Monday 26 May 2014

Forget? Never!! [Part 3]


Title:               Forget? Never!
Genre:            Friendship, Romance
Main Cast:     Calvin Chen as Chen Yi Ru
                        Hebe Tian as Tian Fu Zhen
Other Cast:    JJ Lin as Lin Jun Jie
                        Danson Tang as Tang Yu Zhe
                        Jiro Wang as Wang Da Dong
                        Genie Zhuo as Zhuo Wen Xuan
                        Ariel Lin as Lin Yi Chen

Older Post: Part 1 , Part 2

Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.


Seperti janjinya, Jiro mengantarkan Fu Zhen untuk menemui Bibi Chen sepulang sekolah. Saat ini mereka sudah berada di rumah Yi Ru tepatnya di ruang makan karena Bibi Chen ingin mengajak mereka makan siang terlebih dahulu.


“Bagaimana kau selama di sana Fu Zhen?” tanya Bibi Chen di sela-sela makan siang mereka

“Semuanya lancar dan cukup menyenangkan,” sahut Fu Zhen dengan senyum manisnya

Acara makan siang mereka berlangsung dengan hangat. Bibi Chen sangat terlihat rindu pada Fu Zhen, sahabat kecil putranya. Gadis manis yang dulu selalu membawa keceriaan bagi Yi Ru. Banyak hal yang ia tanyakan pada Fu Zhen dengan antusiasnya dan ditanggapi dengan baik oleh gadis itu. Jiro yang melihat keceriaan di wajah Bibi Chen hanya ikut tersenyum saja. Akhirnya acara makan siang pun selesai dan mereka pindah ke ruang tengah dimana Bibi Chen akan memulai ceritanya.

“Sebenarnya apa yang terjadi padanya selama sepuluh tahun ini bibi?” tanya Fu Zhen memasang wajah seriusnya

“Baiklah, bibi akan menceritakan semuanya padamu,” sahut Bibi Chen

Fu Zhen mengangguk dan Bibi Chen pun memulai ceritanya. Terlihat sekali Fu Zhen benar-benar fokus mendengarkan cerita Bibi Chen, ia tidak ingin melewatkan sedikitpun hal penting yang berhubungan dengan Bear Boy-nya.

Semua dimulai dari kepindahan Yi Ru dan keluarganya semenjak enam bulan kepergiannya. Dimana Yi Ru mulai kembali ceria setelah bertemu dengan dua sahabat barunya yang tak lain adalah Da Dong atau biasa dikenal dengan sebutan Jiro dan juga Yu Zhe atau sering dipanggil Danson. Hingga akhirnya sebuah cerita yang membuatnya tak bisa berkata apa-apa lagi. Saat kelulusan Sekolah Dasar, Yi Ru mengalami sebuah insiden yang membuatnya mengalami amnesia.

“Kata dokter dulu Yi Ru divonis mengalami Traumatic Amnesia,” jelas Bibi Chen membuat air muka Fu Zhen berubah seketika, mungkin bisa dibilang sangat mendung

Bibi Chen terdiam sejenak membiarkan Fu Zhen hanyut dalam pikirannya. Seperti yang sudah beliau duga sebelumnya kalau reaksi gadis itu akan seperti ini. Fu Zhen sangat mengetahui maksud ucapan dari Bibi Chen tersebut.

Traumatic Amnesia? Terjadi karena sebuah benturan keras di kepala sehingga mengakibatkan seseorang mengalami hilang ingatan. Memori dapat kembali normal namun semua bergantung pada seberapa parah kerusakan otak. Dalam beberapa kasus, orang dapat koma dan kehilangan kesadaran secara tiba-tiba. Mirisnya itulah yang terjadi pada Yi Ru saat itu.

Berdasarkan cerita Bibi Chen, setelah upacara kelulusan hari itu Yi Ru nekad pergi sendiri ke rumah lamanya. Ia masih berharap bisa bertemu Fu Zhen walau hanya sebentar saja. Yi Ru pergi sendirian dan ketika sampai disana ia mendapati rumah Fu Zhen sudah ditempati oleh orang lain. Lelaki kecil itu terlihat sekali putus asa. Ia terus berjalan tak tentu arah hingga tanpa sadar sudah berada di tengah jalanan ramai kendaraan. Kecelakaan tak bisa dihindarkan, kepalanya mengalami benturan yang sangat keras.

Sebelum matanya tertutup sempurna, sekilas ia melihat wajah cantik seorang gadis kecil seusianya sedang tersenyum manis. Ia merasa melihat malaikat namun tak lama kemudian kesadaran Yi Ru hilang sepenuhnya. Karena kejadian itu Yi Ru koma selama tiga bulan dan begitu sadar ia sudah kehilangan ingatannya.

“Dokter saat itu mengatakan jika Yi Ru sering komunikasi langsung dengan orang-orang yang ia lupakan maka peluangnya untuk sembuh pun semakin cepat. Selama dua minggu Yi Ru terbaring di rumah sakit sejak kesadarannya pulih kembali,” jelas Bibi Chen

“Lalu apa yang terjadi dengannya kemarin? Kenapa ia bisa pingsan mendadak?” tanya Fu Zhen yang kini diikuti anggukan oleh Da Dong karena setelah bicara dengan dokter kemarin raut wajah Bibi Chen berubah drastis. Ketika ia bertanya pun tentang bagaimana keadaan Yi Ru tak ada jawaban sama sekali yang keluar dari bibir wanita paruh baya tersebut.

“I… Itu… Yi Ru, uhmm…,” Bibi Chen terlihat sekali ragu mengatakannya

Saat mengatakan Yi Ru mengalami Traumatic Amnesia saja raut wajah Fu Zhen sudah terlihat sangan sedih. Lalu bagaimana caranya ia menyampaikan berita ini pada gadis itu?

“Katakan saja Bibi Chen!” pinta Fu Zhen halus membuat Bibi Chen memejamkan matanya sejenak hingga ia membuang nafas kasar dan mengatakan hal yang membuat Fu Zhen makin shock

***

Setelah bertemu dan mendengar cerita dari Bibi Chen kemarin membuat Fu Zhen semakin tidak bisa konsentrasi dan terlihat murung. Yi Chen yang melihat kelakuan aneh teman barunya itu merasa ada sesuatu yang ganjil terjadi. Sungguh ia penasaran tapi mengingat hal itu mungkin masalah pribadi jadi ia menekan rasa ingin tahunya. Yi Chen berpikir jika Fu Zhen siap untuk cerita masalahnya pasti gadis itu akan terbuka.

“Fu Zhen, ni hai hao ma?” tanya Yi Chen khawatir sambil memegang pundak Fu Zhen agar menghentikan jalannya, hampir saja Fu Zhen menabrak tembok

Wo mei shi,” sahutnya dengan senyum dipaksakan

Pembicaraannya dengan Bibi Chen kemarin terus saja berputar di otaknya. Saat ini ia ingin sekali rasanya menghilangkan otak yang ia miliki agar tidak bisa merekam dengan jelas segala hal yang terjadi padanya. Baru kali ini seorang Tian Fu Zhen merasa menyesal pada pemikirannya sendiri.

Flashback

“Lalu apa yang terjadi dengannya kemarin? Kenapa ia bisa pingsan mendadak?” tanya Fu Zhen yang kini diikuti anggukan oleh Da Dong karena setelah bicara dengan dokter kemarin raut wajah Bibi Chen berubah drastis. Ketika ia bertanya pun tentang bagaimana keadaan Yi Ru tak ada jawaban sama sekali yang keluar dari bibir wanita paruh baya tersebut.

“I… Itu… Yi Ru, uhmm…,” Bibi Chen terlihat sekali ragu mengatakannya

Saat mengatakan Yi Ru mengalami Traumatic Amnesia saja raut wajah Fu Zhen sudah terlihat sangan sedih. Lalu bagaimana caranya ia menyampaikan berita ini pada gadis itu?

“Katakan saja Bibi Chen!” pinta Fu Zhen halus membuat Bibi Chen memejamkan matanya sejenak hingga ia membuang nafas kasar dan mengatakan hal yang membuat Fu Zhen makin shock

“Disosiatif,” lirih Bibi Chen

Mata hazel Fu Zhen membulat sempurna, sungguh tak bisa dipercaya. Tubuhnya terasa lemas dan kepalanya sangat berat sekali. Da Dong yang tidak mengerti maksud ucapan Bibi Chen hanya bisa mengerutkan keningnya bingung.

“Duibuqi, wo hai bu dong. Disosiatif itu apa?” tanya Jiro pada kedua wanita tersebut

“Apa jenisnya?” tanya Fu Zhen lagi tanpa menjawab pertanyaan dari Da Dong

“Localized,” sahut Bibi Chen msih dengan nada lirihnya

Astaga. Sebenarnya apa maksud ini semua? Da Dong sungguh tak mengerti dengan yang terjadi pada sahabatnya tersebut. Namun, jika ia melihat ekspresi dari dua wanita yang perbedaan usia mereka sangat jauh ini rasanya bisa ia pastikan kalau keadaan Yi Ru sangat parah. Sungguh Da Dong sangat penasaran.

“Aku… aku… sungguh tidak tahu harus melakukan apa sekarang,” isakan keluar dari bibir mungil Fu Zhen, air matanya pun perlahan menetes

“Maaf karena dulu Bibi tidak pernah menceritakan apapun tentangmu pada Yi Ru setelah kepulangannya. Bibi tidak menyangka kalau keadaannya bisa semakin parah,” ujar Bibi Chen sambil memeluk Fu Zhen yang sudah menangis

Saat ini memang hangatnya sebuah pelukan yang dibutuhkan Fu Zhen untuk menenangkan dirinya. Tangisnya pun mulai mereda dan setelah merasa tenang ia melepas pelukan Bibi Chen. Fu Zhen menatap dalam wajah wanita paruh baya tersebut, ia sudah membuat sebuah keputusan. Mungkin bagi orang yang mendengarnya terlihat kalau Fu Zhen egois tapi ia harus melakukan ini walau kemungkinan berhasil baru lima puluh persen.

“Aku akan memberi jangka waktu sepuluh bulan untuk Yi Ru mengembalikan igatannya tentangku,” ujar Fu Zhen membuat Da Dong dan Bibi Chen menatapnya tidak percaya

“Kenapa harus berdasarkan waktu Fu Zhen? Kau tahu sendiri kan sulit untuk mengembalikan ingatan seseorang yang mengalami disosiatif?” tanya Bibi Chen

“Cutiku hanya setahun Bibi Chen jadi kuharap kau mengerti,” sahut Fu Zhen

Lagi-lagi Da Dong bingung dengan maksud ucapan Fu Zhen. Ayolah, sebenarnya siapa gadis ini? Kenapa sepertinya misterius sekali? Bibi Chen hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan. Ia tahu bahkan sangat tahu siapa Fu Zhen dan bagaimana sifat gadis itu.

“Baiklah, tapi kau harus membantu proses penyembuhannya,” ujar Bibi Chen tapi yang didapati adalah gelengan kepala dari Fu Zhen

“Itu tidak bisa kulakukan karena Yi Ru sudah berjanji padaku kalau ia memiliki cara khusus untuk selalu mengingatku. Aku ingin ia menemukan sendiri cara itu dalam dirinya. Seiring berjalannya waktu aku rasa Yi Ru bisa pelan-pelan mengingatnya,” balas Fu Zhen

“Lalu bagaimana jika dalam kurun waktu sepuluh bulan dia masih belum bisa mengingatmu?” tanya Bibi Chen

“Aku akan kembali ke Amerika setelah cutiku selesai dan tidak akan kembali lagi kesini jika tidak ada keperluan penting di Taiwan kecuali satu hal. Jika Yi Ru berhasil maka aku akan sering pulang mengunjungi kalian,” jawab Fu Zhen

Bibi Chen tak bisa berkata apapun lagi, ia yakin semua yang Fu Zhen lakukan pasti ada alasannya. Beliau juga tahu apa yang dilakukan oleh Fu Zhen nantinya pasti sudah dipikirkan dengan matang oleh gadis itu. Semua demi kebaikan Yi Ru, itulah maksudnya.

Flashback end   

Fu Zhen dan Yi Chen terus berjalan menyusuri koridor sekolah menuju kelas mereka. Tanpa disengaja mereka berpapasan dengan Jiro dan Calvin beserta Genie yang terus saja menempel padanya. Seolah tak terjadi apa-apa tempo hari Fu Zhen terlihat dengan santainya melenggang bersama Yi Chen tanpa melirik Calvin.

Berbeda dengan Calvin yang perjalanannya terhenti, ia berbalik dan menatap punggung Fu Zhen nanar. Genie yang melihat tatapan Calvin seperti itu merasa kesal dan sudah bisa dipastikan gadis itu menyatakan perang pada Fu Zhen. Sedangkan Jiro yang melihat kejadian ini hanya bisa menggelengkan kepala.

“Sepertinya gadis itu memang serius dengan ucapannya,” gumam Jiro pelan namun masih bisa didengar oleh Calvin

“Apa maksudmu?” tanya Calvin mengalihkan perhatiannya pada Jiro

“Aku tak bisa memberitahumu Calvin dan jangan memaksaku! Jika kau ingin tahu berusahalah sendiri sebelum kau menyesal nantinya,” nasehat Jiro yang terdengar aneh bagi Calvin karena tidak biasanya seorang Jiro memberi nasehat seperti itu

Mereka melanjutkan perjalanan menuju kantin untuk sekedar bersantai sebelum bel masuk berbunyi. Calvin masih terus memikirkan maksud ucapan Jiro tadi. Menyesal? Kenapa ia bisa menyesal? Apa ada hubungannya dengan siswi baru itu? Ia sangat yakin kalau Jiro tahu sesuatu tapi kenapa sahabatnya ini lebih memilih bungkam? Genie terlihat jengah karena Calvin sedari tadi asik dengan pikirannya sendiri.

Jangan harap kau bisa tenang bersekolah disini Tian Fu Zhen,” batin Genie geram

Jiro terus memperhatikan gerak-gerik Genie sejak tadi. Ia bisa memastikan kalau gadis ini sudah memiliki rencana licik untuk mengerjai Fu Zhen. Sebenarnya Jiro ingin memberitahukan Fu Zhen untuk berhati-hati pada Genie namun hatinya berkata lain. Ia ingin melihat bagaimana Fu Zhen, gadis penuh kejutan yang ia pikir peramal itu menanggapi Genie. Lalu seberapa jauh Genie akan bertindak. Jiro sangat yakin Fu Zhen bukanlah gadis yang mudah ditindas oleh gadis seperti Genie. Lebih baik ia fokus pada satu hal sekarang, Yi Chen.

Bel masuk berbunyi dan semua murid yang berada di sekitar area sekolah bergegas masuk ke kelas masing-masing. Calvin masuk ke kelasnya di Sains 3-A dimana anak-anak dalam kelas itu terdiri dari juara umum sewaktu berada di Junior High School dan masih bisa mempertahankan prestasi mereka di Senior High School. Begitu masuk kelas ia sudah melihat Fu Zhen duduk manis di tempatnya, Calvin pun menuju tempat duduknya sendiri. Tak lama kemudian seorang guru yang terkenal killer masuk dengan aura menyeramkan.

Dajia zao an!” sapa guru tersebut yang seringkali dipanggil Huang laoshi tanpa senyum. “Sesuai yang saya katakan minggu kemarin bahwa hari ini kita akan mengadakan ulangan jadi harap tutup buku kalian!” ujar Huang laoshi tegas

Laoshi!” panggil seorang siswa mengacungkan tangannya ke atas

You shenme Jun Xiang tongxue?” tanya guru tersebut

“Di kelas kami ada siswi baru dan dia pasti tadak tahu materi yang sudah laoshi ajarkan sebelumnya. Apa ujiannya tidak bisa ditunda jadi minggu depan saja?” tanya siswa bernama Jun Xiang tersebut yang didukung anggukan oleh siswa-siswi lain

“Itu hanya alasan kalian saja. Tidak ada pengecualian, ulangan hari ini akan tetap berlangsung. Hao bu hao Fu Zhen tongxue?” tanya Huang laoshi pada Fu Zhen setelah melihat nama siswi baru itu di jurnal absensi miliknya

No problem Mr. Huang,” sahut Fu Zhen

Kertas ulangan beserta lembar jawabannya pun dibagikan oleh Huang laoshi. Hari ini diadakan ulangan Fisika dimana siswa-siswi di Fahrenheit Internationaal High School sangat tidak menyukai pelajaran tersebut karena Huang laoshi mengajar layaknya diktator. Bahkan siswa paling pandai di sekolah tersebut tak pernah bisa menang jika sudah menyangkut adu pendapat dengan Huang laoshi. Memang anak-anak di sekolah ini diajarkan untuk beradu pendapat dalam hal pelajaran pada guru yang mengajarkannya jika menurut mereka ada sesuatu yang salah dari ajaran guru tersebut.

Ulangan berlangsung hening, terlihat semua murid menguras pikirannya untuk menjawab soal-soal dari Huang laoshi yang terkenal dengan tingkat kesulitan sangat tinggi tiap memberi soal. Beliau berkeliling kelas untuk mengawasi para muridnya agar tidak bekerja sama.

Baru lima menit ulangan berlangsung namun kelakuan seorang murid membuatnya geram. Ia melihat siswi baru itu menguap, terlihat bosan. Sungguh ia tidak bisa mentolerir hal ini. Fu Zhen tidak menyadari mendapat tatapan maut dari Huang laoshi, ia menyandarkan kepalanya di meja lalu memejamkan mata. Ia merasa matanya sangat berat karena semalaman gadis itu sibuk berkutat dengan pikirannya tentang Yi Ru serta pekerjaan yang tak bisa ia tinggalkan. Apalagi sekarang ia dihadapkan dengan soal-soal Fisika yang menurutnya membosankan.

“Fu Zhen tongxue,” panggil Huang laoshi dengan nada tinggi membuat anak-anak yang sedang mengerjakan ulangan mengalihkan perhatian mereka pada pemiliki nama tersebut

Semua murid menganga tak percaya melihat hal ini. Seorang siswi baru sudah berani membuat masalah dengan Huang laoshi dengan tidur di kelas saat ulangan berlangsung. Sang pemilik nama tersebut mengangkat kepalanya dari meja lalu mengerjapkan mata lelahnya.

“Ada apa laoshi,” tanya Fu Zhen dengan polosnya

“Beraninya kau tidur di kelasku saat ulangan sedang berlangsung. Keluar dari kelas ini sekarang juga dan tinggalkan lembar jawabanmu di meja!” perintah Huang laoshi yang langsung dituruti oleh Fu Zhen

Tanpa menunggu lebih lama lagi Fu Zhen bangkit dari duduknya dan keluar kelas. Sementara Huang laoshi merasa sangat kesal karena seorang siswi baru sudah berani menantangnya di pertemuan pertama mereka. Reaksi para murid pun tak jauh berbeda termasuk Calvin dan Yi Chen. Huang laoshi mengambil lembar jawaban milik Fu Zhen dan seketika mulutnya menganga.

Zhe shenme?” tanyanya shock

Seisi kelas menghampiri Huang laoshi yang masih menatap lembar jawaban milik Fu Zhen. Begitu mereka melihatnya ekspresi yang ditunjukkan pun tak beda jauh dengan guru killer mereka. Berbeda dengan Yi Chen yang hanya tersenyum kecil melihatnya. Tentu karena gadis itu tahu tentang Fu Zhen.

“Bagaimana mungkin dia mengerjakan semua soal yang aku berikan dalam waktu lima menit?” gumam Huang laoshi yang langsung menuju mejanya untuk memeriksa lembar jawaban Fu Zhen. “Jawabannya benar semua dan rumus yang digunakan berbeda sekali,” lanjutnya

Sementara di taman belakang sekolah terlihat seorang siswi sedang bersantai menyandarkan tubuhnya di sebuah tempat duduk yang ada di taman tersebut. Ia sekedar memejamkan mata lelahnya. Di tengah ketenangan taman yang sunyi, ia mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Matanya yang terpejam pun terbuka menampakkan bola mata hazel indahnya.

“Kau sedang apa disini?” tanya siswi tersebut pada orang yang menghampirnya

“Kelasku tidak ada guru dan kau sendiri sedang apa disini? Bukankah kelasmu sedang ada ulangan Huang laoshi? Sedangkan kelas baru dimulai sepuluh menit yang lalu, kau bolos?” tanya siswa tersebut
  


“Aku tidak pernah bolos dalam pelajaran Jiro,” sahutnya

“Lalu kenapa kau ada disini Fu Zhen tongxue?” tanya Jiro heran

“Aku diusir Huang laoshi karena ketiduran di kelas saat ulangannya berlangsung,” jawab Fu Zhen dengan polosnya

WHAT?” pekik Jiro tak percaya sedangkan Fu Zhen hanya mengangkat kedua bahunya

“Lalu ulanganmu bagaimana Fu Zhen? Astaga! Kau sepertinya sudah masuk ke kandang harimau,” ujar Jiro sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya sedangkan Fu Zhen menampakkan seringaiannya

“Kalau aku bilang sudah selesai menjawab semua soal ulangan tersebut, kau percaya?” tanyanya yang membuat Jiro membulatkan mata sipitnya

Tanpa disadari ada dua orang yang melihat kedekatan mereka dari tempat yang berbeda. Ekspresi kedua orang tersebut pun jauh berbeda. Mungkin sulit dipercaya melihat Fu Zhen dekat dengan Jiro, terkesan aneh.

“Cih! Dia pikir siapa dirinya itu? Ingin mendekati tiga siswa populer sekaligus di sekolah ini, huh? Tidak akan kubiarkan kau bertindak lebih jauh Tian Fu Zhen! Kau tidak bisa mengalahkan popularitasku, hanya aku yang boleh dekat dengan mereka. Bukan kau! Lihat saja apa yang akan kulakukan padamu nanti!” ujar seorang siswi yang bersembunyi di balik sebuah pohon besar, siswi tersebut tak lain adalah Genie

“Aku pasti bisa mendekatimu dan kau harus menjadi milikku,” ujar seorang siswa dari kejauhan yang ternyata adalah Danson.

Genie dan Danson memang sekelas dengan Jiro sehingga mereka bebas di jam pertama ini karena guru yang mengajar di kelas mereka tidak masuk. Keduanya memandang objek yang sama, dimana objek tersebut tengah bersenda gurau dengan sosok yang sangat mereka kenal.

Well, ada yang ingin kau tanyakan padaku?” tanya Fu Zhen pada Jiro yang pikirannya mulai berlarian entah kemana

“Uhmm, tentang cerita Bibi Chen kemarin. Bisa kau jelaskan maksudnya? Sungguh aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi sebenarnya,” sahut Jiro

Okay, I’ll explain for you. Disosiatif sebelumnya disebut amnesia psikogenik, dimana seseorang yang menderita amnesia disosiatif tidak mampu mengingat informasi pribadi yang penting, biasanya setelah suatu episode yang penuh stress. Informasi-informasi itu tidak hilang secara permanen, namun tidak dapat diingat lagi selama episode amnesia. Lubang-lubang dalam memori terlalu lebar untuk dapat dijelaskan sebagai kelupaan biasa. Amnesia pada kejadian spesifik terjadi karena individu ada dalam stimulasi yang tinggi selama kejadian sehingga mereka tidak mensandikan dan menyimpan informasi selama periode kejadian dan kemudian mereka tidak bisa memanggil atau mendapatkan kembali informasi tersebut dikemudian hari,” jelas Fu Zhen lirih dibagian akhir penjelasannya, tentu sulit baginya jika mengingat sahabat kecil yang sangat ia sayangi mengalami hal itu terlebih yang tidak diingat oleh Yi Ru adalah dirinya sendiri

“Jadi itu yang terjadi padanya? Sulit dipercaya,” ujar Jiro mendengar penjelasan Fu Zhen barusan

Jiro memalingkan pandangannya pada Fu Zhen yang menunduk sedih setelah menjelaskan itu. Jiro sangat mengerti bagaiman perasaan gadis di sebelahnya saat ini. Andai hal itu terjadi padanya pasti ia akan sangat terpuruk dan mungkin bisa jadi ia menyalahkan dirinya sendiri. Namun Jiro sangat kagum pada Fu Zhen yang menurutnya berjiwa besar, gadis ini masih bisa menjalani kehidupan sehari-harinya dengan cukup baik. Walau ia tahu pasti Fu Zhen sangat terpukul menghadapi kenyataan ini.

“Lalu bisa kau lanjutkan lagi?” tanya Jiro pelan yang memang masih penasaran dengan hal selanjutnya karena memang penjelasan Fu Zhen belum sepenuhnya

“Huhh!” Fu Zhen menghembuskan nafas berat bersiap menjelaskan lagi karena ia pun sudah berjanji member penjelasan sejelas-jelasnya pada Jiro

“Ada empat bentuk amnesia disosiatif dan yang diderita olehnya adalah jenis Localized Amnesia. Ketika seseorang lupa akan semua kejadian yang terjadi selama interval waktu tertentu. Biasanya interval waktu ini diikuti dengan cepat oleh kejadian yang sangat mengganggu seperti kecelakaan. Awalnya dokter mengira ia mengalami Traumatic Amnesia biasa karena benturan keras dikepalanya dan seiring berjalannya waktu ingatan tersebut akan kembali jika sering komunikasi dengan orang-orang yang ia lupakan namun setelah kejadian kemarin membuat dokter memvonisnya mengalami Dissociative Amnesia jenis Localized,” lanjut Fu Zhen mulai merasa sesak di hatinya semakin menjadi

“Aku mengerti. Kita doakan saja yang terbaik untuknya dan aku yakin ia pasti bisa mengembalikan memori yang telah hilang itu jika memang penting untuknya,” ujar Jiro seraya memberikan semangat pada Fu Zhen agar tidak putus asa

“Yah semoga saja dan terima kasih sudah menjadi pendengar yang baik. Aku merasa sedikit lega sekarang,” sahut Fu Zhen dengan senyum manisnya

Aku akan berusaha membantunya sebelum jangka waktu yang telah kau tentukan itu berakhir,” batin Jiro

Sejenak mereka terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing di taman itu. Namun, seperti menyadari sesuatu Jiro langsung mengernyitkan alisnya. Ada sesuatu yang janggal disini. Hey, kenapa gadis ini bisa tahu begitu banyak padahal Bibi Chen sama sekali tak menjelaskan apapun kemarin.

“Ah ya, kenapa kau bisa tahu semuanya tentang itu padahal kan Bibi Chen tidak ada menjelaskan apapun. Lalu jika kulihat dari ekspresimu kemarin sepertinya kau memang sudah sangat memahami tentang hal ini,” ujar Jiro menatap lekat Fu Zhen menuntut penjelasan

“Kenapa aku tahu begitu banyak ya? Uhmm, itu semua karena aku memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kau tidak akan mengerti tentang hal itu,” jawab Fu Zhen cepat dengan senyum yang sulit diartikan

“Astaga! Kau benar-benar terlihat seperti gadis misterius sekarang,” gerutu Jiro kesal dengan jawaban Fu Zhen sedangkan gadis itu hanya tersenyum kecil

“Bukankah sesuatu yang misterius itu lebih menarik?” tanya Fu Zhen memamerkan seringaiannya lalu bangkit meninggalkan Jiro yang hanya diam di tempatnya

Setelah meninggalkan Jiro sendirian di taman, Fu Zhen pergimenuju kantin untuk mengisi perutnya karena memang ia belum sempat sarapan. Gadis ini tengah asik menyantap makanannya sampai tiba-tiba beberapa siswi datang menghampir dan mengganggu aktivitasnya. Ia hanya melirik dengan ekspresi datar lalu melanjutkan makannya.

“Apa yang kalian inginkan?” tanya Fu Zhen dengan nada datarnya

“Kau masih bertanya? Jangan pura-pura polos Tian Fu Zhen!” geram salah seorang siswi yang tentu sudah sangat diketahui oleh Fu Zhen siapa orang ini, yah Genie

“Lalu apa maumu? Bukan salahku jika tiga pria itu dekat denganku. Mungkin kalian memang tidak  menarik,” sahut Fu Zhen masih dengan nada datarnya

“Calvin! Dia milikku!” tegas Genie dengan emosi yang sudah meluap-luap

Well, siapa dirimu hingga bisa mengatakan dia adalah milikmu?” tanya Fu Zhen santai

“Tentu karena aku kekasihnya,” jawab Genie cepat

“Kekasih yang sebentar lagi akan dibuang, benar bukan?” dengan nada sinisnya Fu Zhen menyeringai puas melihat wajah Genie yang merah penuh emosi

“Dia tidak akan meninggalkanku karena gadis sepertimu,” sahut Genie

“Gadis sepertiku? Memang kau tahu aku seperti apa? Tidak! Iya kan?” tegas Fu Zhen penuh penekanan di tiap kata yang ia ucapkan

Genie tidak menjawab karena memang benar ia tidak tahu seperti apa Fu Zhen terlebih lagi sekarang ia sedang memikirkan cara untuk membuat Fu Zhen jera. Ia tidak akan membiarkan Fu Zhen merebut Yi Ru darinya.

“Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa, hah?” bentak Genie

“Siapa bilang aku tidak tahu siapa kau? Gadis manja dan putri tunggal dari pengusaha yang perusahaannya menempati urutan keenam di Asia, right? Sayangnya aku tidak peduli dengan itu semua,” ujar Fu Zhen santai namun terkesan mengejek

“Beraninya kau!” bentak Genie melayangkan tangannya ke pipi mulus Fu Zhen yang sekarang sudah menampakkan memar kemerahan

PLAKK

Tak mau kalah dari Genie yang bersikap seenaknya, Fu Zhen pun membalas tamparan Genie tak kalah keras. Semua yang ada di tempat kejadian dan melihat itu hanya bisa menganga, terkejut melihat siswi yang notabene cukup ditakuti oleh anak-anak di sekolah ini mendapat balasan dari sikap kasarnya sendiri.

“KAU! Akan kupastikan kau tidak bertahan lama di sini!” ancam Genie dengan mata menyorotkan kebencian

“Terserah apa yang akan kau lakukan tapi ada hal yang harus kau tahu. Aku tidak akan membiarkan siapapun bebas bertindak kasar padaku apalagi orang itu kau. Tak akan kumaafkan! Satu lagi. Jika kau berpikir bisa mengeluarkanku dari sekolah ini maka kau salah besar Miss Genie karena sampai kapanpun itu tak akan terjadi kecuali memang aku sendiri yang menginginkannya. Sebelum kau mencari masalah dengan seseorang sebaiknya kau tahu lebih dulu sedang berhadapan dengan siapa!” peritah Fu Zhen panjang lebar dan pergi begitu saja meninggalkan Genie dan teman-teman yang dibawanya mematung dengan wajah pucat pasi

>>>To be continue.....

No comments:

Powered by Blogger.