok jadi bersiaplah!” ujar Xiao Yu pergi meninggalkan para pemeran utama pertunjukkan lalu menghampiri kedua sahabatnya

Kedua gadis lainnya yaitu Yi Chen dan Cheng Lin pun langsung naik ke atas panggung memberikan semangat pada kedua sahabatnya itu serta Fahrenheit yang masih bergelut dengan pikiran mereka.

“Bukankah kedua gadis itu sahabatnya kenapa yang dipilih adalah mereka?” tanya Da Dong pada ketiga sahabatnya yang masih mematung itu

Ternyata ucapan Da Dong terdengar oleh empat gadis manja yang juga masih di panggung bersama mereka. “Tentu saja kami yang dipilih karena kedua gadis itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kami,” ujar Shao Han membanggakan gengnya

“Kalian tidak tahu apa-apa tentang mereka jadi tidak perlu banyak komentar,” sahut Ya Lun dingin membuat keempat gadis itu bungkam seketika

“Semoga kalian bisa mendalami peran dengan baik,” lanjut Yi Ru dengan killer smilenya

Mereka pun turun dari panggung dan menghampiri Xiao Yu beserta kedua gadis yang sedang menarik perhatian mereka saat ini karena kemisteriusan gadis-gadis itu.

“Ehm Xiao Yu, xiansheng!” panggil Wu Chun pada Xiao Yu

“Aiyoo, panggil aku Xiao Yu saja cukup bukankah kita sepupu?” sahut Xiao Yu “Ada apa?” tanyanya

“Kenapa kau tidak memilih Tian Shi dan Xiao Xun saja sebagai pemeran utama tadi? Bukankah kalian itu sahabat dan aku yakin kau juga tahu kalau mereka berdua bisa bela diri jadi sepertinya lebih cocok mereka yang memerankan posisi itu,” ujar Wu Chun penasaran karena ia masih tidak habis pikir dengan maksud dari Xiao Yu yang memilih Shao Han dan Fu Zhen sebagai pemeran utama pertunjukkan FIVE BLASTERS

“Maksudmu?” tanya Xiao Yu pura-pura tidak mengerti

“Aku rasa apa yang dikatakan sudah sangat jelas,” sahut Ya Lun

“Kau hanya cukup menjawab saja pertanyaan Chun tadi!” pinta Da Dong penuh penekanan

“Ehm, apa yang perlu aku jawab? Kalian sendiri sudah tahu kalau mereka memang bisa bela diri lalu apa yang salah?” tanya Xiao Yu lagi yang membuat keempat pria itu kesal

“Aish, bisakah cukup jawab saja? Jangan balik bertanya!” pinta Yi Ru mulai tidak sabar menghadapi Xiao Yu

“Baiklah kalau kalian ingin jawaban dariku. Ilmu bela diri bukan untuk dipamerkan dalam pertunjukan tuan-tuan. Jika memang diperlukan barulah digunakan karena semua ada aturannya. Lagipula aku juga ingin melihat bagaimana kehebatan kalian dalam akting untuk acara spesial kampus ini,” jawab Xiao Yu dengan senyum tipisnya. “Dan kalau memang kalian tidak sanggup aku bisa mencari pengganti kalian yang lebih cocok untuk pertunjukkan ini,” lanjutnya seraya pergi dengan Tian Shi dan Xiao Xun meninggalkan Fahrenheit yang masih mematung untuk mencerna ucapan Xiao Yu

Sekarang mereka bertiga sedang berada di taman belakang kampus, tempat favorite Tian Shi tiap kali musim gugur. Mereka sedang membahas sesuatu yang cukup serius atau lebih tepat menyusun rencana mereka untuk hari ini.

“Setelah pertunjukan ini, mungkin pada pertengahan musim gugur kita semua harus kembali sementara waktu ke markas. Mereka bilang sudah menyiapkan misi baru untuk kita setelah misi ini selesai,” ujar Xiao Yu pada kedua gadis di hadapannya saat ini

“Kapan mereka mengabarimu?” tanya Tian Shi penuh selidik

“Sebelum aku datang ke Taiwan,” jawab Xiao Yu singkat

“Kenapa baru memberitahu kami sekarang?” sahut Xiao Xun

“Jangan bahas itu dulu, lebih baik sekarang kita ke bandara!” ajak Xiao Yu tapi kedua gadis itu masih tetap di tempatnya menunggu jawaban. “Aish, baiklah! Kemarin menurutku bukan saat yang tepat karena kita memang masih sibuk untuk misi kali ini jadi kuputuskan memberitahu kalian hari ini. Bukankah hanya terlambat sehari saja?” keluh Xiao Yu

“Ya sudah, ayo jalan!” ajak Tian Shi

Wu Chun POV

Akhirnya kami tiba juga di bandara untuk menjemput gadis manja itu yang sudah dua tahun ini tidak muncul di hadapanku. Yah, walaupun menyebalkan tapi tetap saja aku merindukannya yang seringkali sengaja mencari masalah denganku apalagi dengan suaranya yang cempreng itu membuat telingaku hampir rusak.

“Chun, mana adikmu itu? Kenapa belum kelihatan?” tanya Da Dong terlihat antusias sekali

“Iya, aku sudah sangat merindukannya rasanya tidak sabar ingin mencubit pipi chubby nya itu. Kira-kira selama dua tahun di Jepang apa dia banyak berubah ya?” kali ini Yi Ru memberondongku dengan pertanyaan yang aku sendiri tidak tahu jawabannya

“Sepertinya gadis itu tak banyak berubah,” ujar Ya Lun menatap lurus ke satu arah dimana orang yang kami tunggu menunjukkan dirinya.

“Eh, siapa yang bersamanya itu? Dan kenapa dia melambai-lambaikan tangannya pada kita? Bukankah kita belum pernah bertemu dengannya? Sepertinya dia orang Jepang asli?” kali ini Da Dong sungguh cerewet, ingin sekali aku membungkam mulutnya itu.

“Wu Ying Jie, kesini!” seru Yi Ru memanggil gadis itu sambil melambai-lambaikan tangannya

Gadis yang tak lain adalah adikku satu-satunya ini berlari ke arah kami dan langsung memelukku. Sepertinya dia sangat merindukanku sampai memeluk seerat ini. Wajar saja karena memang kami sudah dua tahun tidak bertemu sama sekali. Pria yang datang bersama Ying Jie pun berjalan menghampiri kami seraya tersenyum sambil membungkukkan kepalanya member salam.

“Kenalkan, dia seniorku di Jepang namanya…”

“FUJIOKA TATSUO!” teriak beberapa orang dari belakang kami yang membuat pria ini tersenyum dan Ying Jie mengerutkan keningnya bingung. Tak lama ada dua orang gadis yang langsung melompat dan berhambur ke pelukan pria ini.

Tak jauh berbeda dariku, ketiga pria yang tadi datang bersamaku pun terkejut melihat kejadian ini. Kenapa Tian Shi dan Xiao Xun bisa mengenal pria ini dan tak lama muncullah sosok seorang pria lagi yang baru kuketahui kalau ternyata dia adalah sepupuku, siapa lagi kalau bukan Xiao Yu. Jadi mereka berempat saling mengenal?

“LauLiHsu, aku merindukan kalian,” ujar pria Jepang yang datang bersama adikku

“LauLiHsu?” tanyaku berbarengan dengan Ya Lun, Da Dong, dan Yi Ru

“Apa mereka sahabat-sahabatmu itu senpai?” tanya Ying Jie pada seniornya yang dijawab anggukan singkat

“Jadi kalian saling kenal? Ternyata dunia ini sempit sekali ya!” ujar Yi Ru dengan nada herannya

“Hmm, apa maksudmu memanggil mereka dengan LauLiHsu?” pertanyaan Ya Lun yang hampir saja aku lupakan

“Oh, itu hanya julukan kami saja sejak kecil,” jawabnya “Oh ya, Ying Jie aku permisi dulu ya masih ingin melepas rindu dengan sahabat-sahabatku ini,” lanjutnya lagi seraya pergi meninggalkan kami setelah memberi salam

“Kau sudah lama mengenal pria itu?” tanyaku pada Ying Jie

“Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Tokyo University aku sudah mengenalnya karena dia itu senior yang paling baik disana. Setahun yang lalu Tatsuo senpai lulus dari Tokyo University dengan nilai sempurna. Berhubung ia sudah mengnaggapku sebagai adiknya sendiri jadi walaupun ia sudah lulus, kami masih sering bertemu. Ketika aku bilang akan kembali ke Taiwan, dia juga memutuskan untuk ikut karena katanya ingin bertemu dengan sahabat-sahabatnya disini,” jelas Ying Jie panjang lebar dan sepertinya aku bisa mendapat informasi lebih dari orang-orang terdekatku ini


Tian Shi POV


Setelah dari bandara, kami hanya ikut kemana Xiao Yu akan membawa kami tapi sepertinya sih sesuatu yang membahagiakan karena dari tadi kulihat wajahnya terus saja tersenyum. Jujur aku cukup penasaran sekarang melihat tingkah anak ini dan sangat sulit ditahan lagi untuk tidak bertanya.

“Sebenarnya kita mau kemana?” tanyaku yang memang dari tadi sudah penasaran

“Reuni FIVE BLASTERS!” jawabnya semangat

“Maksudmu?” lanjut Xiao Xun yang juga tidak mengerti sepertiku

“Aish, kalian ini menyebalkan sekali. Aku bilang kan reuni berarti kita akan berkumpul lagi seperti dulu,” sahutnya

“Hmm, maksudmu kita berlima? Apa dia juga disini?” tanyaku lagi sedikit antusias dan dijawab oleh anggukan Xiao Yu

“Really?” kami bertiga pun bertanya dengan kompaknya karena memang FIVE BLASTERS sudah lama tidak bertemu mungkin sekitar dua tahun sejak aku dan Xiao Xun kembali ke Taiwan untuk melanjutkan misi ini. “Sejak kapan?” lanjutku

“Sudah beberapa hari yang lalu dan kita akan mendengarkan juga informasi tentang Anne Huang darinya karena memang ia ditugaskan untuk menyelidiki gadis itu,” jelas Xiao Yu

Tak lama, Xiao Yu menghentikan mobilnya di Yamingshan National Park, mungkin dia menunggu kami disini. Tapi kalau memang benar apa dia gila? Astaga, mana mungkin membicarakan hal sepenting ini di tempat terbuka?

“Silahkan turun!” ujar Xiao Yu dengan senyum manis yang dibuat-buat

“Hei kau gila? Mana mungkin kita membahas hal sepenting ini di tempat terbuka?” tanya Xiao Xun yang ternyata sepemikiran denganku

“Aish, kau ini cerewet sekali! Turunlah dia sudah menunggu kita, nanti setelah jalan-jalan sebentar baru kita pergi membahas hal ini. Lagipula bukankah sekarang masih musim gugur dan kalian berdua menyukai tempat ini bukan? Kurasa warna daun maple saat ini sangat indah, apa kalian ingin melewatkan itu?” tanya Xiao Yu yang lebih tepatnya berusaha merayu kami agar mau turun tapi memang usahanya tidak sia-sia. Kami pasti turun kalau sudah berkaitan dengan maple di musim gugur.

Dari kejauhan aku melihat sosok punggung seseorang yang sangat familiar dan sepertinya memang benar dialah pemilik punggung ini. Aku benar-benar merindukannya, jarak kami semakin dekat. Sepertinya ia menyadari kedatangan kami, perlahan tapi pasti tubuhnya berbalik sempurna ke arah kedatangan kami seraya tersenyum dan melambai-lambaikan tangannya.

“Sudah lama tak bertemu, apa kalian tidak merindukanku ehm?” tanya pria ini sambil merentangkan tangannya dan masih tersenyum


Aish, pria ini selalu saja tersenyum seperti itu membuatku dan Xiao Xun akhirnya menyerah juga. Kami berdua langsung menghambur ke pelukannya. Pria ini memang berbeda dari Xiao Yu dan Tatsuo-kun yang memiliki wajah imut, ia lebih menjurus ke sosok tampan. Bukankah kami berdua beruntung berada di antara tiga pria yang digilai wanita seperti mereka? Yah, kemanapun kami berlima pergi pasti selalu menjadi pusat perhatian tiap wanita yang mengagumi sosok ketiga pria ini.

>>> To be continue ----->

No comments:

Powered by Blogger.