Thursday 11 April 2019

Point of View



Nah, kali ini kita akan membahas sedikit tentang Point of View.
Ada yang sudah tahu atau pernah dengar sebelumnya? Aku yakin kalian sudah tahu sih.
Jadi apa itu Sudut Pandang (Point of View)?
Menurut KBBI, sudut pandang adalah cakupan sudut bidik lensa terhadap gambar.
Nah, dalam menulis sendiri sangat penting bagi kita menentukan Point of View (PoV) yang akan digunakan. Kenapa? Karena PoV itulah yang menjadi modus penulis dalam menyampaikan ceritanya.
Point of View sendiri ada 3 jenis, yaitu:
1. PoV Orang Pertama (PoV 1), yang biasanya menggunakan tokoh 'aku' sebagai sudut pandang. Dalam hal ini, cerita hanya akan berpusat pada perasaan dan kejadian yang dapat ditangkap oleh si 'aku'. PoV 1 sendiri biasanya bersifat intim karena  membuat pembaca dapat lebih dekat dengan tokoh 'aku'. 
Namun, kelemahannya terkadang memakai PoV 1 membuat penulis seakan dalam mode curhat dan tidak bisa mencakup hal yang lebih luas. Kendala lainnya dari PoV 1 ini membuat penulis banjir dengan serangan -ku jika kurang pandai menyiasati.
Contoh:
Aku membangunkan kakakku untuk mengantarku ke sekolah karena hari ini aku ada kuis Bahasa Inggris. Aku tidak boleh terlambat atau guruku akan memberi nilai  E pada rapor bayanganku nanti.
Nah, dari contoh ini sangat jelas bagaimana serangan -ku dalam penggunaan PoV 1. Namun, tentu saja penulis dapat menyiasatinya dengan membaca ulang kembali dan hapus yang tidak diperlukan atau menggantinya dengan kata lain. Ya, sejenis self editing.
Berikut perbaikan dari contoh di atas:
Aku membangunkan kakak untuk ke sekolah karena hari ini ada kuis Bahasa Inggris. Aku tidak boleh terlambat atau bu guru akan memberi nilai E pada rapor bayangan nanti.
Bagaimana? Lebih enak dibaca, kan?
2. PoV Orang Kedua (PoV 2), sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti 'kamu'. Jadi narator tidak menjadi tokoh dalam cerita. Nah, PoV 2 ini sangat jarang digunakan dalam cerita fiksi karena jika gagal menyiasati, pembaca akan merasa seperti ditunjuk-tunjuk dan terkesan flat (datar). Kebanyakan PoV 2 digunakan pada non fiksi, seperti 'how to'.
Untuk PoV 2 ini aku skip ya, karena memang jarang dipakai. Jadi, kita langsung ke PoV selanjutnya saja.
3. PoV Orang Ketiga (PoV 3), biasanya menggunakan kata ganti 'dia/ia' atau 'nama'. Sudut pandang ini sangat sering digunakan oleh penulis karena dapat lebih luas mengeksplor sebuah cerita. Berbeda dengan PoV 1 yang hanya berpusat pada tokoh 'aku', PoV 3 sifatnya lebih objektif.
Namun, kelemahan yang sering terjadi ialah penulis seringkali mengulang penggunaan nama. Selain itu, jika tidak dapat mengeksekusi dengan baik, penulis akan sulit menggali perasaan tokoh utama.
Contoh:
Dea sudah berulang kali berusaha memecahkan rumus matematika ini. Namun, bukannya mendapat jawaban, Dea lebih memiliki keinginan untuk mencekik gurunya. Otak Dea rasanya buntu, ia sudah tidak sanggup berpikir lagi. Masa bodoh dengan semua ini, lebih baik Dea melanjutkan bermain gamenya.
Nah, di atas ini contoh buruk yang gak boleh ditiru ya. Gomen ^^ Maksudku, bisa dilihat contoh di atas, banyak menggunakan nama Dea padahal sebenarnya dapat diakali dengan kata ganti lain.
Contoh:
Dea sudah berulang kali berusaha memecahkan rumus matematika ini. Namun, bukannya mendapat jawaban, ia lebih memiliki tujuan untuk mencekik sang guru. Otaknya sudah buntu, gadis remaja itu sudah tidak sanggup berpikir lagi. Masa bodoh dengan semua ini, lebih baik ia melanjutkan bermain game.
Perbedaannya terlihat jelas kan? Tentu penggunaan nama sangat bisa diganti dengan yang lainnya. Selain penggunaan nama, kendala lain pada PoV 3 adalah serangan -nya. Masih banyak penulis yang terkadang bingung dengan penempatan -nya dalam cerita.

Baiklah, sekian materinya.

No comments:

Powered by Blogger.