Wednesday, 9 July 2014

Forget? Never!! [Part 4]


Title:               Forget? Never!
Genre:            Friendship, Romance
Main Cast:     Calvin Chen as Chen Yi Ru
                        Hebe Tian as Tian Fu Zhen
Other Cast:    JJ Lin as Lin Jun Jie
                        Danson Tang as Tang Yu Zhe
                        Jiro Wang as Wang Da Dong
                        Genie Zhuo as Zhuo Wen Xuan
                        Ariel Lin as Lin Yi Chen

Older Post: Part 1 , Part 2 , Part 3 

Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.

Seiring berjalannya waktu, dua bulan sudah Fu Zhen bersekolah di Fahrenheit International High School. Banyak hal terjadi selama ia bersekolah di sana termasuk satu hal yang bisa dibilang sangat menghebohkan. Tepatnya seminggu yang lalu Calvin mengakhiri hubungannya dengan Genie dan sukses membuat gadis itu kesal setengah mati.

“Aku yakin ini semua ada hubungannya dengan anak baru itu,” ujar Genie setelah diputusi oleh Calvin

Sejak hari itu pembullyan pun dimulai, banyak anak yang mengikuti perintah Genie untuk mengerjai Fu Zhen. Walau sebenarnya mereka tidak ingin melakukan itu tapi apa boleh buat jika ancamannya tentang bisnis keluarga mereka yang mungkin saja akan bangkrut karena tidak mengikuti perintah Genie. Masih ingat bukan status keluarga Genie dimana perusahaannya berada pada urutan keenam di Asia dan itu artinya berada pada urutan ketiga di Taiwan.

Namun, bukan Fu Zhen namanya jika bisa dengan mudah dibully oleh Genie dan pengikutnya. Beruntung Fu Zhen memiliki sahabat yang sangat baik padanya dan begitu pula dengan Jiro yang memang sejak awal berada di pihak gadis itu.

“Kau memang luar biasa Fu Zhen, tidak salah aku menjadi fans beratmu,” seru Yi Chen dengan hebohnya melihat aksi Fu Zhen barusan

Jika ditanya apa yang terjadi? Tentu bisa dengan mudah ditebak. Yah, reaksi pemberontakan Fu Zhen yang memang sudah diketahui oleh seluruh penghuni Fahrenheit International High School. Gadis itu dengan tenangnya mengatakan pada Genie bahwa seorang gadis seperti Genie hanya salah satu dari jenis makhluk purba yang sudah kehilangan popularitasnya di zaman modern seperti sekarang.

“Kau tahu? Seseorang yang melakukan pembullyan terhadap orang lain hanyalah salah satu makhluk yang merasa sudah kehilangan eksistensinya di dunia dan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman. Di era sekarang jika kau ingin bersaing maka gunakan otakmu dengan baik kecuali kau sudah kehilangan otakmu juga untuk berpikir?” itulah yang dikatakan Fu Zhen pada Genie ketika gadis itu mulai mencari masalah lagi dengannya


“Berani-beraninya kau mengatakan seperti itu padaku!” bentak Genie

“Apa ada alasan untuk aku harus takut padamu nona purba?” tanya Fu Zhen dengan nada terkesan mengejek namun tetap terdengar datar

“KAU! Aku pastikan kau tidak akan bertahan lama di sekolah ini,” geram Genie seraya pergi meninggalkan keramaian yang sejak tadi menonton aksi mereka

Beberapa menit berlalu setelah Genie beserta pengikutnya pergi, terdengar sebuah pengumuman dari pengeras suara. Anak-anak heboh berbisik-bisik, mereka memperkirakan apa yang akan terjadi pada seseorang yang namanya di panggil tersebut. Sementara orang yang dipanggil hanya menebarkan seringaiannya den terkesan cuek. Ya, orang itu tak lain adalah Fu Zhen.

Panggilan kepada siswi Tian Fu Zhen dari kelas Sains 3-A. Harap ke kantor kepala sekolah sekarang!

Begitulah pengumuman yang menghebohkan seisi Fahrenheit International High School. Mereka tahu siapa dalang yang menyebabkan Fu Zhen dipanggil ke kantor kepala sekolah. Tak perlu menunggu lama, Fu Zhen pun langsung menuju kantor kepala sekolah diikuti oleh Yi Chen.

Sementara Calvin dan Jiro yang mendengar pengumuman itu hanya bisa saling pandang satu sama lain. Mereka tidak melihat kejadian yang terjadi antara Fu Zhen dan Genie sehingga begitu mendengar pengumuman itu membuat mereka penasaran.

Dua bulan bukanlah waktu yang singkat bagi Calvin untuk melakukan pendekatan dengan Fu Zhen. Seperti yang dikatakan oleh Genie, salah satu faktor berakhirnya hubungan mereka karena ketertarikan Calvin terhadap sosok misterius Fu Zhen. Berbeda dengan Jiro yang memang berniat untuk membantu sahabatnya mengembalikan ingatan Calvin yang hilang maka ia terus berusaha untuk mendekatkan Calvin dengan Fu Zhen. Yah, walaupun sebenarnya ada tujuan lain di balik itu semua, apalagi kalau bukan Yi Chen.

Sesampainya di depan ruang kepala sekolah, Fu Zhen dan Yi Chen sudah disambut dengan tatapan sinis dari Genie serta pengikutnya. Tak lama setelah kedua gadis itu tiba kemudian menyusul Calvin dan Jiro yang penasaran dengan pengumuman tadi.

“Apa yang terjadi?” tanya Calvin begitu tiba di depan kantor kepala sekolah

Tanpa menjawab pertanyaan dari Calvin itu, Fu Zhen langsung masuk ke kantor kepala sekolah setelah mengetuk pintu sebelumnya. Berbeda dengan Fu Zhen yang menghiraukan kedatangan Calvin, Genie sudah memasang senyum manisnya yang dibuat-buat untuk menarik perhatian Calvin.

Karena tak ditanggapi oleh Calvin membuat Genie menggeram kesal, ia sungguh merasa sudah tak berharga lagi. Sementara Jiro yang masih penasaran dengan apa yang terjadi pada Fu Zhen akhirnya mengalihkan pandangan kea rah seorang gadis yang sedari tadi menggigit jarinya, terlihat cemas.

“Sebenarnya ada apa?” tanya Jiro pada Yi Chen

“Mereka terlibat adu mulut di kantin tadi dan seperti yang kau lihat beginilah akhirnya,” sahut Yi Chen

Jiro hanya mengangguk mendengar ucapan Yi Chen, berbeda dengan Calvin yang mendengarnya langsung menatap tajam Genie. Gadis itu terlihat shock melihat tatapan tajam Calvin yang biasa ia lihat tiap kali bertemu Danson. Secara tidak langsung itu menandakan Genie resmi menjadi salah seorang yang dibenci Calvin.

“Aku…” gugup, itulah yang dialami Genie beserta para pengikutnya sekarang

“Ada yang ingin kau katakan padaku? Ternyata pilihanku memang tepat untuk mengakhiri hubungan denganmu. Bahkan mungkin seharusnya sudah sejak lama kita putus, bukan?” ujar Calvin masih tetap dengan death glare-nya

Hanya lima menit di dalam ruang kepala sekolah, Fu Zhen sudah keluar dengan senyum sinis yang dilayangkan pada Genie. Berbagai jenis pertanyaan muncul di pikiran anak-anak yang ternyata memang ikut berkumpul di depan ruang kepala sekolah untuk mengetahui hal apa yang akan terjadi pada Fu Zhen.

“Apa yang kau harapkan?” sindir Fu Zhen dengan nada merendahkan

“Seperti yang kita semua sudah ketahui, kau dikeluarkan dari sekolah ini,” jawab Genie santai dengan senyum meremehkan

Mendengar jawaban Genie itu membuat Fu Zhen tertawa, lebih tepatnya mengejek melalui tawanya. Yah, gadis itu sekarang sukses membuat anak-anak yang melihatnya bingung. Berbagai spekulasi muncul dan sulit untuk dijelaskan. Ada yang berbisik-bisik kalau Fu Zhen senang dikeluarkan dari sekolah ini, ada juga yang mengatakan gadis itu frustasi dan akhirnya stress karena merasa direndahkan oleh Genie. Entahlah, mereka dapat pikiran seperti itu darimana tapi yang jelas hanya Fu Zhen yang tahu.

“Sepertinya aku perlu mengingatkanmu satu hal Miss Genie! Bukankah aku pernah mengatakan padamu? Sebelum kau mencari masalah dengan seseorang sebaiknya kau tahu lebih dulu sedang berhadapan dengan siapa! See? Kau pikir bisa dengan mudah mengeluarkan dari sekolah ini? Bermimpilah selagi kau memiliki kesempatan!” tanpa memperdulikan reaksi dari semua yang menonton, Fu Zhen pergi begitu saja

“Wow! Sepertinya kau mendapat lawan yang berat sekarang Wen Xuan xiaojie,” sindir Jiro dengan senyum meremehkan

Kedua pria itu pun pergi untuk mengejar Fu Zhen dan Yi Chen yang sudah menghilang dari jarak pandang mereka. Masing-masing dari mereka memiliki tujuannya sendiri. Sementara dari kejauhan seseorang yang terus memperhatkan kronologis kejadian dari awal hanya mengembangkan senyum penuh arti.

“Berengsek! Siapa dia sebenarnya? Aku tidak mungkin kalah dari anak baru itu!” geram Genie pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya, terlihat angkuh

***

Sementara di bandara, seorang pria baru saja keluar dari terminal kedatangan internasional. Senyuman yang sangat manis tercetak di wajahnya menampilkan cekungan di pipi yang menambah kesan imut pada pria tersebut. Jika orang-orang yang tak mengenalnya pasti akan menganggap pria ini masih berusia sembilan belas tahun. Namun siapa yang menyangka jika usia sebenarnya sudah dua puluh empat tahun.


Finally, I/m home. I miss you girls,” ujar pria itu


Pria itu Lin Jun Jie atau biasa dipanggil JJ oleh teman-temannya di Amerika. Seorang sahabat sekaligus merangkap sebagai kakak bagi gadis bernama Tian Fu Zhen. Ia pun rela meninggalkan sementara pekerjaannya di Amerika demi melepas rindunya padahal ketika kembali nanti bisa dipastikan pria itu akan pusing sendiri dengan pekerjaannya. Ia melihat jam yang bertengger manis di tangan kanannya.

“Uhmm, masih ada waktu untuk istirahat sebelum memberi mereka kejutan,” ujarnya

JJ memutuskan untuk pulang langsung ke rumahnya dan beristirahat beberapa jam demi melepas lelah. Andai jarak Amerika dengan Taiwan tidak menghabiskan waktu sebelas jam dengan duduk di pesawat pasti tenaganya tidak akan terkuras seperti sekarang. Yah, walaupun hanya duduk tapi ttetap saja bukanlah posisi yang nyaman bagi seseorang yang memiliki pekerjaan seperti JJ.

Begitu tiba di rumah, tanpa basa-basi lagi Jun Jie langsung menuju kamarnya yang sudah ia tinggalkan sekitar dua tahun ini. Sulit bagi Jun Jie untuk mencari waktu agar ia bisa pulang ke negara asalnya di sela-sela kesibukan. Ia tidak ingin hanya pulang seminggu saja kemudian harus pergi lagi karena tuntutan pekerjaan yang menanti.

Maka ketika diberi kesempatan oleh atasannya seperti saat ini untuk pulang ke negaramya tak akan disia-siakan. Jun Jie ditugaskan untuk melanjutkan pekerjaannya di Taiwan sekaligus mengawasi Fu Zhen yang sedang dalam masa cuti. Gadis itu bersikeras mengatakan pada atasannya bahwa walaupun ia mengambil cuti tapi pekerjaannya tetap akan ia coba tangani.

“Aku khawatir dia terlalu fokus pada pekerjaan di masa cutinya ini. Kau tahu sendiri bagaimana gilanya gadis itu dengan pekerjaan. Aku hanya tidak ingin ia terlalu lelah dan jadi tidak fokus pada tujuan awalnya untuk pulang ke Taiwan jadi sebaiknya kau awasi saja disana sekalian kau bisa melepas rindu dengan keluargamu juga,” ujar atasannya saat memberikan izin waktu itu pada Jun Jie untuk pulang

Tanpa terasa sudah empat jam berlalu sejak kepulangan Jun Jie, cukup untuknya beristirahat. Sekarang saatnya memberi kejutan dan ia pun segera meluncur ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah dirasa cukup rapi, Jun Jie langsung melesat ke tempat tujuannya untuk memberi kejutan. Fahrenheit International High School.

“Sepertinya belum terlambat, masih sepuluh menit lagi mereka keluar,” gumam Jun Jie begitu Maybach 62 Zeppelin-nya sudah terparkir tepat di depan gerbang FIHS

Benar adanya, berselang sepuluh menit kemudian terlihat anak-anak FIHS mulai keluar dari kelas masing-masing. Fu Zhen seperti biasanya akan pulang dengan Yi Chen menggunakan jemputan keluarga Lin untuk mengatarkannya hingga tiba di apartement. Namun, baru beberapa langkah keluar dari kelas, gadis itu dikejutkan dengan sebuah tangan yang menggenggam erat dan menariknya hingga ke taman belakang sekolah.

Melihat sahabatnya ditarik seperti itu membuat Yi Chen kesal. Ia pun menyusul Fu Zhen yang ditarik oleh salah seorang siswa populer di sekolah. Bisa ditebak siapa orangnya? Yah, Calvin yang menarik Fu Zhen. Jiro pun yang berniat untuk pulang bersama Calvin dan tanpa sengaja melihat kejadian itu ikut menyusul.

“Apa maumu?” tanya Fu Zhen begitu tangannya dilepaskan

“Kau tahu mauku Fu Zhen. Kenapa sulit sekali bagimu untuk memberitahuku siapa dirimu sebenarnya? Aku yakin sekali kita saling mengenal dulu,” sahut Calvin

“Oh come on Calvin! Aku sudah seringkali pula mengatakan padamu jika memang kita dulu saling mengenal maka seharusnya kau mengingatku, bukan?” Fu Zhen pun balik bertanya, ia sudah kesal setengah mati tiap kali Calvin selalu menanyakan hal yang sama

“Aku pun sudah pernah mengatakan padamu alasannya Fu Zhen, kenapa kau susah sekali untuk membantuku mengingat dirimu? Apa kau memang ingin aku melupakanmu?” tanya Calvin tak kalah kesalnya

“Tak ada seorangpun yang ingin dilupakan di dunia ini,” lirih Fu Zhen menahan luapan perasaannya

Mendengar ucapan Fu Zhen dan ekspresi yang dipancarkan oleh gadis itu terasa menyakitkan bagi Calvin. Entah kenapa ia tidak menyukai ketika melihat sosok Fu Zhen yang lemah seperti sekarang. Baginya Fu Zhen adalah gadis yang kuat dan luar biasa, berbeda dari gadis-gadis yang selalu mencoba mencari perhatiannya.

“Aku…,” suaranya tercekat, ada satu dorongan yang membuatnya ingin sekali memeluk gadis di hadapannya

Tanpa basa-basi, Calvin pun menarik Fu Zhen ke dalam dekapannya. Hangat dan nyaman. Itulah yang mereka berdua sama-sama rasakan. Pelukan itu berlangsung sekitar lima menit dan sebelum terlepas sebuah kalimat terlontar bagai bisikan.

“Jika kau melupakanku maka akan ada cara yang kau gunakan untuk mengingatku kembali, bukankah begitu Bear Boy?” bisikan itulah yang mengakhiri pelukan mereka dan berhasil membuat Calvin mematung walau Fu Zhen sudah meninggalkannya

Setelah kepergian Fu Zhen beberapa saat lalu, Calvin masih mencerna ucapan gadis itu. Seketika bayangan abu-abu muncul di otaknya. Memori yang entah apa seperti film terputar samar-samar. Ia bisa melihat dua anak kecil yang mungkin berusia sekitar empat tahun memakai topi kerucut sambil merayakan ulang tahun.

Flashback

Kegembiraan terpancar jelas dari wajah anak-anak kecil yang ikut merayakan hari ulang tahun teman mereka. Nyanyian lagu selamat ulang tahun pun menggema di rumah mewah tempat diadakannya pesta ulang tahun.

“Ini untukmu!” ujar seorang anak lelaki memberikan kado pada gadis kecil yang sedang berulang tahun hari itu

“Wah… Xiexie ni. Boleh aku buka?” tanya gadis kecil itu

“Tentu saja!” sahutnya dengan senyum manis

Gadis kecil itu pun membuka kado yang ia dapatkan dari sahabatnya. Sebuah boneka teddy bear cokelat menggunakan dasi kupu-kupu berwarna putih yang menjadi isi dari kado tersebut. Raut kebahagiaan tak bisa disembunyikan dari wajah gadis kecil itu. Ia langsung memeluk erat teddy bear yang diberikan oleh sahabatnya.

“Kau menyukainya?” tanya anak lelaki yang dijawab dengan anggukan penuh semangat oleh gadis kecil

“Aku akan memberinya nama,” ujar gadis kecil penuh semangat

“Apa?” anak lelaki itu pun tak kalah semangatnya

“Bear Boy. Karena ini darimu jadi aku juga akan memanggilmu Bear Boy, bolehkan?” tanya sang gadis kecil penuh harap sambil menunjukkan puppy eyes nya

“Boleh sekali. Aku juga akan memanggilmu dengan… uhmm… apa ya?” lelaki kecil itu terlihat berpikir keras namun tak lama kemudian ia tersenyum. “Barbie Star! Aku akan memanggilmu Barbie Star, oke?”

Gadis kecil itu tak langsung menjawab, ia menatap sahabatnya penasaran. Dahinya sedikit berkerut dan bibir mungilnya mengerucut tanda ia sedang berpikir. Anak lelaki itu tertawa melihat ekspresi sahabatnya ketika berpikir. Terlihat lucu baginya. Tatapan kesal dilontarkan gadis kecil itu, ia paling tak suka kalau sudah ditertawai tanpa sebab.

“Kenapa kau tertawa?” tanyanya

“Kau lucu sekali Barbie Star,” sahut si anak lelaki

“Aku kan belum mengizinkanmu memanggilku begitu. Tadi aku sedang berpikir alasanmu memanggilku Barbie Star,” ujarnya polos, sangat menggemaskan membuat anak lelaki yang ia panggil Bear Boy itu mencubit kedua pipi chubby nya

“Ughh… Kenapa kau tidak langsung bertanya saja padaku? Baiklah, biar kujelaskan. Aku memanggilmu Barbie Star itu karena kau seperti Barbie yang sering kau mainkan itu dank au juga menyukai bintang jadi aku memanggilmu Barbie Star,” jelas lelaki kecil

“Ohh… Baiklah mulai sekarang aku akan memanggilmu Bear Boy dank au juga boleh memanggilku Barbie Star,” ujar gadis kecil itu dengan senyum yang mengembang terlihat manis dan menambah kadar kecantikannya di mata sang anak lelaki

Flashback end

Bayangan-bayangan itu mengabur dan otomatis membuat kepala Calvin berdenyut tak tertahankan. Sakit. Itulah yang ia rasakan setiap memori-memori yang abu-abu itu muncul di otaknya. Jiro yang memang udah berada di dekat sahabatnya itu langsung panic melihat Calvin terus memegangi kepalanya

“Argghhh…” erangan kesakitan itu keluar dari mulut Calvin

“Aishh, zenmeban la? Oh, ayolah Calvin jangan lagi!” paniknya melihat Calvin yang terus menerang kesakitan sambil memegangi kepalanya. “Rumah sakit. Ya, aku harus membawamu ke rumah sakit,” gumamnya sendiri sambil memapah Calvin di pundaknya

Bu yong la, wo yao hui jia,” lirih Calvin mulai berusaha memulihkan nafasnya yang memburu karena rasa sakit yang sempat menderanya tadi

Ke shi…”

Wo mei shi Wang Da Dong! Wo men hui jia, hao ma?” tegas Calvin penuh penekenan tak bisa dibantah

Hao a,” sahut Jiro lemas sekaligus kesal

Beralih pada kondisi di luar FIHS terlihat siswa-siswi yang berbisik-bisik membicarakan sesuatu yang menurut mereka cocok untuk dijadikan bahan pembicaraan. Sebuah mobil mewah terparkir di depan FIHS adalah hal yang jarang terjadi apalagi jika mobil tersebut merupakan mobil limited edition yang hanya dijual seratus unit di dunia.


“Wow!” decak kagum keluar dari bibir seorang siswi paling disegani di sekolah itu

Tentu bisa menebak bukan siapa dia? Yah, Genie lah orangnya. Mata gadis itu berbinar melihat sebuah mobil Maybach 62 Zeppelin bertengger di gerbang FIHS. Mobil ini merupakan perkembangan dari varian sebelumnya yang dilengkapi dengan berbagai variasi eksterior dan interior luar biasa. Pada bagian mesin, 62 Zeppelin diisi oleh 631 tenaga pacuan kuda dengan mesin twin-turbocharged AMG-sourced V12 yang menciptakan kecepatan maksimal depat menembus 155mph.

“Siapa pemilik mobil keren ini?” tanyanya pada diri sendiri

Seorang pria yang sedari tadi berada dalam mobil tersebut akhirnya tersenyum manis begitu melihat dua siswi berseragam SMA terlihat menuju gerbang. Ia pun bergegas keluar dari mobil tersebut dengan senyum yang terus mengembang. Style yang luar biasa berbeda dengan gaya timur membuatnya tampak mencolok dan mempesona.

Oh God! Darimana datangnya malaikat super tampan itu?” pertanyaan itu keluar dari bibir Genie, tidak hanya terpesona dari mobilnya saja tapi ternyata pemiliknya pun luar biasa tampan

Pria itu yang tak lain adalah Jun Jie merentangkan kedua tangannya dengan senyum yang makin mengembang. Siswi-siswi yang melihat itu rasanya ingin sekali melemparkan diri mereka untuk masuk dalam dekapan pria itu. Pasti hangat dan nyaman, itulah pikiran mereka. Begitupula dengan Genie yang sepertinya mulai bisa melupakan Calvin karena sosok pria tampan menyerupai malaikat ini.

Terdengar derap langkah dari arah belakangnya dan lama-kelamaan semakin cepat. Namun, Genie tidak ingin mengalihkan pandangannya dari sosok pria tampan yang jarang ia lihat di Taiwan. Yah, kecuali Calvin. Satu-satunya pria yang berhasil menarik perhatiannya selama ini. Kebahagiaannya tak bertahan lama untuk melihat sosok malaikat itu karena hal yang selanjutnya terjadi membuat kadar kebenciannya terhadap seseorang semakin bertambah.

“Gadis itu lagi. Cih! Aku tidak terima dengan semua ini. Kenapa dia selalu mendapat perhatian yang seharusnya milikku?” geram Genie melihat hal yang terjadi di depan matanya

Fu Zhen dan Yi Chen yang sebelumnya melihat sebuah mobil yang tak asing bagi mereka dari kejauhan langsung mengambil langkah lebar untuk memastikan. Dan begitu jarak mereka semakin dekat, seseorang dari dalam mobil itu muncul dengan senyum lebarnya sambil merentangkan tangan. Ternyata benar apa yang mereka pikirkan. Tanpa menunggu lama kedua gadis itu melangkah semakin cepat, terlihat seperti berlari kecil. Mereka pun langsung berhambur ke dalam dekapan hangat dari sosok yang sangat mereka rindukan.

I miss you girls,” ujar pria itu

I miss you too,” sahut keduanya bersamaan

“Baiklah sebaiknya kita masuk sekarang,” ajak Jun Jie pada kedua gadis itu yang dijawab dengan anggukan penuh semangat

Kedua gadis itu masuk ke pintu belakang dan membuat Jun Jie kesal melihat tingkahnya. Astaga, baru saja mereka terlihat manis saat mengatakan kalau merindukan dirinya juga tapi sekarang? Oh, ia harus menjadi supir untuk kedua gadis itu.

Come on girls! Kalian tidak kasihan padaku yang masih lelah ini dan tega menjadikanku supir kalian, hm?” tanya Jun Jie memelas

“Itu salahmu sendiri karena tidak mengatakan pada kami jika akan pulang ke Taiwan,” jawab Fu Zhen cepat yang disetujui oleh Yi Chen

“Hei! I just wanna give you surprise, girls,” ujar Jun Jie yang langsung mendapat penolakan oleh kedua gadis itu

“Kejutanmu salah ge, jadi jalankan saja mobilnya. Kita ke restoran untuk makan siang dan kau yang bayar,” sahut Yi Chen dengan senyum manisnya

Jun Jie hanya bisa pasrah menuruti kemauan dua gadis itu. Ia tak bisa berkata apa-apa lagi jika dua gadis yang ia sayangi ini sudah menginginkan sesuatu. Mobil mulai berjalan menuju restoran tempat mereka makan siang. Banyak hal yang mereka perbincangkan selama perjalanan.

“Uhmm, JJ ge!” panggil Fu Zhen

Why?”

My car?” tanya Fu Zhen penuh harap

You got it, princess,” jawab JJ yang langsung tahu arah pembicaraan Fu Zhen

Really?” tanyanya memastikan yang dijawab dengan anggukan kepala oleh JJ

“Kyaaa… Kenapa kau memanggilnya princess? Aku tidak terima,” seru Yi Chen

“Oh, sepertinya ada yang cemburu. Tenang saja, kau tetap bayi kecilku yang manis, oke baby?” sahut JJ sambil mengerlingkan matanya

“Ughh… Menyebalkan! Tapi baiklah aku terima,” Yi Chen pun tersenyum dengan manisnya

Begitu tiba di restoran, mereka langsung menuju tempat duduk yang berada di pojok dekat jendela. Pelayan pun menghampiri meja mereka dan memberikan Menu List pada mereka. Setelah memesan makanan dan pelayan meninggalkan mereka, terlihat perubahan raut wajah Fu Zhen menjadi serius.

Well, apa yang membuatmu datang ke Taiwan? Bukankah ada hal yang masih harus kau selesaikan di sana?” tanya Fu Zhen

“Tak ada yang penting hanya saja Mr. James terlalu menyayangimu. Dia memintaku untuk mengawasimu secara langsung selama masa cuti yang kauu ambil ini. Mr. James tidak ingin kau terlarut dalam pekerjaan padahal saat ini kau sedang cuti. Yah, sekalian memberiku keringanan pulang ke Taiwan,” sahut JJ namun sepertinya Fu Zhen tidak puas dengan jawaban tersebut

“Lalu bagaimana dengan penelitianmu?” tanya Fu Zhen

“Sama denganmu, aku hanya perlu mengawasi dari sini saja dan memberikan laporan jika terjadi sesuatu atau ada sinyal aneh. Fasilitas yang ada disini cukup untuk melakukan pengawasan,” sahut JJ ringan

Akhirnya makanan mereka datang, obrolan pun dilanjutkan dengan hal-hal ringan karena protesan dari Yi Chen. Walaupun gadis itu sangat mengagumi Fu Zhen dan tertarik dengan pekerjaan kakaknya tapi tetap saja ia tidak mengerti. Maka urusan pekerjaan saat ini mereka kesampingkan terlebih dahulu.

>>>To be continue.....


Duibuqi pengyoumen buat part 4 ini publishnya lama abis wo juga lagi sibuk sama TA nih... Hehehe... And duibuqi juga kalau hasilnya gak memuaskan n terkesan datar, wo cuman pengen bilang please banget komennya biar semangat ngerjain ff ini dan ff lainnya..
Xiexie ^_^

1 comment:

Unknown said...

Maaf bru bs rcl..
Penasaran ak sana fuzhen sbnrny dia siapa sih? Kok meski dipgl kepsek tp gpp? Apa dia lebih berkuasa dr genie? Org terkaya no 1 atau no 2 di taiwan?? Nah itu calvin udh mulai ngingat tuh..
ayo dilnjt lg

Powered by Blogger.