Title:
Forget? Never!
Genre:
Friendship, Romance
Main
Cast: Calvin Chen as Chen Yi Ru
Hebe
Tian as Tian Fu Zhen
Other
Cast: JJ Lin as Lin Jun Jie
Danson Tang as Tang Yu
Zhe
Jiro Wang as Wang Da
Dong
Genie Zhuo as Zhuo Wen
Xuan
Ariel Lin as Lin Yi Chen
Disclaimer:: Saya membuat
cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi
mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi
jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.
Malam
indah bertabur bintang tengah menjadi saksi dua anak manusia yang sedang
mengikrarkan janji mereka. Janji yang akan ditepati oleh mereka nantinya ketika
dewasa. Yah, kedua anak itu kini masih berusia tujuh tahun.
Perpisahan.
Hanya satu kata yang paling tidak diinginkan oleh tiap manusia di dunia
begitupula dengan dua anak manusia berbeda gender ini. Mereka sudah empat tahun
berteman tapi sekarang salah satu diantara mereka harus pergi.
“Apa
kau benar-benar akan pergi?” tanya anak lelaki pada sahabatnya
“Uhmm,
lusa aku akan pindah,” sahut gadis kecil yang tengah memandangi langit
berbintang
“Kenapa
kau harus pindah? Lalu bagaimana denganku?”
Gadis
kecil itu menolehkan kepala menghadap sahabatnya, ia tersenyum manis. Sementara
anak lelaki itu hanya diam sambil menatap wajah sahabatnya menunggu jawaban.
“Aku
tidak akan melupakanmu, sepuluh tahun lagi aku akan kembali tepat di tanggal
dan bulan yang sama. Apa kau bisa menunggu dan tidak melupakanku?” tanyanya
“Ya,
aku janji tidak akan pernah melupakanmu sampai kapanpun. Aku akan selalu
menunggumu,” sahut anak lelaki dengan senyum lebarnya
“Jangan
mengumbar janji Yi Ru, kau akan menyesal jika tidak bisa menepatinya,” balas
gadis kecil itu seraya mengmbalikan pandangannya menatap langit
“Tenanglah!
Aku ini kan anak yang pintar,” sahut Yi Ru penuh percaya diri
Gadis
kecil itu mendengus sebal mendengar jawaban dari sahabatnya yang terlalu
percaya diri. Ia terkadang berpikir kenapa bisa memiliki teman yang tingkat
kepercayaan dirinya terlalu tinggi seperti Yi Ru. Namun, bagaimanapun sifat
sahabatnya, tetap saja hanya lelaki kecil ini yang mau menjadi temannya. Selama
ini ia selalu dijuluki aneh oleh teman-teman seusianya.
“Kau
tahu? Kapasitas setiap otak manusia normal hanya digunakan maksimal 8-12% saja
bahkan bagi seorang jenius seperti Einstein sekalipun hanya menggunakan 18-22%
kapasitas otaknya. Setiap hari akan ada beberapa saraf yang terputus sehingga
memperlambat kinerja otak. Hal itu memungkinkan bagi seseorang melupakan
sesuatu dari yang tidak penting hingga terpenting bagi dirinya,” jelas gadis
kecil itu panjang lebar membuat Yi Ru hanya bisa melongo mendengarnya
“Aish…
Ucapanmu tadi benar-benar membingungkan Fu Zhen. Sebagai pria sejati aku tidak
akan mengingkari janjiku. Jadi kau harus percaya padaku!” sahut Yi Ru dengan
nada tegas sambil menepuk dadanya sendiri
“Huh!
Terserah kau saja! Aku sudah menjelaskan padamu tadi, salah sendiri jika tidak
mengerti maksud ucapanku,” ujar Fu Zhen kesal
“Tapi
bagaimana jika sebaliknya? Kau yang melupakanku?” tanya Yi Ru yang tidak
terlalu menanggapi kekesalan sahabatnya itu
“Hal
itu tidak mungkin terjadi Yi Ru karena aku memiliki cara khusus untuk mengingat
janji yang penting bagiku. Kaulah yang paling memungkinkan,” balas Fu Zhen
“Aku
juga punya cara sendiri untuk mengingat semuanya,” sahut Yi Ru tak terima
dengan ucapan Fu Zhen
Bosan
berdebat dengan sahabatnya, Fu Zhen hanya menghela nafas kasar. Ia memfokuskan
pandangannya pada langit yang dipenuhi bintang-bintang. Berbeda dengan Yi Ru
yang justru memandangi wajah sahabatnya dari samping. Mungkin ia bermaksud
menanam ingatannya tentang gadis kecil itu.
Hari
dimana perpisahan tiba, kedua anak berusia tujuh tahun itu saling mengaitkan
kelingking mereka satu sama lain. Janji yang mereka ucapkan untuk bertemu lagi
sepuluh tahun kemudian di tanggal dan bulan yang sama. Mungkinkah terwujud?
“Jangan
melupakan aku!” perintah Yi Ru dengan tegasnya
“Aku
harap kau pun begitu. Sampai jumpa sepuluh tahun kemudian,” sahut Fu Zhen
Sepasang
sahabat itu saling berpelukan sebelum salah satu dari mereka benar-benar harus
pergi jauh. Hanya satu menit, cukupkah? Mereka akan berpisah selama sepuluh
tahun dengan salam perpisahan berupa pelukan dalam waktu satu menit.
Kepada para penumpang tujuan Paris,
harap segera check in. Pesawat akan take off sepuluh menit lagi.
Pemberitahuan
keberangkatan pesawat sudah terdengar menandakan perpisahan mereka benar-benar
terjadi. Tak ada yang bisa mencegah, semua sudah takdir. Cukup menunggu hingga
waktu yang sudah ditentukan.
***
Tanpa
terasa waktu terus berlalu seiring dengan pergantian tahun yang sudah berjalan
sepuluh tahun. Janji dua orang anak manusia yang dulu berusia tujuh tahun
kini berlipat menjadi tujuh belas tahun. Pertemuan mereka akan segera terjadi
namun mungkin hasilnya tak sesuai dengan harapan.
“Kau
yakin akan kembali ke Taiwan besok?” tanya seorang pria pada seorang gadis
cantik bermata hazel
“Tentu
saja ge, aku harus menepati janji
yang sudah kubuat dan lagipula aku sudah meminta izin untuk mengambil cuti selama
setahun ini. Aku ingin merasakan sekolah yang normal seperti remaja seusiaku,”
jawab gadis itu
“Uhmmm…
Tapi…,” pria itu terlihat ragu untuk mengucapkan sesuatu
Gadis
itu mengalihkan perhatian dari laptopnya ke arah pria yang sejak tadi
mengajaknya bicara. Ia menunggu apa yang ingin diucapkan oleh pria yang berusia
tujuh tahun di atasnya. Tak sabar menunggu pria itu mengatakan sesuatu membuat
gadis itu yang lebih dulu membuka suaranya.
“Kau
tenang saja! Aku masih akan tetap mengerjakan apa yang seharusnya menjadi
tugasku, hanya saja bukan disini tempatnya,” ujarnya
Sebenarnya
bukan hal itu yang ingin diucapkan oleh pria itu namun apa boleh buat. Ia harus
bisa melepas gadis ini pulang ke negara asalnya. Mencoba menenangkan diri
sendiri dan berpikir positif. Lagipula di sana ada orang yang akan menjaganya.
“Baiklah,
terserah kau saja. Aku juga sudah meminta adikku untuk menjadi temanmu selama
bersekolah di sana. Ia yang akan menemanimu nantinya,” sahut pria itu pada
akhirnya mencoba untuk tidak egois dengan menahan gadis cantik ini agar tidak
pergi
“Adikmu?”
tanyanya
“Yah,
usia adikku sama denganmu. Namanya Lin Yi Chen dan aku sudah memberitahunya
untuk merahasiakan hal yang memang tidak seharusnya diketahui oleh orang lain,”
jelas pria itu lagi dengan seulas senyum tipis di wajah tampannya
“Wahh,
kau memang luar biasa JJ ge. Zhende xiexie ni,” puji gadis itu dengan
mata berbinar-binar
“Anything for you princess,” sahut pria
bernama JJ itu dengan melebarkan senyumnya
“Kau
harus mengantarku besok!” pinta gadis itu dengan nada manjanya
“Tentu!”
balas JJ mantap
Tepat
hari ini, gadis bermata hazel itu akan kembali ke negara asalnya. Senyum tak
pernah hilang dari wajah cantiknya. Ia sudah menunggu selama sepuluh tahun
untuk pertemuan ini kembali bahkan sudah membayangkan bagaimana kiranya
ekspresi bahagia dari wajah sahabatnya.
“Sepertinya
kau bahagia sekali,” ujar JJ melihat tingkah gadis itu
“Tentu
saja, aku sudah menunggu hari ini sangat lama,” sahut gadis itu
“Huh!
Aku pasti akan merindukanmu Fu Zhen,” balas pria bernama JJ itu dengan raut
sedih yang terpancar jelas di wajah tampannya
“Kau
kan bisa mengunjungiku nantinya,” jawab gadis bernama Fu Zhen memberi saran
“Ya,
aku tahu tapi tetap saja rasanya akan berbeda,” sahut JJ masih terlihat berat
sekali untuk melepas Fu Zhen pergi
Pemberitahuan kepada seluruh
penumpang tujuan Taiwan harap segera check in, pesawat akan take off dalam
waktu lima belas menit lagi.
“Sudah
waktunya, aku harus pergi. Aku juga pasti akan meridukanmu ge,” ujar Fu Zhen member pelukan hangat sebagai tanda perpisahan
mereka
“Berhati-hatilah!
Hubungi aku jika kau sudah tiba di sana dan jika kau perlu teman untuk berbagi
cerita jangan sungkan untuk menghubungiku. Kau mengerti?” tegas JJ setelah
pelukan mereka terlepas
“Uhmm,
jaga dirimu baik-baik!” perintah Fu Zhen seraya berbalik sambil menarik
kopernya
“Seharusnya
aku yang mengatakan itu padamu, kuharap kau tidak kecewa nantinya,” gumam JJ
sambil menatap kepergian Fu Zhen
Tentu
ada alasannya JJ mengatakan hal itu. Ia hanya tidak ingin melihat gadis yang
selama ini disukai menelan kekecewaan setelah mengetahui sebuah kenyataan
pahit. Namun, sayangnya memang ia tak bisa mencegah Fu Zhen untuk tidak pergi.
Mungkin ia hanya bisa memantau keadaan gadis itu dari jauh nantinya.
Setelah
menempuh perjalanan yang cukup lama akhirnya gadis bermata hazel itu tiba juga
di Taiwan. Banyak pria yang menatap penuh kagum melihat gadis cantik ini
begitupun para wanita dengan tatapan iri mereka. Gadis ini bisa dibilang
memiliki rupa yang mendekati sempurna.
Fu
Zhen menghiraukan pandangan kagum dari orang-orang yang melihatnya dan lebih
memilih utnuk segera meninggalkan bandara menuju apartement barunya. Ia ingin
melepas lelah dengan memanjakan diri menggunakan air hangat dan membaringkan
tubuhnya di ranjang yang nyaman.
Begitu
tiba di apartement barunya, Fu Zhen langsung menjalankan rencana yang sudah ia
rancang selama perjalanan. Ia mandi dengan air hangat kemudian membaringkan
tubuh lelahnya di ranjang Queen Size-nya. Seketika ia teringat pesan seseorang
sebelum ia berangkat kemarin. Fu Zhen pun segera meraih ponselnya untuk
menghubungi seseorang dan mengatakan bahwa ia sudah sampai apartementnya dengan
selamat.
Orang
yang ia telepon tak lain adalah JJ, sahabatnya yang sudah ia anggap kakak
sendiri selama di Amerika. Berhubung ia tinggal berpisah dengan orang tuanya
yang mengurus bisnis di Paris, sehingga hanya JJ lah yang selalu menemaninya
selama ini. Pria itu mendesah lega begitu mendapat kabar dari Fu Zhen.
“Lebih
baik sekarang aku tidur sebentar,” gumam Fu Zhen mulai memejamkan matanya
Gadis
itu tidur selama tiga jam dan akhirnya terbangun karena cacing-cacing di
perutnya memberontak. Ia lapar. Tentu, karena sekarang sudah menunjukkan jam
tujuh malam dan terakhir kali gadis itu makan di pesawat sekitar jam sepuluh
pagi.
Fu
Zhen harus menjaga kondisi tubuhnya karena besok adalah hari yang sangat ia
tunggu-tunggu. Gadis itu akan mulai masuk sekolah di Fahrenheit International
High School dan memberi kejutan pada seseorang yang sangat ia rindukan.
Seusai
makan malam, ia memutuskan untuk sekedar mengecek pekerjaannya. Sekitar dua jam
gadis itu berkutat dengan laptopnya. Setelah memastikan semua keadaan
terkendali, ia mematikan laptop dan beranjak ke ranjangnya untuk kembali tidur.
Besok hari barunya akan dimulai, dimana ia bisa menikmati hari-hari indah
seperti remaja seusianya, pikirnya.
***
Suasana
sangat ramai pagi ini di kantin salah satu sekolah mewah di Taipei, tempat
dimana hanya anak-anak dari para pejabat dan pengusaha yang bisa sekolah
disana. Fahrenheit International High School, itulah namanya. Mereka yang
bersekolah disini rata-rata memiliki otak yang cukup pintar namun tak jarang
pula yang hanya memanfaatkan uang dari orang tua mereka agar bisa masuk sekolah
ini.
“Hei,
kalian tahu? Hari ini kudengar akan ada murid pindahan baru dari Amerika,” seru
salah seorang siswa memberi pengumuman pada anak-anak lain yang sedang
berkumpul di kantin
“Really? Boy or girl?” tanya salah
seorang anak menanggapi dengan antusiasnya
“Perempuan
di kelas XII tapi aku belum mendapat informasi lebih lanjut,” jawabnya
Sementara
di depan sebuah ruangan terlihat seorang gadis manis berdiri sedang menunggu
seseorang yang akan keluar dari ruangan itu. Tak lama kemudian orang yang
ditunggunya pun keluar bersama salah seorang guru.
“Yi
Chen tong xue, tolong nanti kau
antarkan Fu Zhen masuk ke kelasmu,” ujar guru tersebut yang dijawab anggukan
dari gadis bernama Yi Chen itu
Guru
tersebut pun kembali masuk ke ruangan yang ternyata merupakan ruang kepala
sekolah. Sementara kedua gadis itu saling melempar senyum manis mereka. Tak
lama kemudian Yi Chen memekik bahagia begitu menyadari sesuatu.
“Huahh…
Berarti kita sekelas ya? Akhirnya aku punya teman dekat sekarang,” ujarnya
“Yah,
aku pun merasa begitu,” sahut Fu Zhen
“Ahh,
kau sudah sarapan?” tanya Yi Chen dan yang ditanya hanya menggelengkan
kepalanya. “Kalau begitu kita ke kantin saja sekarang, ayo!” ajaknya sambil
menarik tangan Fu Zhen disertai senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya
“Uhmm…
Yi Chen!” panggil Fu Zhen ketika teringat akan sesuatu yang perlu ia pastikan
“Ada
apa?” tanya Yi Chen menghentikan langkahnya menuju kantin
“Sejauh
apa kakakmu menceritakan tentangku?” tanya Fu Zhen pelan
“Aku
akan memberitahumu ketika kita sudah berada di kantin. Sekarang aku sungguh
sangat lapar sekali. Kau tahu? Aku terlalu semangat pagi ini hingga lupa
sarapan,” sahut Yi Chen kembali menarik tangan Fu Zhen
Selama
mereka berjalan menyusuri koridor sekolsh hingga tiba di kantin banyak orang
yang memperhatikan mereka, lebih tepatnya Fu Zhen lah yang menjadi pusat
perhatian. Gadis itu terlihat sangat manis dengan seragam SMA barunya. Mereka
langsung mencari tempat yang tepat untuk sarapan dan membicarakan hal-hal
lainnya.
“Kau
duduk saja di sini, aku akan memesan makanan. Kau mau pesan apa?” tanya Yi Chen
pada teman barunya
“Sandwich and apple juice, please!” pinta
gadis itu dengan Bahasa Inggris fasih
“Okay, please wait a moment,” sahut Yi
Chen sambil terkekeh sendiri setelah mengucapkan kalimat dalam Bahasa Inggris,
terdengar aneh di telinganya seraya pergi memesan makanan
Tak
lama kemudian gadis itu kembali membawa makanannya sendiri dan pesanan Fu Zhen lalu mulai mengobrol. Jujur bagi seorang Lin Yi Chen, dapat mengobrol seperti
ini dengan Fu Zhen benar-benar tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Gadis ini
sangat mengagumi sosok teman barunya sejak pertama kali mendengar cerita dari
kakaknya.
“Astaga!
Kau tahu? Sekarang aku benar-benar seperti sedang bermimpi,” ujar Yi Chen
“Bermimpi?
Maksudmu?” tanya Fu Zhen yang tak mengerti maksud ucapan Yi Chen
“Yah,
aku sungguh mengagumimu bahkan aku bilang pada Jun Jie ge kalau aku adalah fans beratmu,” sahutnya dengan mata
berbinar-binar
“Aishh…
Aku bukanlah apa-apa. Sepertinya JJ ge sudah
menceritakan hal-hal yang terlalu berlebihan tentangku padamu,” ujar Fu Zhen
dengan senyum manisnya menambah kadar kecantikannya berlipat-lipat ganda
Sungguh
saat ini dalam kantin itu terlihat sekali banyak pasang mata menatap kagum pada
sosok gadis cantik bermata hazel itu. Senyumnya benar-benar bisa meruntuhkan pertahanan
jantung para pria yang melihatnya
Namun,
gadis itu menghiraukan tatapan memuja dari para pria dan tetap fokus pada
obrolannya dengan Yi Chen. Ia sungguh ingin tahu apa saja yang dikatakan oleh
JJ pada adiknya ini. Sampai sebuah suara menggema di seluruh area sekolah
menginterupsi obrolan mereka. Bel tanda masuk sudah berbunyi.
“Kau
tenang saja Fu Zhen, aku akan menjaga rahasiamu selama disini,” ujar Yi Chen
mengakhiri obrolan mereka
“Thank you! Ayo masuk kelas!” ajak Fu
Zhen
“Ah
ya, saat jam istirahat nanti aku akan menceritakan sedikit padamu tentang
sekolah ini termasuk anak-anak populer disini. Jadi kau bisa menghindar agar
tidak berbuat masalah dengan mereka,” ujar Yi Chen yang dibalas anggukan dari
Fu Zhen
Kini
kedua gadis itu berjalan menuju kelas mereka dan tanpa sengaja berpapasan
dengan seorang guru yang akan mengajar di kelas itu. Yi Chen pun masuk lebih
dulu sedangkan Fu Zhen berbicara sebentar dengan guru tersebut sebelum akhirnya
iku masuk di belakang guru itu.
“Dajia hao!” seru guru tersebut mengucap
salam, perhatian semua murid pun kini tertuju padanya. “Hari ini kalian
kedatangan seorang siswi baru pindahan dari Washington, USA. Baiklah, silahkan
perkenalkan dirimu,” ujar guru itu
“Dajia hao! Wo de mingzi shi Tian Fu Zhen.
Xiexie,” salam perkenalan itu ia akhiri dengan senyum manis
Gadis
itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas barunya. Ia menangkap
sosok seorang pria dengan senyum khasnya kini tengah memandangnya.
Degh…
“Jadi kita sekelas? Berarti secara tidak
langsung aku sudah menepati janji, bukan? Kuharap kau pun begitu Yi Ru,”
batinnya seraya lebih mengembangkan senyumnya
“Kalau
begitu silahkan duduk di sebelah Yi Chen,” ujar guru tersebut kemudian memulai
pelajarannya
>>> To be continue.....
2 comments:
Jj kykny udh tau deh klo fuzhen bkalan kecewa, tp kcewa apa? Krn yiru udh lpain janji ya? Trs rahasianya fuzhen apa sih? Penasaran nih.. dilnjt dong cptan hehe
okee...
ditunggu aja ya ^^
nanti next part ada satu rahasia yg terungkap kok ^_^
Post a Comment