Saturday, 17 May 2014

Forget? Never!! [Part 2]


Title:               Forget? Never!
Genre:            Friendship, Romance
Main Cast:     Calvin Chen as Chen Yi Ru
                        Hebe Tian as Tian Fu Zhen
Other Cast:    JJ Lin as Lin Jun Jie
                        Danson Tang as Tang Yu Zhe
                        Jiro Wang as Wang Da Dong
                        Genie Zhuo as Zhuo Wen Xuan
                        Ariel Lin as Lin Yi Chen

Older Post : Part 1

Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.



Sesuai janjinya, saat jam istirahat Yi Chen pun mengajak Fu Zhen berkeliling sekolah sambil menceritakan beberapa hal yang perlu diketahui. Tentu termasuk anak-anak populer yang wajib diketahui oleh mereka selama bersekolah di sana. Setelah berkeliling, mereka pun bergegas ke kantin sebelum jam istirahat berakhir. Yi Chen terlihat sangat bersemangat sekali menceritakan hal-hal apa saja tentang sekolah ini.

“Begitulah, di sekolah ini ada tiga orang siswa populer yang memiliki banyak fans. Mereka sangat memanfaatkan popularitas untuk menjadikan siswi-siswi di sini kekasih mereka. Aku yakin pasti sebentar lagi kau juga akan menjadi incaran mereka Fu Zhen jadi sebaiknya kau lebih hati-hati,” ujar Yi Chen memperingatkan

“Lalu bagaimana denganmu Yi Chen? Siapa di antara mereka yang pernah menjadi kekasihmu? Aku yakin kau pasti menyukai salah satu dari mereka bukan?” sahut Fu Zhen membuat Yi Chen terdiam seketika, rona kemerahan muncul di pipinya

“Ehmm… Aku…” belum sempat melanjutkan apa yang ingin ia ucapkan sudah terjadi keributan di kantin tersebut

“Siapa dia?” tanya Fu Zhen begitu melihat seorang siswi berjalan ke arah salah satu dari siswa populer tersebut “Untuk apa gadis itu mendekati Yi Ru? Apakah dia?” batinnya

“Dia Wen Xuan biasanya dipanggil Genie, salah satu siswi populer karena perusahaan ayahnya menduduki peringkat keenam terbesar di Asia. Satu lagi saat ini dia yang menjadi kekasih Calvin,” jelas Yi Chen yang hanya disahuti anggukan mengerti dari Fu Zhen

“Kau belum menjawab pertanyaanku tadi Yi Chen,” ujar Fu Zhen dengan senyum menggodanya

“Ayolah Fu Zhen, jangan buat aku malu!” pinta Yi Chen memasang wajah memelasnya

“Baiklah, biar kutebak sendiri saja. Danson kah?” tanya Fu Zhen tersenyum misterius melihat teman barunya ini mendadak jadi salah tingkah

“Ke – kenapa kau menebak dia?” tanya Yi Chen gelagapan sekaligus penasaran

“Saat bercerita tentangnya kau terlihat sangat antusias sekali jadi kesimpulanku memang dia orangnya, benarkan?” sahutnya

“Wah, kau memang luar biasa!” kagum Yi Chen sambil mengacungkan kedua jempolnya

Atmosfir yang sangat berbeda terjadi di kantin ketika Wen Xuan memasuki kantin. Beberapa gadis yang tadinya berkumpul di tempat Calvin berada langsung menjauh. Mereka tidak mau berhadapan dengan gadis itu karena sesuatu bisa saja terjadi pada mereka. Yah, Wen Xuan dikenal sebagai seorang yang sangat posesif.

Melihat kekasihnya datang menghampiri, Calvin hanya memasang senyum terbaiknya yang bisa meluluhkan siapapun gadis yang melihat. Ayolah, pria pemilik julukan ‘killer smile’ itu selalu berhasil menghipnotis gadis manapun yang melihatnya.

“Aku dengar di kelasmu ada anak baru?” tanya Genie begitu sudah menduduki tempatnya tepat di samping kanan Calvin





“Uhm, begitulah!” sahut Calvin singkat

“Aku juga dengar dia siswi pindahan dari Amerika, apa itu benar?” tanyanya lagi yang hanya dijawab anggukan oleh Calvin. “Apa dia cantik?” tanyanya lagi

“Kau pasti tahu jawabannya Genie. Bagiku semua wanita di dunia ini memiliki kecantikan yang berbeda dan aku pun merasa siswi baru itu cantik,” jawab Calvin dengan senyum misteriusnya. “Sangat cantik,” tambahnya dalam hati

“Tapi aku tetap yang paling cantik kan!” seru Genie memaksa

Mendengar ucapan Genie membuat seorang pria yang sejak tadi berada di sana memutar bola matanya malas. Ayolah, ia sedang asyik mengobrol dengan sahabatnya ini tapi tiba-tiba gadis itu datang dengan kebiasaannya yang membuat siapapun kesal melihatnya.

Satu hal yang sampai saat ini ingin ia tanyakan pada sahabatnya. Apakah Calvin masih waras hingga mau menjadikan gadis posesif ini sebagai kekasihnya? Terkadang ia merasa kasihan juga pada Calvin yang kebebasannya mulai berkurang sejak paacaran dengan Genie.

Well, bagaimana gadis itu?” tanya pria yang dari tadi sudah tak tahan mendengar ocehan Genie akhirnya angkat bicara

“Menarik,” sahut Calvin singkat

So, apa dia targetmu selanjutnya?”tanyanya lagi

Pertanyaan itu sontak membuat Genie dan siswi lain yang mendengarnya membulatkan mata mereka. Mereka penasaran dengan jawaban Calvin terlebih lagi Genie yang langsung melotot mendengarnya. Kalau benar siswi baru itu target Calvin selanjutnya itu berarti nasibnya menjadi kekasih Calvin akan segera berakhir. Tentu ia tak mau itu terjadi. Calvin tak menjawab hanya memasang senyum misteriusnya, namun bagi pria yang bertanya itu adalah jawaban yang cukup memuaskan.

“Persiapkan dirimu, Wen Xuan xiaojie!” ujar pria itu sambil memamerkan evil smirk-nya

“Apa maksudmu Jiro? Itu tidak akan terjadi, iya kan baobei?” tanya Genie penuh penekanan sementara Calvin hanya mengangkat bahunya malas menjawab

“Kau jelas tahu maksudku,” sahut Jiro tersenyum sinis

Puas melihat Genie kesal membuat tawanya yang sudah ia tahan sejak tadi akhirnya meledak. Namun, hal itu justru disambut teriakan histeris oleh ppara siswi di kantin. Kabarnya tawa Jiro seperti seorang iblis yang baru memenangkan sesuatu, sangat mempesona. Aneh? Entahlah!

Di saat suasana kantin penuh dengan histeris para siswi yang masih asyik mengagumi Jiro tertawa muncul seorang pria lain di kantin itu yang menambah suasana lebih menggemparkan. Kini di kantin tiga pria populer sedang berkumpul walaupun pria satu ini lebih di kenal sebagai rival Calvin bukan seperti Jiro yang merupakan sahabat Calvin.

Mereka duduk terpisah dengan melemparkan tatapan saling membenci satu sama lain. Tak ada yang tahu masalah apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka. Bukan tak ada, hanya seorang yang tahu dan tak lain adalah Jiro.

Keheningan terjadi saat tatapan benci itu masih terlihat dari bola mata kedua pria populer tersebut. Tak ada yang berani menginterupsi mereka sampai suara decitan sebuah kursi terdengar di antara keheningn tersebut.

“Astaga!” pekik seorang siswi

Semua mata kini tertuju pada seseorang yang menimbulkan suara decitan kursi tersebut dan siswi yang memekik barusan. Berani sekali dia. Bisikan-bisikan terdengan dari siswa-siswi di kantin tersebut. Sementara orang tadi tak peduli dan lebih memilih menghampiri salah seorang dari pria populer tersebut.

Sorry! Chen Yi Ru?” tanya orang itu

Yes, it’s me! But you can call me Calvin,” sahut Calvin

Are you remember me?” tanya orang tersebut yang tak lain adalah Fu Zhen dengan tatapan tajamnya

“Uhmm… Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Calvin dengan wajah bertanya namun tetap dengan senyum menawan bagi para gadis yang melihatnya

“Ah… It’s okay! No problem but one thing I know, you forget our promise. I wanna say thanks ‘Bear Boy,” ujar Fu Zhen kemudian pergi begitu saja meninggalkan Calvin yang terpaku

Ada yang berbeda dari Calvin, tatapan matanya terlihat kosong. Dalam pikirannya muncul sekelebat bayangan yang entah apa ia sendiri tak tahu. Jiro menyadari hal itu, tatapan kosong milik sahabatnya. Tiba-tiba suara erangan yang cukup kerasa terdengar.

“Arghh!” Calvin mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya

“Calvin!” seiisi kantin terlihat panik

Sakit. Itulah yang Calvin rasakan saat ini. Kepalanya seperti mau pecah, bayangan-bayangan itu belum juga hilang. Sungguh ia merasa sesuatu yang sangat menyakitkan dalam hati dan pikirannya. Perlahan pandangannya mulai buram dan lama-kelamaan gelap. Calvin tak sadarkan diri, pingsan lebih tepatnya. Jiro pun segera mengambil tindakan membawa Calvin ke rumah sakit.

Selama dalam perjalanan ke rumah sakit ada satu hal yang mengganggu pikiran Jiro. Ia merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Namun, saat ini ia tak bisa berpikir jernih yang terpenting adalah Calvin cepat mendapat pertolongan.

Begitu tiba di rumah sakit, Calvin langsung dibawa ke ruang ICU. Tanpa perlu repot-repot bagi Jiro untuk mengurus adminstrasi yang harus ia lengkapi karena bagaimanapun juga rumah sakit ini adalah milik keluarganya.

SpeXial General Hospital

Selama menunggu dokter keluar dari ruang ICU, Jiro memutar otaknya. Ia mencari sesuatu di sana, sesuatu yang tidak asing. Namun kenapa rasanya sulit sekali membongkar pikirannya itu untuk mengingat sesuatu yang pasti berhubungan dengan pingsannya Calvin secara mendadak. Di tengah kesibukan berkutat dengan pikirannya, ada sebuah suara yang menginterupsi.

“Da Dong, apa yang terjadi? Kenapa Yi Ru bisa pingsan mendadak begini?” tanya seorang wanita paruh baya, terlihat jelas raut khawatir di wajahnya

“Uhmm… Di sekolah kami ada siswi baru pindahan dari Amerika dan sekelas dengan Yi Ru. Sewaktu istirahat  di kantin ia menghapiri Yi Ru dan menanyakan apa Yi Ru mengingat dirinya atau tidak? Yi Ru pun balik bertanya apa mereka pernah bertemu sebelumnya? Namun, siswi baru itu mengatakan ‘No problem but one thing I know, you forget our promise. I wanna say thanks Bear Boy’. Dia pergi begitu saja dan tak lama kemudian Yi Ru mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya,” jelas Jiro sesuai dengan kronologis kejadian

Wanita paruh baya itu terdiam, memikirkan sesuatu. Ia merasa ada yang ganjil disini dan mungkin seperti yang ia pikirkan sekarang. Ia yakin dugaannya tepat.

“Apa dia sudah kembali? Tapi kenapa mereka tidak memberiku kabar? Astaga! Da Dong, tanggal berapa sekarang?” tanyanya histeris

“14 April,” sahut Jiro singkat dengan kening berkerut begitu melihat perubahan ekspresi ibu Yi Ru beda dari biasanya. Shock? Mungkin seperti itulah.

“Siapa nama gadis itu?” tanya ibu Yi Ru lagi atau biasa dipanggil Bibi Chen oleh Da Dong dengan masih menampakkan raut shock di wajahnya

“Aku belum tahu namanya karna Yi Ru sudah pingsan lebih dulu setelah dinggal gadis itu,” jawab Da Dong dengan rasa penasaran yang sudah bisa dibendung lagi akhirnya ia pun bertanya. “Memang ada apa sebenarnya?” tanyanya

Bibi Chen mengerjapkan mata untuk memulihkan kesadarannya dari rasa shock tadi. Ia harus memberitahu Da Dong agar bisa membantu mencari jalan keluar yang terbaik untuk anaknya. Saat ini otaknya benar-benar buntu kalau harus berpikir jadi ia perlu bantuan sekedar saran.

“Kau ingat dulu Yi Ru sering menceritakan tentang teman masa kecilnya?” tanya Bibi Chen yang dijawab anggukan oleh Da Dong, ia masih menunggu cerita Bibi Chen untuk menghilangkan rasa penasarannya

“Dulu saat berusia tujuh tahun Yi Ru dan teman kecilnya pernah membuat sebuah janji. Sebelum teman kecilnya pindah ke luar negeri bersama kedua orang tuanya, mereka membuat janji akan bertemu lagi sepuluh tahun kemudian di tanggal dan bulan yang sama. Yi Ru selalu menunggu hari itu tiba. Setiap hari selama lima bulan berturut-turut tiada hari bagi Yi Ru untuk tidak mengunjungi rumah teman kecilnya itu. Ia bilang kalau mungkin saja temannya akan pulang tiba-tiba karena lupa ada sesuatu yang tertinggal di rumahnya. Kami yang merasa kasihan melihat Yi Ru seperti itu akhirnya memutuskan untuk pindah rumah sekaligus memindahkan sekolah Yi Ru agar ia bisa mulai terbiasa hidup tanpa teman kecilnya. Namun, walau sudah lebih dari tiga tahun pindah tetap saja Yi Ru masih memikirkannya terus. Di saat ia sedang sendirian pasti Yi Ru selalu terlihat melamun dan wajahnya Nampak sedih. Ia terus menatap langit malam sebelum tidur sama seperti kebiasaan mereka dulu tiap malam. Bibi sungguh bersyukur setelah kepindahan kami Yi Ru bisa bertemu dan berteman denganmu dan juga Yu Zhe. Perlahan keceriaannya mulai kembali. Namun, kejadian itu merubah segalanya,” Bibi Chen mengakhiri ceritanya dengan sebutir air menetes dari matanya

“Apa maksud bibi kalau siswi baru itu ‘Barbie Star’ nya Yi Ru?” tanya Da Dong lagi setelah pikirannya berhasil mengolah maksud cerita dari Bibi Chen dengan cerita-cerita Yi Ru yang sering ia ceritakan dulu

“Begitulah, nama sahabat kecilnya adalah Tian Fu Zhen. Hari ini tepat sepuluh tahun dari waktu yang mereka janjikan. Dulu Yi Ru sangat rajin menandai tanggal di kalender dan menyimpannya,” jelas Bibi Chen dengan pandangan menerawang

Da Dong dapat melihat jelas raut kesedihan di wajah Bibi Chen, ia mengerti. Sangat. Ia tahu bagaimana Yi Ru yang dulu selalu antusias tiap kali menceritakan tentang teman masa kecilnya.

“Da Dong, ni ke yi bang wo ma?” tanya Bibi Chen memecah lamunan Da Dong yang sedang melayang ke masa lalu dimana ia dan Yi Ru masih berada di tingkat Sekolah Dasar kelas lima.

“Apa yang bisa kubantu?”

“Tolong ajak dia ke rumah, aku ingin bertemu,” jawab Bibi Chen

“Akan ku usahakan,” balas Jiro yang disambut senyuman lembut keibuan dari wanita paruh baya tersebut

Tak lama kemudian, pintu ruang ICU terbuka dan memunculkan sosok seorang pria paruh baya dengan jas putihnya. Ia menghela nafas, mungkin yang melihat ekspresi dokter tersebut akan memiliki suatu pemikiran yang tidak baik. Apakah terjadi sesuatu?

“Keluarga pasien Chen Yi Ru?” tanya dokter tersebut

“Aku ibunya. Ada apa dengan Yi Ru, dokter?” tanya Bibi Chen

“Silakan ikut ke ruangan saya,” sahut dokter

***

Keadaan dalam sebuah apartemen terasa sangat hening. Sesekali penghuni apartemen tersebut yang merupakan gadis cantik menghela nafas kasar. Walau terlihat sibut dengan laptopnya tapi pikiran gadis itu tidaklah fokus pada layar flat di depannya.

Baru kali ini terjadi seorang Tian Fu Zhen terlihat tak fokus pada pekerjaannya., ekspresinya pun sulit diartikan. Aneh? Tentu saja. Fu Zhen selalu berusaha melakukan pekerjaannya sesempurna mungkin. Ia tak ingin melewatkan satu hal pun karena itu akan berakibat cukup fatal bagi pekerjaannya.

Di tengah kemelut yang sedang melanda hati dan pikirannya. Dering ponsel berbunyi menandakan ada seseorang entah di mana ingin bicara dengannya. Tak perlu menunggu waktu lama, Fu Zhen mengangkat teleponnya.

Wei,” sahutnya lemas

Apa yang terjadi?” tanya seseorang di seberang sana terdengar cemas

“Aku yakin Yi Chen pasti sudah menceritakannya padamu ge. Ia tidak menepati janji, ta wang ji wo,” sahut gadis itu lemah

Kau harus mencari tahu penyebabnya terlebih dahulu Fu Zhen!” sarannya

“Uhmm, wo zhidao le ke shi…,

Weishenme?

“Hal itu membuatku tidak fokus melakukan pekerjaan ge,” jawab Fu Zhen terdengar frustasi

Jangan terlalu memikirkan pekerjaan! Bukankah saat ini kau sedang mengambil cuti? Fokuskanlah pada apa yang menjadi tujuanmu saat ini!” sahut orang tersebut

“Aku tidak bisa ge, pekerjaan ini tidak mungkin kutinggalkan. Kau pasti mengertikan?”

Aku hanya memberimu saran Fu Zhen! Jika memang kau perlu teman berbagi jangan ragu untuk cerita denganku atau kau mungkin juga bisa mencoba cerita dengan Yi Chen. Ia akan dengan senang hati mendengar ceritamu,”ujarnya

Hao a, xiexie ni Jun Jie ge,” balas Fu Zhen

Sebaiknya kau istirahat saja sekarang. Jernihkan pikiranmu terlebih dahulu! Jangan berpikir macam-macam, mengerti?”

Yes, sir!” sahutnya tegas

Okay, good night princess,”

“Yah, good day ge,” balas Fu Zhen seraya memutuskan panggilan teleponnya

Setelah menerima telepon dari JJ, kini senyum manis terukir di wajah manisnya. Fu Zhen merasa lebih tenang sekarang. Benar kata Jun Jie ge, aku harus menjernihkan pikiran terlebih dahulu. Mungkin besok aku bisa menemukan jawabannya. Itulah pikiran Fu Zhen saat ini. Ia pun menaruh laptopnya di meja kemudian membaringkan tubuh di ranjang Queen Size nya dengan berbalut selimut. Tak lama kemudian mata gadis itu terpejam sempurna dan mulai menjelajahi alam mimpi.

***

Sejak jam pelajaran dimulai hingga bel istrirahat berbunyi Fu Zhen sama sekali tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh gurunya. Ia sibuk dengan pikiran sendiri apalagi hari ini Yi Ru tidak masuk sekolah karena sakit. Fu Zhen juga baru tahu tadi pagi ketika berjalan di koridor kalau kemarin Yi Ru atau yang biasa mereka panggil Calvin mendadak pingsan setelah mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya saat ia pergi.

Sebenarnya ada apa denganmu Bear Boy? Aku tahu itu gejala apa tapi apakah mungkin?” tanyanya dalam hati

Saat ini Fu Zhen dan Yi Chen sedang makan siang di kantin. Mereka sesekali mengobrol tapi terlihat jelas jika Fu Zhen tidak fokus dan Yi Chen sangat tahu apa penyebabnya. Ia memang pernah diceritakan oleh JJ mengenai alasan kembalinya Fu Zhen ke Taiwan dan masuk sekolahnya.

 Suara berat seseorang mengiterupsi kegiatan kedua gadis yang sedang asik berkutat dengan pikiran masing-masing. Yi Chen yang merasa tak asing dengan suara itu segera mendongakkan kepala dan seketika matanya terbelalak. Sedangkan Fu Zhen yang melihat reaksi berlebihan dari Yi Chen pun ikut mengalihkan pandangannya ke sosok pemilik suara tersebut.

“Kau… mau apa kesini?” suara Yi Chen tercekat

“Hanya ingin menyapa siswi baru yang terkenal kecantikannya di sekolah ini,” sahut orang tersebut

Fu Zhen yang mendengarnya hanya memutar bola mata bosan. Gombal. Dari ucapan pria tersebut dan dengan melihat bagaimana reaksi berlebihan dari teman barunya, Fu Zhen dengan cepat menyimpulkan sesuatu. Ia tahu siapa pria ini.

May I know your name miss?” tanya pria tersebut memamerkan senyum manisnya

“Tian Fu Zhen,” jawabnya singkat dengan nada dingin

“Wow, beauty name like you,” puji pria itu

Thanks but gombalanmu itu sayangnya sudah basi. Aku tahu kau salah satu dari tiga siswa populer nan playboy di sekolah ini so go away from me,” ujar Fu Zhen seraya beranjak dari tempat duduknya

Siswa-siswi di kanti yang mendengar ucapan Fu Zhen hanya melongo. Entah apa yang ada di pikiran mereka saat ini tapi yang jelas kaget melihat penolakan Fu Zhen secara terang-terangan. Ayolah, seisi sekolah ini tahu kalau tak ada seorangpun gadis yang tidak meleleh ketika berhadapan dengan pria populer seperti Calvin, Jiro, dan Danson. Namun, miris sekali saat ini kali pertamanya mereka melihat seorang Danson ditolak mentah-mentah.

Baru beberapa langkah berjalan Fu Zhen menghentikan langkahnya ketika mendengar suara seseorang memanggil namanya. Ia pun menoleh dan melihat seorang pria yang kini berjalan ke arahnya dengan gaya cool-nya. Fu Zhen masih diam, menunggu pria ini bicara. Ia tahu siapa yang ada dihadapannya saat ini. Jiro, salah satu dari siswa populer dan merupakan teman Calvin. Kemarin saat menghampiri Calvin, ia melihat Jiro yang berada di dekat pria itu.

Well, ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu,” ujar Jiro membuka suaranya

Fu Zhen mengangguk menyanggupi, ia merasa kalau yang akan dibicarakan pria ini ada hubungannya dengan Calvin. Ia ingin mencari tahu apa yang terjadi pada teman masa kecilnya itu. Fu Zhen ingin membuktikan apakah asumsinya itu benar atau tidak? Kini mereka berada di taman belakang sekolah.

“Ada apa dengan Calvin?” tanya Fu Zhen to the point

“Wow, jadi kau sudah bisa menebak kalau aku ingin bicara tentang Calvin?” Jiro berdecak kagum padahal ia belum ada mengutarakan maksudnya

“Tentu. Memangnya hal apalagi yang membuat seorang Jiro ingin bicara denganku?” sahutnya

“Uhmm, mungkin aku akan merayumu seperti yang dilakukan Danson di kantin tadi,” balas Jiro

“Kau tidak mungkin melakukan itu karena aku tahu kau menyukai Yi Chen bukan?” ujar Fu Zhen dengan seringaian di bibirnya

Sesuai yang ia perkirakan melihat reaksi Jiro yang mendadak tegang. Analisinya memang tak pernah salah, hanya dengan sekali melihat bagaimana kemarin ketika Jiro sesekali mencuri pandang ke arah Yi Chen ketika mereka di kantin.

“Ba – bagaimana?” Jiro tergagap, mulutnya terbuka

Terkejut? Tentu. Ia bahkan tak pernah menceritakan hal ini pada siapapun bahkan pada Calvin tentang dirinya yang menyukai Yi Chen. Tapi, kenapa gadis ini bisa tahu? Kekaguman Jiro berlipat ganda, sempat ia berpikir apakah Fu Zhen seorang peramal? Namun, pemikirannya tentang hal itu segera di tepisnya. Ia ingat tujuan awal ia mengajak Fu Zhen bicara.

“Kejadian kemarin itu salah paham, ada alasan kenapa Calvin tidak mengingatmu,” ujar Jiro

I know that but… Sorry, I can’t control my emotion yesterday,” lirih Fu Zhen sambil menundukkan kepalanya

“Aku mengerti kenapa kau bisa bersikap seperti itu kemarin,” balas Jiro seraya menepuk pundak Fu Zhen membuat gadis itu mendongakkan kepalanya

I want to know why?

“Sepulang sekolah nanti aku akan mengantarmu ke rumah Calvin, Bibi Chen akan menjelaskan semuanya padamu,” ujar Jiro dengan seulas sanyum tipis di bibirnya

Thanks Jiro. Aku tahu kau orang yang baik. Perjuangkanlah cintamu pada Yi Chen, buat dia melupakan Danson. Jiayou,” Fu Zhen pun mergi meninggalkan Jiro yang lagi-lagi dibuat terperangah oleh ucapannya

“Astaga, aku bisa gila kalau seperti ini. Siapa sebenarnya gadis itu?” pikirnya seraya mengacak-ngacak rambutnya hingga terlihat berantakan namun hal itu justru meningkatkan kadar ketampanannya 

“Jika sudah waktunya kau akan tahu siapa aku,” batin Fu Zhen yang masih bisa mendengar gerutuan pria itu  

>>> To be continue.....

No comments:

Powered by Blogger.