Author:: TaraChun
Cast:: Fahrenheit
Kuntilanak
Seperti
tahun-tahun sebelumnya, setiap mau lebaran pasti orang-orang akan sibuk memasak
makanan untuk menyambut hari kemenangan setelah selama 1 bulan berpuasa. Begitu
pula dengan 4 pria yang tinggal dalam sebuah rumah yang sangat besar itu,
mereka berempat sangat sibuk memasak untuk menyambut lebaran karena mereka
tidak akan mudik ke kampung masing-masing disebabkan oleh aktivitas mereka yang
sangat sibuk sebagai aktor, model, dan penyanyi. Mereka tergabung dalam sebuah
boyband yang dinamakan Fahrenheit.
Brakkk…
Brukk… Tuiiingg…
“Itu
suara apa sih?” kata salah seorang pria yang berbadan tinggi kekar.
“Ahh,
pasti tuh orang-orang buat masalah deh” kata seorang pria lagi yang berwajah
dingin tapi polos
“Ayoo,
kita liat!” ajak pria yang berbadan tinggi kekar
Kedua
pria itu berjalan menuju dapur, Sesampainya di dapur, mereka berdua melihat
dapur dalam keadaan berantakan begitu pula dengan 2 orang pria yang ada di
dalam dapur.
“Apa
yang kalian lakukan? Dapurku? Kenapa berantakan begini?” kata pria berbadan
kekar itu dengan raut wajah yang sangat kesal
“Kau
sih Jiro…” senggol pria berbadan kurus pada temannya yang menggunakan
pernak-pernik ala rocker karena melihat ekspresi yang menakutkan
“Enak
saja menyalahkan aku, dari tadi aku memotong bawang disini sampai menangis… Kau
saja yang tidak hati-hati” Jiro tidak mau disalahkan
“Beneran
deh Zun, suerr… tadi seperti ada yang menyandung kakiku hingga terjatuh dan aku
kira itu Jiro…” pria kurus itu menjelaskan pada pria berbadan kekar di depannya
yang dipanggil Zun
“Aku
tidak mau tau apapun alasanmu Calvin, sekarang juga bersihkan dapurku!” Zun
menatap Calvin
“I..
Iya, baiklah…” Calvin terlihat sangat ketakutan dan gemetaran
Zun
melihat ekspresi Calvin sangat aneh, ekspresi takut yang tidak seperti biasanya
ketika dirinya memarahi Calvin. Begitu pula dengan 2 temannya yang lain juga
terlihat ketakutan. Zun merinding seperti ada seseorang dibelakangnya padahal 3
temannya saat itu sedang berhadapan dengan dirinya. Zun melihat wajah ketiga
temannya bergantian kemudian ia menoleh ke belakang
“Hwaaaaaaa…
Kun… Kun… Kuntilanak…” Zun langsung berlari ke teman-temannya, mereka berempat
sangat ketakutan….
“Hihihihiihii…..”
Kuntilanak itu tertawa dan memperlihatkan giginya yang coklat-coklat
“Eh,
kok aneh ya?” Jiro membisiki temannya yang selalu berekspresi dingin
“Aneh
apanya?” pria itu balik membisiki Jiro
“Yahh
Aaron, kau ini kan lebih pintar dari aku tapi kau tidak merasa aneh apa
kuntilanak kok munculnya di siang hari?” Jiro kembali membisiki pria berwajah
dingin itu
“Ohh
iya juga yaa… Ehmm, tunggu sebentar” Aaron berdiri dan berjalan menuju
kuntilanak itu
“Hei,
apa yang dia lakukan?” Zun menyenggol Jiro
Jiro
hanya menggeleng tanda tidak mengerti dengan apa yang akan dilakukan oleh
Aaron. Mereka bertiga hanya melihat Aaron yang berjalan menuju kuntilanak itu
dan jaraknya pun semakin dekat.
“Hei,
kau ini kuntilanak asli atau palsu? Kenapa munculnya siang bolong begini?”
Aaron bertanya pada kuntilanak itu dan menatapnya dalam-dalam
“Hihihihihihi….”
Kuntilanak itu kembali tertawa dan memperlihatkan giginya yang coklat-coklat
itu “Aku kuntilanak asli tau… kau lihat saja kakiku, tidak napak di lantai
kan?” Kuntilanak
“Iya
juga ya, berarti kau memang kuntilanak asli tapi kenapa gigimu coklat-coklat
begitu? Ohh, aku tau pasti kau tidak pernah sikat gigi kan?” Aaron berjalan
mundur perlahan kemudian berlari menuju teman-temannya “Dia kuntilanak asli”
Aaron terlihat ketakutan dn gemetaran
“Ya,
kau saja yang aneh.. Sudah tau kuntilanak tapi di dekatin…” Calvin
“Hihihihihihi…
Kau ini tau saja ya anak manis… Ehm, kalian punya tape uli tidak?” Kuntilanak
itu mendekati 4 pria yang dari tadi ketakutan
“Jangan
mendekat, kalau tidak aku tembak kau” Jiro
“Hei,
kau ini buat malu aku saja… Dia kan sudah mati, mana bisa ditembak lagi..
Memangnya kau punya pistol?” Zun
“Iya
juga ya, kita kan tidak punya pistol… Hehehehe…” Jiro tertawa sambil menggaruk
kepalanya yang tidak gatal
Keempat
pria itu semakin gemetaran karena jarak kuntilanak semakin dekat dengan mereka.
Mereka terdiam sejenak memikirkan sesuatu hal dan saling melihat satu sama lain
kemudian mengangguk bersama tanda apa yang mereka pikirkan adalah hal yang
sama.
“Eh
kuntilanak, kau mau tape uli ya?” Jiro
“Hihihihihihi…
Iyaa, tadi aku sudah bilang kan.” Kuntilanak
“Kenapa
kau ingin tape uli? Biasanya kan kuntilanak nyarinya bayi… Lalu kenapa harus
mencari ke tempat kami?” Calvin
“Hihihihihii..
Karena saat aku hamil, aku ngidam tape uli tapi aku tidak bisa mendapatkannya
dan orang yang tinggal disini dulunya adalah tetanggaku, dia pintar sekali
membuat tape uli.. hiks…hiks…” Kuntilanak itu menangis
“Tapi
orang itu sudah tidak tinggal disini dan kami juga tidak punya tape uli.. Kau
pergi ya…” Aaron tersenyum manis
“Hihihihi…
kau ini memang anak manis ya… Tidak salah aku datang kesini.. Lagian lumayan
kan aku bisa cuci mata melihat 4 pria tampan… Hihihihihi..” Kuntilanak
“Baiklah,
aku akan buatkan tape uli untukmu tapi kau harus pergi dulu dari sini” Zun
membuat penawaran dengan kuntilanak
“Hihihihihi…
Kau pintar membuat penawaran ya tapi sayangnya aku tidak mau pergi sebelum aku
mendapatkan tape uli… Cepat buatkan untukku!” Kuntilanak
Karena
ketakutan kuntilanak lama di rumah mereka, keempat pria itu segera mengambil
bahan-bahan yang bisa digunakan untuk membuat tape uli. Seluruh tubuh mereka
sangat berantakan dipenuhi oleh tepung ketan dan ragi. Wajah yang tadinya
tampan terlihat belepotan. Kuntilanak itu mendekati keempat pria yang sedang
sibuk membuat tape uli untuknya. Hari semakin malam tapi tape uli belum juga
selesai dibuat.
“Hihihihihihi…”
Kuntilanak mendekati Jiro “Wajahmu lucu sekali.. Hihihihi” Kuntilanak itu
tertawa tepat ditelinga Jiro
“Bisakah
tidak tertawa di telingaku?” Jiro merinding mendengar tawa dari kuntilanak itu
“Sssttt,
hari sudah semakin malam.. Bagaimana ini? Menyeramkan sekali…” bisik Calvin
pada Aaron
“Iyaa,
aku tidak pernah berpikir di rumah kita akan ada kuntilanak dan kita bisa
melihatnya bahkan harus membuat sesuatu untuknya” Aaron belik membisiki Calvin
“Apa
yang kalian bicarakan? Hihihihi….” Kuntilanak itu berada di tengah-tengah
antara Calvin dan Aaron
“Hwaaaa…”
Calvin dan Aaron teriak bersamaan karena kaget melihat kuntilanak sudah berada
di dekat mereka.
“Hihihihihi….”
Kuntilanak itu hanya bisa tertawa melihat ekspresi Aaron dan Calvin
“Hei,
menjauhlah dariku….!” Aaron
“Zun,
cepatlah mengolahnya!” Calvin berteriak
“Iyaa,
sedikit lagi selesai…” Zun masih terfokus pada tape uli
“Hihihihihi…
Kau pandai sekali memasak…” Kuntilanak itu sudah berada tepat di belakang Zun
“Jangan
menggangguku kalau tidak tape uli ini akan aku buang…” Zun mengancam kuntilanak
itu
Aaron,
Calvin, dan Jiro melihat Zun yang memarahi kuntilanak itu sambil tertawa-tawa
kecil…
“Jangan
tertawa..!” bentak Zun pada ketiga temannya…
“Upss…”
mereka bertiga langsung menutup mulut
“Sudah
selesai…” Zun membungkus tape uli itu dengan plastic “Ini untukmu, pergi dari
sini..!” Zun memberikan tape uli itu pada kuntilanak…
“Baiklah,
terima kasih anak-anak manis.. Kalian memang tampan.. Hihihihi…” Kuntilanak itu
pun akhirnya pergi.
“Akhirnya
pergi juga… Kita bisa tidur sekarang…” Jiro
“Enak
saja mau tidur, kalian bertiga bereskan dulu semuanya dan aku mau besok pagi
dapurku harus sudah rapi…” Zun pergi meninggalkan Aaron, Jiro, dan Calvin
“Eh?”
Calvin berniat memanggil Zun tapi ia mengurungkan niatnya
“Baiklah,
ayo kita bereskan…” Aaron
Mereka
bertiga pun membereskan dapur yang berantakan karena ulah kuntilanak itu
sedangkan Zun tidur setelah selesai membersihkan tubuhnya. Jiro, Calvin, dan
Aaron yang sudah selesai membersihkan dapur juga tidur setelah mandi.
>>>The End<<<
No comments:
Post a Comment