Title:
Forget? Never!
Genre:
Friendship, Romance
Main
Cast: Calvin Chen as Chen Yi Ru
Hebe
Tian as Tian Fu Zhen
Other
Cast: JJ Lin as Lin Jun Jie
Danson Tang as Tang Yu
Zhe
Jiro Wang as Wang Da
Dong
Genie Zhuo as Zhuo Wen
Xuan
Ariel Lin as Lin Yi Chen
Older Post: Part 1 , Part 2
Disclaimer:: Saya membuat
cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi
mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi
jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.
Seperti
janjinya, Jiro mengantarkan Fu Zhen untuk menemui Bibi Chen sepulang sekolah.
Saat ini mereka sudah berada di rumah Yi Ru tepatnya di ruang makan karena Bibi
Chen ingin mengajak mereka makan siang terlebih dahulu.
“Bagaimana
kau selama di sana Fu Zhen?” tanya Bibi Chen di sela-sela makan siang mereka
“Semuanya
lancar dan cukup menyenangkan,” sahut Fu Zhen dengan senyum manisnya
Acara
makan siang mereka berlangsung dengan hangat. Bibi Chen sangat terlihat rindu
pada Fu Zhen, sahabat kecil putranya. Gadis manis yang dulu selalu membawa
keceriaan bagi Yi Ru. Banyak hal yang ia tanyakan pada Fu Zhen dengan
antusiasnya dan ditanggapi dengan baik oleh gadis itu. Jiro yang melihat
keceriaan di wajah Bibi Chen hanya ikut tersenyum saja. Akhirnya acara makan
siang pun selesai dan mereka pindah ke ruang tengah dimana Bibi Chen akan memulai
ceritanya.
“Sebenarnya
apa yang terjadi padanya selama sepuluh tahun ini bibi?” tanya Fu Zhen memasang
wajah seriusnya
Fu
Zhen mengangguk dan Bibi Chen pun memulai ceritanya. Terlihat sekali Fu Zhen
benar-benar fokus mendengarkan cerita Bibi Chen, ia tidak ingin melewatkan
sedikitpun hal penting yang berhubungan dengan Bear Boy-nya.
Semua
dimulai dari kepindahan Yi Ru dan keluarganya semenjak enam bulan kepergiannya.
Dimana Yi Ru mulai kembali ceria setelah bertemu dengan dua sahabat barunya yang
tak lain adalah Da Dong atau biasa dikenal dengan sebutan Jiro dan juga Yu Zhe
atau sering dipanggil Danson. Hingga akhirnya sebuah cerita yang membuatnya tak
bisa berkata apa-apa lagi. Saat kelulusan Sekolah Dasar, Yi Ru mengalami sebuah
insiden yang membuatnya mengalami amnesia.
“Kata
dokter dulu Yi Ru divonis mengalami Traumatic
Amnesia,” jelas Bibi Chen membuat air muka Fu Zhen berubah seketika,
mungkin bisa dibilang sangat mendung
Bibi
Chen terdiam sejenak membiarkan Fu Zhen hanyut dalam pikirannya. Seperti yang
sudah beliau duga sebelumnya kalau reaksi gadis itu akan seperti ini. Fu Zhen
sangat mengetahui maksud ucapan dari Bibi Chen tersebut.
Traumatic Amnesia?
Terjadi karena sebuah benturan keras di kepala sehingga mengakibatkan seseorang
mengalami hilang ingatan. Memori dapat kembali normal namun semua bergantung
pada seberapa parah kerusakan otak. Dalam beberapa kasus, orang dapat koma dan
kehilangan kesadaran secara tiba-tiba. Mirisnya itulah yang terjadi pada Yi Ru
saat itu.
Berdasarkan
cerita Bibi Chen, setelah upacara kelulusan hari itu Yi Ru nekad pergi sendiri
ke rumah lamanya. Ia masih berharap bisa bertemu Fu Zhen walau hanya sebentar
saja. Yi Ru pergi sendirian dan ketika sampai disana ia mendapati rumah Fu Zhen
sudah ditempati oleh orang lain. Lelaki kecil itu terlihat sekali putus asa. Ia
terus berjalan tak tentu arah hingga tanpa sadar sudah berada di tengah jalanan
ramai kendaraan. Kecelakaan tak bisa dihindarkan, kepalanya mengalami benturan
yang sangat keras.
Sebelum
matanya tertutup sempurna, sekilas ia melihat wajah cantik seorang gadis kecil
seusianya sedang tersenyum manis. Ia merasa melihat malaikat namun tak lama
kemudian kesadaran Yi Ru hilang sepenuhnya. Karena kejadian itu Yi Ru koma
selama tiga bulan dan begitu sadar ia sudah kehilangan ingatannya.
“Dokter
saat itu mengatakan jika Yi Ru sering komunikasi langsung dengan orang-orang
yang ia lupakan maka peluangnya untuk sembuh pun semakin cepat. Selama dua
minggu Yi Ru terbaring di rumah sakit sejak kesadarannya pulih kembali,” jelas
Bibi Chen
“Lalu
apa yang terjadi dengannya kemarin? Kenapa ia bisa pingsan mendadak?” tanya Fu
Zhen yang kini diikuti anggukan oleh Da Dong karena setelah bicara dengan
dokter kemarin raut wajah Bibi Chen berubah drastis. Ketika ia bertanya pun
tentang bagaimana keadaan Yi Ru tak ada jawaban sama sekali yang keluar dari
bibir wanita paruh baya tersebut.
“I…
Itu… Yi Ru, uhmm…,” Bibi Chen terlihat sekali ragu mengatakannya
Saat
mengatakan Yi Ru mengalami Traumatic
Amnesia saja raut wajah Fu Zhen sudah terlihat sangan sedih. Lalu bagaimana
caranya ia menyampaikan berita ini pada gadis itu?
“Katakan
saja Bibi Chen!” pinta Fu Zhen halus membuat Bibi Chen memejamkan matanya
sejenak hingga ia membuang nafas kasar dan mengatakan hal yang membuat Fu Zhen
makin shock
***
Setelah
bertemu dan mendengar cerita dari Bibi Chen kemarin membuat Fu Zhen semakin
tidak bisa konsentrasi dan terlihat murung. Yi Chen yang melihat kelakuan aneh
teman barunya itu merasa ada sesuatu yang ganjil terjadi. Sungguh ia penasaran
tapi mengingat hal itu mungkin masalah pribadi jadi ia menekan rasa ingin
tahunya. Yi Chen berpikir jika Fu Zhen siap untuk cerita masalahnya pasti gadis
itu akan terbuka.
“Fu
Zhen, ni hai hao ma?” tanya Yi Chen
khawatir sambil memegang pundak Fu Zhen agar menghentikan jalannya, hampir saja
Fu Zhen menabrak tembok
“Wo mei shi,” sahutnya dengan senyum
dipaksakan
Pembicaraannya
dengan Bibi Chen kemarin terus saja berputar di otaknya. Saat ini ia ingin
sekali rasanya menghilangkan otak yang ia miliki agar tidak bisa merekam dengan
jelas segala hal yang terjadi padanya. Baru kali ini seorang Tian Fu Zhen
merasa menyesal pada pemikirannya sendiri.
Flashback
“Lalu apa yang terjadi dengannya
kemarin? Kenapa ia bisa pingsan mendadak?” tanya Fu Zhen yang kini diikuti
anggukan oleh Da Dong karena setelah bicara dengan dokter kemarin raut wajah
Bibi Chen berubah drastis. Ketika ia bertanya pun tentang bagaimana keadaan Yi
Ru tak ada jawaban sama sekali yang keluar dari bibir wanita paruh baya
tersebut.
“I… Itu… Yi Ru, uhmm…,” Bibi Chen
terlihat sekali ragu mengatakannya
Saat mengatakan Yi Ru mengalami
Traumatic Amnesia saja raut wajah Fu Zhen sudah terlihat sangan sedih. Lalu
bagaimana caranya ia menyampaikan berita ini pada gadis itu?
“Katakan saja Bibi Chen!” pinta Fu
Zhen halus membuat Bibi Chen memejamkan matanya sejenak hingga ia membuang
nafas kasar dan mengatakan hal yang membuat Fu Zhen makin shock
“Disosiatif,” lirih Bibi Chen
Mata hazel Fu Zhen membulat
sempurna, sungguh tak bisa dipercaya. Tubuhnya terasa lemas dan kepalanya
sangat berat sekali. Da Dong yang tidak mengerti maksud ucapan Bibi Chen hanya
bisa mengerutkan keningnya bingung.
“Duibuqi, wo hai bu dong.
Disosiatif itu apa?” tanya Jiro pada kedua wanita tersebut
“Apa jenisnya?” tanya Fu Zhen lagi
tanpa menjawab pertanyaan dari Da Dong
“Localized,” sahut Bibi Chen msih
dengan nada lirihnya
Astaga. Sebenarnya apa maksud ini
semua? Da Dong sungguh tak mengerti dengan yang terjadi pada sahabatnya
tersebut. Namun, jika ia melihat ekspresi dari dua wanita yang perbedaan usia
mereka sangat jauh ini rasanya bisa ia pastikan kalau keadaan Yi Ru sangat
parah. Sungguh Da Dong sangat penasaran.
“Aku… aku… sungguh tidak tahu harus
melakukan apa sekarang,” isakan keluar dari bibir mungil Fu Zhen, air matanya
pun perlahan menetes
“Maaf karena dulu Bibi tidak pernah
menceritakan apapun tentangmu pada Yi Ru setelah kepulangannya. Bibi tidak
menyangka kalau keadaannya bisa semakin parah,” ujar Bibi Chen sambil memeluk
Fu Zhen yang sudah menangis
Saat ini memang hangatnya sebuah
pelukan yang dibutuhkan Fu Zhen untuk menenangkan dirinya. Tangisnya pun mulai
mereda dan setelah merasa tenang ia melepas pelukan Bibi Chen. Fu Zhen menatap
dalam wajah wanita paruh baya tersebut, ia sudah membuat sebuah keputusan.
Mungkin bagi orang yang mendengarnya terlihat kalau Fu Zhen egois tapi ia harus
melakukan ini walau kemungkinan berhasil baru lima puluh persen.
“Aku akan memberi jangka waktu
sepuluh bulan untuk Yi Ru mengembalikan igatannya tentangku,” ujar Fu Zhen
membuat Da Dong dan Bibi Chen menatapnya tidak percaya
“Kenapa harus berdasarkan waktu Fu
Zhen? Kau tahu sendiri kan sulit untuk mengembalikan ingatan seseorang yang
mengalami disosiatif?” tanya Bibi Chen
“Cutiku hanya setahun Bibi Chen
jadi kuharap kau mengerti,” sahut Fu Zhen
Lagi-lagi Da Dong bingung dengan
maksud ucapan Fu Zhen. Ayolah, sebenarnya siapa gadis ini? Kenapa sepertinya
misterius sekali? Bibi Chen hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan. Ia tahu
bahkan sangat tahu siapa Fu Zhen dan bagaimana sifat gadis itu.
“Baiklah, tapi kau harus membantu
proses penyembuhannya,” ujar Bibi Chen tapi yang didapati adalah gelengan
kepala dari Fu Zhen
“Itu tidak bisa kulakukan karena Yi
Ru sudah berjanji padaku kalau ia memiliki cara khusus untuk selalu
mengingatku. Aku ingin ia menemukan sendiri cara itu dalam dirinya. Seiring
berjalannya waktu aku rasa Yi Ru bisa pelan-pelan mengingatnya,” balas Fu Zhen
“Lalu bagaimana jika dalam kurun
waktu sepuluh bulan dia masih belum bisa mengingatmu?” tanya Bibi Chen
“Aku akan kembali ke Amerika
setelah cutiku selesai dan tidak akan kembali lagi kesini jika tidak ada
keperluan penting di Taiwan kecuali satu hal. Jika Yi Ru berhasil maka aku akan
sering pulang mengunjungi kalian,” jawab Fu Zhen
Bibi Chen tak bisa berkata apapun
lagi, ia yakin semua yang Fu Zhen lakukan pasti ada alasannya. Beliau juga tahu
apa yang dilakukan oleh Fu Zhen nantinya pasti sudah dipikirkan dengan matang
oleh gadis itu. Semua demi kebaikan Yi Ru, itulah maksudnya.
Flashback end
Fu
Zhen dan Yi Chen terus berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kelas mereka.
Tanpa disengaja mereka berpapasan dengan Jiro dan Calvin beserta Genie yang
terus saja menempel padanya. Seolah tak terjadi apa-apa tempo hari Fu Zhen
terlihat dengan santainya melenggang bersama Yi Chen tanpa melirik Calvin.
Berbeda
dengan Calvin yang perjalanannya terhenti, ia berbalik dan menatap punggung Fu
Zhen nanar. Genie yang melihat tatapan Calvin seperti itu merasa kesal dan
sudah bisa dipastikan gadis itu menyatakan perang pada Fu Zhen. Sedangkan Jiro
yang melihat kejadian ini hanya bisa menggelengkan kepala.
“Sepertinya
gadis itu memang serius dengan ucapannya,” gumam Jiro pelan namun masih bisa
didengar oleh Calvin
“Apa
maksudmu?” tanya Calvin mengalihkan perhatiannya pada Jiro
“Aku
tak bisa memberitahumu Calvin dan jangan memaksaku! Jika kau ingin tahu
berusahalah sendiri sebelum kau menyesal nantinya,” nasehat Jiro yang terdengar
aneh bagi Calvin karena tidak biasanya seorang Jiro memberi nasehat seperti itu
Mereka
melanjutkan perjalanan menuju kantin untuk sekedar bersantai sebelum bel masuk
berbunyi. Calvin masih terus memikirkan maksud ucapan Jiro tadi. Menyesal?
Kenapa ia bisa menyesal? Apa ada hubungannya dengan siswi baru itu? Ia sangat
yakin kalau Jiro tahu sesuatu tapi kenapa sahabatnya ini lebih memilih bungkam?
Genie terlihat jengah karena Calvin sedari tadi asik dengan pikirannya sendiri.
“Jangan
harap kau bisa tenang bersekolah disini Tian Fu Zhen,” batin Genie geram
Jiro
terus memperhatikan gerak-gerik Genie sejak tadi. Ia bisa memastikan kalau
gadis ini sudah memiliki rencana licik untuk mengerjai Fu Zhen. Sebenarnya Jiro
ingin memberitahukan Fu Zhen untuk berhati-hati pada Genie namun hatinya
berkata lain. Ia ingin melihat bagaimana Fu Zhen, gadis penuh kejutan yang ia
pikir peramal itu menanggapi Genie. Lalu seberapa jauh Genie akan bertindak.
Jiro sangat yakin Fu Zhen bukanlah gadis yang mudah ditindas oleh gadis seperti
Genie. Lebih baik ia fokus pada satu hal sekarang, Yi Chen.
Bel
masuk berbunyi dan semua murid yang berada di sekitar area sekolah bergegas
masuk ke kelas masing-masing. Calvin masuk ke kelasnya di Sains 3-A dimana anak-anak dalam kelas itu terdiri dari juara umum
sewaktu berada di Junior High School
dan masih bisa mempertahankan prestasi mereka di Senior High School. Begitu masuk kelas ia sudah melihat Fu Zhen
duduk manis di tempatnya, Calvin pun menuju tempat duduknya sendiri. Tak lama
kemudian seorang guru yang terkenal killer
masuk dengan aura menyeramkan.
“Dajia zao an!” sapa guru tersebut yang
seringkali dipanggil Huang laoshi
tanpa senyum. “Sesuai yang saya katakan minggu kemarin bahwa hari ini kita akan
mengadakan ulangan jadi harap tutup buku kalian!” ujar Huang laoshi tegas
“Laoshi!” panggil seorang siswa
mengacungkan tangannya ke atas
“You shenme Jun Xiang tongxue?” tanya
guru tersebut
“Di
kelas kami ada siswi baru dan dia pasti tadak tahu materi yang sudah laoshi ajarkan sebelumnya. Apa ujiannya
tidak bisa ditunda jadi minggu depan saja?” tanya siswa bernama Jun Xiang
tersebut yang didukung anggukan oleh siswa-siswi lain
“Itu
hanya alasan kalian saja. Tidak ada pengecualian, ulangan hari ini akan tetap
berlangsung. Hao bu hao Fu Zhen tongxue?”
tanya Huang laoshi pada Fu Zhen setelah
melihat nama siswi baru itu di jurnal absensi miliknya
“No problem Mr. Huang,” sahut Fu Zhen
Kertas
ulangan beserta lembar jawabannya pun dibagikan oleh Huang laoshi. Hari ini diadakan ulangan Fisika dimana siswa-siswi di Fahrenheit Internationaal High School sangat
tidak menyukai pelajaran tersebut karena Huang laoshi mengajar layaknya diktator. Bahkan siswa paling pandai di
sekolah tersebut tak pernah bisa menang jika sudah menyangkut adu pendapat
dengan Huang laoshi. Memang anak-anak
di sekolah ini diajarkan untuk beradu pendapat dalam hal pelajaran pada guru
yang mengajarkannya jika menurut mereka ada sesuatu yang salah dari ajaran guru
tersebut.
Ulangan
berlangsung hening, terlihat semua murid menguras pikirannya untuk menjawab
soal-soal dari Huang laoshi yang
terkenal dengan tingkat kesulitan sangat tinggi tiap memberi soal. Beliau
berkeliling kelas untuk mengawasi para muridnya agar tidak bekerja sama.
Baru
lima menit ulangan berlangsung namun kelakuan seorang murid membuatnya geram.
Ia melihat siswi baru itu menguap, terlihat bosan. Sungguh ia tidak bisa
mentolerir hal ini. Fu Zhen tidak menyadari mendapat tatapan maut dari Huang laoshi, ia menyandarkan kepalanya di
meja lalu memejamkan mata. Ia merasa matanya sangat berat karena semalaman
gadis itu sibuk berkutat dengan pikirannya tentang Yi Ru serta pekerjaan yang
tak bisa ia tinggalkan. Apalagi sekarang ia dihadapkan dengan soal-soal Fisika
yang menurutnya membosankan.
“Fu
Zhen tongxue,” panggil Huang laoshi dengan nada tinggi membuat
anak-anak yang sedang mengerjakan ulangan mengalihkan perhatian mereka pada
pemiliki nama tersebut
Semua
murid menganga tak percaya melihat hal ini. Seorang siswi baru sudah berani
membuat masalah dengan Huang laoshi
dengan tidur di kelas saat ulangan berlangsung. Sang pemilik nama tersebut
mengangkat kepalanya dari meja lalu mengerjapkan mata lelahnya.
“Ada
apa laoshi,” tanya Fu Zhen dengan
polosnya
“Beraninya
kau tidur di kelasku saat ulangan sedang berlangsung. Keluar dari kelas ini
sekarang juga dan tinggalkan lembar jawabanmu di meja!” perintah Huang laoshi yang langsung dituruti oleh Fu
Zhen
Tanpa
menunggu lebih lama lagi Fu Zhen bangkit dari duduknya dan keluar kelas.
Sementara Huang laoshi merasa sangat
kesal karena seorang siswi baru sudah berani menantangnya di pertemuan pertama
mereka. Reaksi para murid pun tak jauh berbeda termasuk Calvin dan Yi Chen.
Huang laoshi mengambil lembar jawaban
milik Fu Zhen dan seketika mulutnya menganga.
“Zhe shenme?” tanyanya shock
Seisi
kelas menghampiri Huang laoshi yang
masih menatap lembar jawaban milik Fu Zhen. Begitu mereka melihatnya ekspresi
yang ditunjukkan pun tak beda jauh dengan guru killer mereka. Berbeda dengan Yi Chen yang hanya tersenyum kecil
melihatnya. Tentu karena gadis itu tahu tentang Fu Zhen.
“Bagaimana
mungkin dia mengerjakan semua soal yang aku berikan dalam waktu lima menit?”
gumam Huang laoshi yang langsung
menuju mejanya untuk memeriksa lembar jawaban Fu Zhen. “Jawabannya benar semua
dan rumus yang digunakan berbeda sekali,” lanjutnya
Sementara
di taman belakang sekolah terlihat seorang siswi sedang bersantai menyandarkan
tubuhnya di sebuah tempat duduk yang ada di taman tersebut. Ia sekedar
memejamkan mata lelahnya. Di tengah ketenangan taman yang sunyi, ia mendengar
suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Matanya yang terpejam pun terbuka
menampakkan bola mata hazel indahnya.
“Kau
sedang apa disini?” tanya siswi tersebut pada orang yang menghampirnya
“Kelasku
tidak ada guru dan kau sendiri sedang apa disini? Bukankah kelasmu sedang ada
ulangan Huang laoshi? Sedangkan kelas
baru dimulai sepuluh menit yang lalu, kau bolos?” tanya siswa tersebut
“Aku
tidak pernah bolos dalam pelajaran Jiro,” sahutnya
“Lalu
kenapa kau ada disini Fu Zhen tongxue?”
tanya Jiro heran
“Aku
diusir Huang laoshi karena ketiduran
di kelas saat ulangannya berlangsung,” jawab Fu Zhen dengan polosnya
“WHAT?” pekik Jiro tak percaya sedangkan Fu
Zhen hanya mengangkat kedua bahunya
“Lalu
ulanganmu bagaimana Fu Zhen? Astaga! Kau sepertinya sudah masuk ke kandang
harimau,” ujar Jiro sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya sedangkan
Fu Zhen menampakkan seringaiannya
“Kalau
aku bilang sudah selesai menjawab semua soal ulangan tersebut, kau percaya?”
tanyanya yang membuat Jiro membulatkan mata sipitnya
Tanpa
disadari ada dua orang yang melihat kedekatan mereka dari tempat yang berbeda.
Ekspresi kedua orang tersebut pun jauh berbeda. Mungkin sulit dipercaya melihat
Fu Zhen dekat dengan Jiro, terkesan aneh.
“Cih!
Dia pikir siapa dirinya itu? Ingin mendekati tiga siswa populer sekaligus di
sekolah ini, huh? Tidak akan kubiarkan kau bertindak lebih jauh Tian Fu Zhen!
Kau tidak bisa mengalahkan popularitasku, hanya aku yang boleh dekat dengan
mereka. Bukan kau! Lihat saja apa yang akan kulakukan padamu nanti!” ujar
seorang siswi yang bersembunyi di balik sebuah pohon besar, siswi tersebut tak
lain adalah Genie
“Aku
pasti bisa mendekatimu dan kau harus menjadi milikku,” ujar seorang siswa dari
kejauhan yang ternyata adalah Danson.
Genie
dan Danson memang sekelas dengan Jiro sehingga mereka bebas di jam pertama ini
karena guru yang mengajar di kelas mereka tidak masuk. Keduanya memandang objek
yang sama, dimana objek tersebut tengah bersenda gurau dengan sosok yang sangat
mereka kenal.
“Well, ada yang ingin kau tanyakan
padaku?” tanya Fu Zhen pada Jiro yang pikirannya mulai berlarian entah kemana
“Uhmm,
tentang cerita Bibi Chen kemarin. Bisa kau jelaskan maksudnya? Sungguh aku
tidak mengerti dengan apa yang terjadi sebenarnya,” sahut Jiro
“Okay, I’ll explain for you. Disosiatif
sebelumnya disebut amnesia psikogenik, dimana seseorang yang menderita amnesia
disosiatif tidak mampu mengingat informasi pribadi yang penting, biasanya
setelah suatu episode yang penuh stress. Informasi-informasi itu tidak hilang
secara permanen, namun tidak dapat diingat lagi selama episode amnesia.
Lubang-lubang dalam memori terlalu lebar untuk dapat dijelaskan sebagai kelupaan
biasa. Amnesia pada kejadian spesifik terjadi karena individu ada dalam
stimulasi yang tinggi selama kejadian sehingga mereka tidak mensandikan dan
menyimpan informasi selama periode kejadian dan kemudian mereka tidak bisa
memanggil atau mendapatkan kembali informasi tersebut dikemudian hari,” jelas Fu
Zhen lirih dibagian akhir penjelasannya, tentu sulit baginya jika mengingat
sahabat kecil yang sangat ia sayangi mengalami hal itu terlebih yang tidak
diingat oleh Yi Ru adalah dirinya sendiri
“Jadi
itu yang terjadi padanya? Sulit dipercaya,” ujar Jiro mendengar penjelasan Fu
Zhen barusan
Jiro
memalingkan pandangannya pada Fu Zhen yang menunduk sedih setelah menjelaskan
itu. Jiro sangat mengerti bagaiman perasaan gadis di sebelahnya saat ini. Andai
hal itu terjadi padanya pasti ia akan sangat terpuruk dan mungkin bisa jadi ia
menyalahkan dirinya sendiri. Namun Jiro sangat kagum pada Fu Zhen yang
menurutnya berjiwa besar, gadis ini masih bisa menjalani kehidupan
sehari-harinya dengan cukup baik. Walau ia tahu pasti Fu Zhen sangat terpukul
menghadapi kenyataan ini.
“Lalu
bisa kau lanjutkan lagi?” tanya Jiro pelan yang memang masih penasaran dengan
hal selanjutnya karena memang penjelasan Fu Zhen belum sepenuhnya
“Huhh!”
Fu Zhen menghembuskan nafas berat bersiap menjelaskan lagi karena ia pun sudah
berjanji member penjelasan sejelas-jelasnya pada Jiro
“Ada
empat bentuk amnesia disosiatif dan yang diderita olehnya adalah jenis Localized Amnesia. Ketika seseorang lupa
akan semua kejadian yang terjadi selama interval waktu tertentu. Biasanya
interval waktu ini diikuti dengan cepat oleh kejadian yang sangat mengganggu
seperti kecelakaan. Awalnya dokter mengira ia mengalami Traumatic Amnesia biasa karena benturan keras dikepalanya dan
seiring berjalannya waktu ingatan tersebut akan kembali jika sering komunikasi dengan
orang-orang yang ia lupakan namun setelah kejadian kemarin membuat dokter
memvonisnya mengalami Dissociative
Amnesia jenis Localized,” lanjut
Fu Zhen mulai merasa sesak di hatinya semakin menjadi
“Aku
mengerti. Kita doakan saja yang terbaik untuknya dan aku yakin ia pasti bisa
mengembalikan memori yang telah hilang itu jika memang penting untuknya,” ujar
Jiro seraya memberikan semangat pada Fu Zhen agar tidak putus asa
“Yah
semoga saja dan terima kasih sudah menjadi pendengar yang baik. Aku merasa
sedikit lega sekarang,” sahut Fu Zhen dengan senyum manisnya
“Aku akan berusaha membantunya sebelum jangka
waktu yang telah kau tentukan itu berakhir,” batin Jiro
Sejenak
mereka terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing di taman itu. Namun,
seperti menyadari sesuatu Jiro langsung mengernyitkan alisnya. Ada sesuatu yang
janggal disini. Hey, kenapa gadis ini bisa tahu begitu banyak padahal Bibi Chen
sama sekali tak menjelaskan apapun kemarin.
“Ah
ya, kenapa kau bisa tahu semuanya tentang itu padahal kan Bibi Chen tidak ada
menjelaskan apapun. Lalu jika kulihat dari ekspresimu kemarin sepertinya kau
memang sudah sangat memahami tentang hal ini,” ujar Jiro menatap lekat Fu Zhen
menuntut penjelasan
“Kenapa
aku tahu begitu banyak ya? Uhmm, itu semua karena aku memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi dan kau tidak akan mengerti tentang hal itu,” jawab Fu Zhen cepat
dengan senyum yang sulit diartikan
“Astaga!
Kau benar-benar terlihat seperti gadis misterius sekarang,” gerutu Jiro kesal
dengan jawaban Fu Zhen sedangkan gadis itu hanya tersenyum kecil
“Bukankah
sesuatu yang misterius itu lebih menarik?” tanya Fu Zhen memamerkan
seringaiannya lalu bangkit meninggalkan Jiro yang hanya diam di tempatnya
Setelah
meninggalkan Jiro sendirian di taman, Fu Zhen pergimenuju kantin untuk mengisi
perutnya karena memang ia belum sempat sarapan. Gadis ini tengah asik menyantap
makanannya sampai tiba-tiba beberapa siswi datang menghampir dan mengganggu
aktivitasnya. Ia hanya melirik dengan ekspresi datar lalu melanjutkan makannya.
“Apa
yang kalian inginkan?” tanya Fu Zhen dengan nada datarnya
“Kau
masih bertanya? Jangan pura-pura polos Tian Fu Zhen!” geram salah seorang siswi
yang tentu sudah sangat diketahui oleh Fu Zhen siapa orang ini, yah Genie
“Lalu
apa maumu? Bukan salahku jika tiga pria itu dekat denganku. Mungkin kalian
memang tidak menarik,” sahut Fu Zhen
masih dengan nada datarnya
“Calvin!
Dia milikku!” tegas Genie dengan emosi yang sudah meluap-luap
“Well, siapa dirimu hingga bisa
mengatakan dia adalah milikmu?” tanya Fu Zhen santai
“Tentu
karena aku kekasihnya,” jawab Genie cepat
“Kekasih
yang sebentar lagi akan dibuang, benar bukan?” dengan nada sinisnya Fu Zhen
menyeringai puas melihat wajah Genie yang merah penuh emosi
“Dia
tidak akan meninggalkanku karena gadis sepertimu,” sahut Genie
“Gadis
sepertiku? Memang kau tahu aku seperti apa? Tidak! Iya kan?” tegas Fu Zhen
penuh penekanan di tiap kata yang ia ucapkan
Genie
tidak menjawab karena memang benar ia tidak tahu seperti apa Fu Zhen terlebih
lagi sekarang ia sedang memikirkan cara untuk membuat Fu Zhen jera. Ia tidak
akan membiarkan Fu Zhen merebut Yi Ru darinya.
“Kau
tidak tahu berhadapan dengan siapa, hah?” bentak Genie
“Siapa
bilang aku tidak tahu siapa kau? Gadis manja dan putri tunggal dari pengusaha yang
perusahaannya menempati urutan keenam di Asia, right? Sayangnya aku tidak peduli dengan itu semua,” ujar Fu Zhen
santai namun terkesan mengejek
“Beraninya
kau!” bentak Genie melayangkan tangannya ke pipi mulus Fu Zhen yang sekarang
sudah menampakkan memar kemerahan
PLAKK
Tak
mau kalah dari Genie yang bersikap seenaknya, Fu Zhen pun membalas tamparan
Genie tak kalah keras. Semua yang ada di tempat kejadian dan melihat itu hanya
bisa menganga, terkejut melihat siswi yang notabene cukup ditakuti oleh
anak-anak di sekolah ini mendapat balasan dari sikap kasarnya sendiri.
“KAU!
Akan kupastikan kau tidak bertahan lama di sini!” ancam Genie dengan mata
menyorotkan kebencian
“Terserah
apa yang akan kau lakukan tapi ada hal yang harus kau tahu. Aku tidak akan
membiarkan siapapun bebas bertindak kasar padaku apalagi orang itu kau. Tak
akan kumaafkan! Satu lagi. Jika kau berpikir bisa mengeluarkanku dari sekolah
ini maka kau salah besar Miss Genie
karena sampai kapanpun itu tak akan terjadi kecuali memang aku sendiri yang
menginginkannya. Sebelum kau mencari masalah dengan seseorang sebaiknya kau
tahu lebih dulu sedang berhadapan dengan siapa!” peritah Fu Zhen panjang lebar
dan pergi begitu saja meninggalkan Genie dan teman-teman yang dibawanya mematung
dengan wajah pucat pasi
>>>To be continue.....
No comments:
Post a Comment