Sunday 17 November 2019

[REVIEW NOVEL] Agatha Christie - Pembunuhan Di Malam Natal



Judul : Pembunuhan di Malam Natal
Penulis : Agatha Christie
Alih Bahasa : Mareta
ISBN : 9789792292077
Penerbit :Gramedia Pustaka Utama

_______________________ AGATHA CHRISTIE __________________________

Novel ini menceritakan kisah seorang pria tua yang ingin merayakan Hari Natal bersama keluarganya. Dulu ia termasuk sosok muda yang tampan dan bertubuh tegap, tetapi dijauhi orang-orang karena kelakuannya. Namun, Mr. Lee adalah sosok yang dermawan. 

Ini pertama kalinya aku membaca novel karangan Agatha Christie dan bertemu dengan Hercule Poirot, detektif ternama dalam beberapa novel berserinya. Menurutku penggambaran sosok Poirot di cerita ini benar-benar menarik perhatian. Pola pikirnya membuatku merasa kagum dengan detektif satu ini.

Pembukaan dari novel ini aku suka dengan menjelaskan kehidupan kota London beserta isinya. Namun, menurutku pribadi pembuka cerita hingga kemunculan sosok Poirot itu cukup lama. Ya, aku tahu sih karena ini semua demi detail. Hanya saja aku kurang sreg untuk kemunculan tokoh Poirot yang agak lama.

Kisah ini berawal tepat di hari sebelum Natal, Mr. Lee mengajak para anggota keluarga bicara di kamarnya dalam keadaan tertutup. Pria tua itu mengucapkan kalau anak-anaknya tidak ada yang berguna. Ucapannya jelas menuai nuansa tegang yang tercipta. Sayangnya, pada malam hari, pria tua itu harus mengembuskan napas terakhirnya dalam lautan darah. Tidak bisa dilupakan.

Novel ini menyuguhkan beberapa petunjuk yang membuat para pembaca juga merasa penasaran dan ingin ikut menebak-nebak ending ceritanya. Setiap pelaku memiliki andil yang sangat besar dalam cerita ini sehingga siapa pun bisa menjadi pelaku pembunuhan tersebut.
 
Lalu selain memecahkan kasus pembunuhan, ada konflik kecil tentang berlian dan harta warisan. Mengenai berlian, Poirot sudah menemukan berlian yang dicuri tersebut, dan ia hanya perlu memastikan pelakunya. Kemudian harta warisan Mr. Lee pun menjadi perdebatan anak-anak pria itu.

Sosok yang menjadi sorotanku adalah Pilar, cucu satu-satunya dari Simeon Lee. Gadis keturunan Spanyol itu berhasil merebut perhatian dalam kisah ini. Pilar ini terasa polos, tetapi juga mematikan sepanjang membaca cerita. Dia agak sedikit abu-abu dalam artian apakah pelaku atau bukan? Dan gadis ini tidak mendapat bagian sedikit pun dari warisan tersebut karena ibunya yang merupakan keturunan dari Simeon Lee sudah meninggal. Ada satu ucapan Pilar yang menarik buatku.

Dunia ini kejam pada wanita. Mereka harus melakukan apa yang mereka bisa—pada waktu muda. Kalau mereka telah tua dan jelek, taka da yang mau menolong mereka. (Pilar - hlm. 253)
Kisah Pembunuhan di Malam Natal ini memang memberikan sebuah akhir yang memuaskan. Aku puas membaca endingnya dan benar-benar tidak terpikirkan. Bagaimana pembunuhan yang sudah begitu terencana dilakukan oleh seseorang. Kisah ini menekankan pada satu hal yang seharusnya tidak dipupuk oleh seseorang. Sayangnya, memang tidak semudah itu untuk melupakan. 
Dendam adalah hal paling berbahaya di dunia, selain cinta.
Itulah kesimpulan akhir yang bisa aku tarik dari cerita "Pembunuhan di Malam Natal" ini. Aku dapat menikmati semuanya dan jawaban akhir tidak membuatkan mengerutkan dahi karena merasa tidak terima, justru sebaliknya.

Rate: 4 dari 5

No comments:

Powered by Blogger.