Title: Forget? Never!
Author: TaraChun
Author: TaraChun
Genre: Friendship, Romance
Main Cast: Calvin Chen as Chen Yi Ru
Hebe Tian as Tian Fu Zhen
Other Cast: JJ Lin as Lin Jun Jie
Danson Tang as Tang Yu Zhe
Jiro Wang as Wang Da Dong
Genie Zhuo as Zhuo Wen Xuan
Ariel Lin as Lin Yi Chen
Cameo: Bernice Tsai as Cai Yi Zhen (ch. 5)
Disclaimer::
Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya
amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan
saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian.
Makasih.
Sejak
kedatangan Jun Jie, kehidupan Fu Zhen di Taiwan kembali seperti semula. Ia
mulai mengerjakan lagi pekerjaannya padahal Jun Jie seringkali mengingatkan
jika Fu Zhen harus menikmati masa cutinya dengan baik dan fokus pada tujuan
awalnya. Namun, gadis itu tak peduli, ia hanya ingin mengalihkan pikirannya
pada sesuatu yang dapat membuatnya merasa lebih baik.
“Untuk
apa aku fokus pada tujuan awal jika dia tidak mengingatku? Lagipula aku lebih
senang melanjutkan pekerjaan ini sampai masa cutiku benar-benar selesai.
Sekaligus menikmati masa-masa SMA pada umunya,” selalu itulah yang menjadi
tanggapan Fu Zhen jika Jun Jie sudah menasehatinya
Jun
Jie sendiri tak bisa melakukan apa-apa jika Fu Zhen sudah menjawab
pertanyaannya seperti itu. Ia sangat
mengetahui sifat gadis ini yang keras kepala dan kadang seenaknya sendiri tanpa
mau mendengar saran dari orang lain. Terlebih lagi jika ia merasa apa yang
dipikirkannya benar maka Fu Zhen dengan sangat percaya diri akan mempertahankan
pendapatnya.
“Lalu
bagaimana dengannya? Ada perkembangan?” tanya Jun Jie penasaran walau
sebenarnya ada sebuah rasa aneh dalam hatinya ketika menanyakan hal itu
“Mungkin.
Aku sendiri kurang yakin tapi saat ini ia mulai mendekatiku dan bertanya
tentang masa lalu kami. Aku sendiri tak tahu harus menjawab apa? Jika ia
bertanya, aku hanya bisa menghindar karena aku ingin ia mengingatku dengan
caranya sendiri,” sahut Fu Zhen panjang lebar dengan pandangan menerawang jauh
“Seharusnya
kau membantu ia mengingatmu. Bagaimana jika sampai akhir masih belum ada
perubahan? Kau pasti akan menyesalinya Fu Zhen,” ujar Jun Jie memberi saran
yang mungkin baik untuk gadis ini
“Entahlah!
Namun, aku yakin ia bisa. Aku sendiri tak tahu kenapa seyakin ini tapi hati
kecilku berkata jika memori tentangku masih tersimpan rapat dalam pikirannya
entah di sudut bagian mana. Ia hanya perlu menggali ulang tumpukan memorinya,”
Fu Zhen hanya bisa tersenyum tipis mendengar kalimat yang terlontar dari
bibirnya sendiri
“Jadi
kau hanya akan menunggu seperti ini hingga batas waktu yang telah kau tentukan
dengan sendirinya, hm?” tanya Jun Jie lirih menekan perasaannya yang meluap
setelah mendengar jawaban dari Fu Zhen barusan, sementara gadis itu hanya
menjawab dengan anggukan kecil
Mereka
terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Satu hal yang pasti, mereka saat
ini sama-sama memikirkan perasaan masing-masing. Bagaimana jika dirinya
kehilangan orang yang berarti bagi diri mereka?
Suasana
terasa canggung padahal tak pernah terjadi sebelumnya. Tiap kali bersama, pasti
ada saja topik yang menjadi bahan pembahasan mereka. Namun, kali ini
benar-benar terasa berbeda. Jun Jie dan Fu Zhen yang menyadari keanehan terjadi
diantara mereka saling menatap satu sama lain dan tak lama terdengar suara tawa
di apartement milik Fu Zhen tersebut.
“Uhmm…
Jadi kapan aku bisa mendapatkannya?” tanya Fu Zhen mulai buka suara setelah
berhasil mengendalikan tawanya, dahi Jun Jie mengerut bingung
“Apa?”
tanya Jun Jie tak mengerti
“Oh
ayolah, tak perlu kuperjelas bukan? Kapan dikirim kesini?” tanya Fu Zhen lagi
yang kali ini ternyata disambut anggukan mengerti oleh Jun Jie
“Mungkin
malam ini sudah tiba,” jawab Jun Jie sambil menggedikkan bahunya
“Zhende ma?” Fu Zhen terlihat sangat
antusias namun Jun Jie hanya menganggukkan kepalanya tak peduli hingga membuat
gadis ini kesal
Hari
semakin larut namun kedua anak manusia ini masih saling diam. Suasana terasa
aneh, bahkan Fu Zhen sendiri merasa bingung dengan kediaman JJ yang biasanya
cerewet. Entah apa yang dipikirkan pria itu saat ini? Kediaman JJ sejak
terakhir kali mereka membahas tentang seseorang yang membuat Fu Zhen kembali ke
Taiwan.
“Jun
Jie ge!” panggil Fu Zhen yang hanya
dijawab deheman oleh JJ. “Ni hen qiguai,”
lanjut Fu Zhen ketus
“Weishenme?” tanya Jun Jie masih fokus
pada laptopnya namun mulai menanggapi ucapan Fu Zhen
“Ni wen wo ‘weishenme’? Aish… Kau itu
yang kenapa sejak tadi hanya diam saja?” Fu Zhen benar-benar kesal sekarang
Menurutnya
lebih baik jika lelaki ini cerewet dan mengganggunya saja seperti biasa
daripada diam seperti ini. Sungguh Fu Zhen merasa tidak nyaman jika menghadapi
Jun Jie yang diam saja. Biasanya walau sedang serius dengan pekerjaannya pun
Jun Jie masih sempat mengajak Fu Zhen bicara. Bagaimanapun juga mereka selama
ini selalu menjadi partner dalam
menjalani pekerjaan ini bahkan di kantor mereka dikenal sebagai best couple partner.
“Lalu
kau mau aku bicara apa, hm?” Jun Jie hanya melirik sedikit, ia masih
memfokuskan pandangan pada laptopnya
“Kau
menyebalkan!”
Mendengar
ucapan Fu Zhen yang lebih tepatnya gerutuan gadis tersebut akhirnya membuat
senyum tipis terbit di wajah Jun Jie. Pria itu mengalihkan pandangannya dari
laptop, menghadap ke arah Fu Zhen yang sedang melipat tangannya dan membuang
muka. Kesal.
“Okay, I’m sorry princess,” ujar Jun Jie
seraya mengatupkan kedua tangannya di depan dada dan memasang wajah sememelas
mungkin
“Apa
yang terjadi?” tanya Fu Zhen ketus dan masih memalingkan wajahnya
“Hey, look at me! Hanya sedikit terjadi
masalah di kantor, aku harus mengontrol penelitian dari sini jadi sedikit
menyulitkan,” jawab Jun Jie lembut
Fu
Zhen melirik sedikit ke arah Jun Jie, ia masih sedikit kesal dengan pria ini
yang sejak tadi terus saja mengabaikannya. Well,
jika terjadi masalah di kantor memang sudah seharusnya Jun Jie sibuk tapi
setidaknya pria ini menjelaskan terlebih dahulu. Namun, melihat Jun Jie yang
masih memasang raut memelasnya membuat Fu Zhen luluh juga.
“Baiklah,
aku memaafkanmu tapi jelaskan padaku apa masalahnya!”
“No… No… No… Kau tidak boleh tahu karena
masa cutimu sedang berlangsung dan aku disini untuk mengawasimu Miss, so jangan harap kau bisa menyibukkan diri dengan pekerjaan. Terima
kasih untuk maafnya,” Jun Jie mengerlingkan matanya seraya menyeringai karena
berhasil membuat Fu Zhen diam
Drrttt…
Drrttt…
Ponsel
Jun Jie bergetar beberapa kali menandakan adanya panggilan masuk. Ia langsung
menjawab panggilan tersebut setelah melihat terlebih dahulu caller id di layar ponselnya. Pria itu
tersenyum pada Fu Zhen yang menunjukkan rasa penasaran tingkat tinggi. Hanya
sebentar bicara kemudian pria itu menutup teleponnya seraya memamerkan senyum
manis khasnya.
“Hadiahmu
sudah tiba di bawah princess,” ujar
Jun Jie masih mempertahankan senyumnya dan hal itu disambut dengan mata Fu Zhen
yang berbinar-binar
Gadis
itu segera beranjak dari tempatnya dan keluar apartement menuju loby dimana ada
seseorang yang membawakan hadiahnya. Jun Jie hanya bisa terkekeh kecil melihat
kelakuan Fu Zhen yang terkadang bisa terlihat sangat menggemaskan seperti anak
berusia 5 tahun yang baru mendapat permen dari ibunya. Padahal Fu Zhen
merupakan salah satu wanita yang dewasa di umur remajanya. Yah, mungkin lebih
tepat dikatakan pemikirannya lebih dewasa dari remaja lain seusianya.
Begitu
sampai di loby, Fu Zhen langsung dihampiri oleh seseorang yang ternyata
merupakan pengantar hadiahnya. Orang tersebut memberikan sebuah kunci yang
terdapat simbol ‘Cavallino Rampante’
alias kuda jingkrak. Bahagia. Itulah yang ia rasakan saat ini. Fu Zhen pun
keluar loby dan melihat sebuah mobil berwarna merah sudah terparkir manis di
tempatnya. Senyum lebar yang menambah pesona gadis itu semakin terpancar pun
terbit di wajahnya.
“Happy?” tanya seseorang yang sudah
berada tepat di belakangnya
“Of course, thank you so much JJ ge,”
sahut Fu Zhen
***
Berbeda
halnya dengan seorang pria yang kini berada dalam kamarnya tengah memikirkan
hal-hal yang seringkali muncul di otaknya. Walau bayangan-bayangan tersebut
masih abu-abu namun ia bisa pastikan jika hal itu berkaitan dengan seseorang
yang sangat penting baginya. Seorang gadis yang selama beberapa bulan ini
memenuhi pikirannya.
Walau
sebenarnya dalam bayangan-bayangan tersebut yang mucul selalu dua orang anak
kecil berbeda gender. Ia meyakini jika salah seorang dari anak kecil itu adalah
dirinya. Biarpun amnesia bukan berarti ia melupakan wajah dan suaranya semasa
kecil. Apalagi tiap kali dalam bayangan itu selalu terjadi percakapan dimana
kedua anak tersebut saling memanggil dengan sebutan ‘Bear Boy’ dan ‘Barbie
Star’ sama halnya dengan saat pertemuan pertamanya dengan gadis itu, Fu
Zhen.
“Barbie Star? Apakah benar gadis kecil
itu dirinya? Apa kami benar-benar pernah memiliki masa lalu bersama? Apa aku
dulu memanggilnya Barbie Star? Aishh…
Kenapa tak ada satupun yang bisa kuingat?” pria itu yang tak lain adalah Yi Ru
mengacak-ngacak rambutnya gusar
Yi
Ru hanya ingin bisa mengingat kembali apa yang terjadi dahulu, memori-memori
itu memang muncul tapi masalahnya ia sama sekali tak mengerti tentang semua
bayangan yang muncul tersebut. Kunci untuk membuka kotak hitamnya belum muncul.
Lelah
dengan berbagai pemikiran di otaknya membuat Yi Ru perlahan mulai memejamkan
mata. Ia pikir mungkin dengan mengistirahatkan otaknya bisa membuat dirinya
lebih fresh lagi esok hari.
Bulan
berganti matahari menghiasi langit, aktivitas setiap orang dimulai kembali. Yi
Ru sendiri sudah bersiap untuk berangkat sekolah menggunakan Bugatti Veyron-nya. Ia mengendarai
dengan kecepatan sedikit di atas rata-rata karna perjalanan di pagi ini sudah
sedikit ramai. Begitu memasuki halaman Fahrenheit International High School, Yi
Ru langsung disambut oleh decak kagum dan histeria para siswi yang memanggil
nama populernya.
“Calvin!”
panggil seseorang yang sudah sangat dikenalnya.
Seseorang
tersebut baru saja tiba dengan Aston Martin
One 77-nya dan langsung berjalan menghampiri Calvin yang memasang senyum. Killer smile. Itulah menurut para wanita
yang melihat senyuman tersebut.
“Kau
terlihat lebih fresh Jiro,” ujar Calvin menyambut sahabat baiknya yang terus
saja memasang senyum sejak turun dari mobil
Hal
itu juga tak luput dari perhatian siswi-siswi di FIHS ini, melihat seorang Jiro
yang tersenyum manis. Memang tak bisa dipungkiri jika saat ini Jiro sedang
sangat bahagia. Semua terlihat jelas dari matanya yang berbinar-binar dan senyum
lebarnya.
“Nanti
kuceritakan,” sahut Jiro merangkul pundak sahabatnya dan pergi meninggalkan
parkiran menuju kantin
Belum
selesai terpesona dengan kedatangan dari dua pangeran sekolah itu. Para siswa
dihebohkan dengan kemunculan mobil merah yang baru pertama kali mereka lihat
memasuki pelataran sekolah ini.
Mobil
merah berlambang‘Cavallino Rampante’
alias kuda jingkrak itu terparkir rapi di jajaran mobil-mobil mewah lainnya. Ferrari F12 Berlinetta. Super sexy car,
mobil impian bagi siapapun yang melihatnya. Dengan mesin V12 tertangguh,
kemampuannya cukup mengagumkan dengan kecepatan maksimum yang dapat diraih 211
mph atau 340 km/jam tanpa mesin turbocharge
di dalamnya.
Seorang
gadis yang bisa dibilang tak kalah mempesona dari mobilnya pun keluar. Tian Fu
Zhen, gadis itu melepas red Gucci yang
bertengger manis di wajahnya. Sungguh pesona yang terpancar dari aura gadis ini
memang tak bisa ditolak oleh siapapun yang melihatnya.
“Pretty girl,” gumam seseorang memandang
penuh kagum pada gadis ini dari kejauhan
“Kau
tertarik padanya?” tanya seseorang yang tanpa sengaja mendengar ucapan pria
ini.
Sementara
yang ditanya hanya melirik sekilas seraya memasang wajah muaknya. Ia
benar-benar tak habis pikir dengan seseorang yang ada disebelahnya saat ini. Ia
sangat malas menanggapi orang yang berada di sampingnya saat ini. Pria ini
tersenyum meremehkan lalu kembali memerhatikan objek yang menarik perhatiannya
tadi.
“Mau
bekerja sama?” tanya orang itu lagi
“Sorry Miss Genie, aku tak tertarik
dengan tawaranmu,” sahut pria itu
“Come on Danson! Sainganmu Calvin juga
mengincarnya bukan? Lagipula sepertinya kau sudah kalah langkah darinya,” balas
Genie dengan senyum senyum sinisnya
“Bekerja
sama denganmu adalah hal yang takkan pernah kulakukan. Itu sama saja
menjerumuskan diriku masuk ke lubang iblis,” Danson pergi meninggalkan Genie
begitu saja yang merenggut kesal mendapat perlakuan seperti itu
“Sial!
Kau akan menyesal karna menolak tawaranku Danson,” geram Genie menatap tajam
objek yang masih menjadi pusat perhatian tersebut
Sementara
Fu Zhen masih bersandar pada Ferrari-nya
sambil memainkan kacamata yang sudah dilepasnya. Tak selang beberapa menit
kemudian sebuah Maybach Zeppelin 62 memasuki
pelataran FIHS.
Muncul
seorang gadis manis dengan wajah kesalnya serta seorang pria tampan yang
tersenyum simpul melihat ekspresi gadis manis tersebut. Fu Zhen pun ikut
tersenyum melihat sahabat barunya yang kini mendelik tajam ke arahnya. Yah,
mereka adalah Lin bersaudara, Yi Chen dan Jun Jie.
“Apa?
Kalian benar-benar menyebalkan! Kalian ingin membuatku mati jantungan, huh?”
keluh Yi Chen meninggikan nada suaranya
“Itu
belum seberapa Yi Chen, kau bisa merasakan yang lebih jika bersama kami di
California,” sahut Fu Zhen dengan senyum manis yang makin membuat Yi Chen kesal
“Ughh…
Kalian memang menyebalkan,” Yi Chen pun meninggalkan parkiran sambil
menghentak-hentakkan kakinya, masih kesal dengan dua orang terdekatnya itu
“Well, seperti biasa I’m the winner, bro,” ujar Fu Zhen tersenyum penuh kemenangan
“Aku
hanya mengalah untukmu princess,”
balas Jun Jie menggedikkan bahunya
“Tian
Fu Zhen! Kau mau masuk tidak?” teriak Yi Chen masih bernada kesal
Jun
Jie dan Fu Zhen saling melempar senyum penuh arti dan keduanya pun berpisah. Fu
Zhen menghampiri Yi Chen sedangkan Jun Jie masuk ke mobilnya dan meninggalkan
pelataran Fahrenheit International High
School.
Kedua
gadis ini melangkahkan kakinya menuju kantin. Suasana berbeda dari biasanya,
tak ada pembullyan pada Fu Zhen. Entah apa yang terjadi saat ini di sekolah
yang jelas terasa lebih nyaman.
Bukan
tanpa alasan anak-anak itu berhenti membully Fu Zhen. Semua karna kejadian beberapa
tempo hari yang lalu dimana Fu Zhen bisa lolos dari hukuman kepala sekolah.
Mereka banyak berspekulasi tentang gadis manis yang menuruk seisi FIHS ini
misterius. Fu Zhen dikenal sebagai gadis yang tertutup kecuali pada Yi Chen dan
Jiro.
***
Di
kantin sendiri sudah ada Calvin dan Jiro yang asik mengobrol, lebih tepatnya
Jiro bercerita dan Calvin mendengarkan. Tersirat jelas kebahagiaan yang
terpancar di wajah Jiro ketika bercerita. Antusias dan senyum lebarnya menggambarkan
suasana hati yang dipenuhi rasa berbunga-bunga, sang playboy yang kasmaran.
“Jadi
kau berhasil kencan dengan Yi Chen sat-night
kemarin?” Calvin pun tak dapat menyembunyikan senyum gelinya melihat Jiro yang
sedang menikmati musim seminya
Jiro
mengangguk penuh semangat dengan masih mempertahankan senyum lebarnya. Yah,
Calvin memang sudah mengetahui tentang Jiro yang ternyata selama ini menyukai
Yi Chen. Semua bermula ketika Jiro menanyakan pada Calvin bagaimana mengajak
kencan seorang gadis? Aneh bukan? Tentu sangat aneh ketika seorang playboy yang
mungkin sudah mengencani berpuluh-puluh wanita menanyakan hal itu. Akhirnya
Jiro pun mengakui jika ia serius menyukai seseorang dan itu adalah Yi Chen.
“Semua
berjalan lancar, aku memang tidak salah meminta saranmu,” ujar Jiro seraya
mengacungkan kedua ibu jarinya
“Aku
turut senang mendengarnya,” sahut Calvin memamerkan senyumnya yang sangat
mempesona
Namun,
tak lama senyum itu pudar dan wajah Calvin berubah murung ketika ia menangkap
seorang gadis yang baru saja memasuki kantin bersama sahabatnya. Fu Zhen. Gadis
itu terlihat bahagia sedang dirinya masih dihantui oleh rasa penasaran pada
memori ingatannya sendiri.
Fu
Zhen sudah menduduki tempat di salah satu meja kosong bersama Yi Chen, mereka
pun langsung memesan makanan. Dengan percaya diri penuh Calvin menghampiri meja
Fu Zhen dan Yi Chen, ia ingin meyakinkan sesuatu.
“Barbie Star,” panggilnya dan Fu Zhen pun
mengangkat kepala menatapnya
Deg…
Keduanya
terdiam merasakan detakan jantung mereka yang berdebar tak menentu. Apa ini?
Perasaan yang aneh menjalari serambi-serambi dalam hati keduanya, menimbulkan
getaran yang mereka sendiri sulit untuk mendeskripsikan. Tak ingin menyangkal
dan mereka pun bukan orang bodoh. Yah, mereka mengerti apa yang terjadi pada
diri masing-masing namun hanya pandangan yang berbicara saat ini.
Fu
Zhen mengerjap setelah berhasil menyadarkan diri, mata hazelnya yang tadi
menatap tajam pada sosok Calvin kini berubah sendu. Ia masih memikirkan
panggilan Calvin barusan pada dirinya. Sebelum mendapat kepastian, ia tidak
akan memulai pembicaraan.
“Aku…,”
Calvin sendiri bingung ingin bicara apa
Grepp…
Calvin
menarik Fu Zhen masuk ke dalam pelukannya. Getaran aneh itu semakin menjadi,
mereka meraka bagai tersengat listrik 10000 volt. Detakan jantung masing-masing
bertambah cepat tak seirama namun terasa nyaman bagi keduanya.
“Aku
merindukanmu Bear Boy,” bisikan Fu
Zhen ditelinganya kembali menghasilkan memori-memori dalam pikirannya
Mungkin
memang benar inilah cara satu-satunya untuk kembali mengingat apa yang
dilupakan. Calvin sudah memikirkannya sejak semalam, ia butuh sesuatu untuk
merangsang ingatan otaknya dan itu hanya bisa didapat dari Fu Zhen.
“Help me, please! I really want to remember you,
Barbie Star. Don’t leave me!” Calvin berbalik membisiki Fu Zhen. “I know, you’re someone special for me,”
lanjutnya
Fu
Zhen melepas pelukan hangat Calvin, ia takkan bisa bertahan jika lebih lama
berada dalam dekapan pria itu. Calvin menatap sendu penuh permohonan pada gadis
ini agar mengabulkan permintaannya. Ia tidak mau ditinggalkan. Calvin selalu
merasa ada suatu hal yang membuatnya berpikir harus mempertahankan Fu Zhen
disisinya. Ia tak ingin merasa kehilangan lagi. Itulah yang dipikirkannya.
“Maka
berusalah dengan baik Calvin dan jangan panggil aku Barbie Star sebelum kau mengingat semuanya,” ujar Fu Zhen seraya
pergi meninggalkan kantin sebelum sempat memakan pesanannya, Yi Chen pun
langsung mengejar sahabatnya
Calvin
membalikkan badannya menatap punggung Fu Zhen yang berlari menjauh dan
menghilang dari pandangannya. Seseorang dari kejauhan yang memperhatikan
kejadian tersebut hanya bisa menyunggingkan senyum tipis. Ia sudah curiga sejak
awal dimana pertemuan Calvin dan Fu Zhen di kantin. Ia merasa ada sesuatu di
antara keduanya terlebih kecurigaan itu makin menguat ketika mendengar Fu Zhen
memanggil Calvin dengan sebutan Bear Boy.
Karna bagaimanapun ia salah seorang yang mengetahui masa lalu Calvin.
Danson.
Seseorang yang pernah pernah menjadi sahabat Calvin dan Jiro namun semua
berakhir ketika mereka berada di tingkat akhir Junior High School. Bisa dikatakan masalah di antara mereka dulu cukup
serius.
Persahabatan
hancur karena seorang gadis yang muncul di antara mereka. Gadis yang Danson
sukai ternyata lebih memilih bunuh diri ketika pernyataan cintanya ditolak oleh
Calvin. Yah, ada alasan kenapa Calvin menolak gadis itu. Ia tahu sahabatnya
sangat menyukai gadis bernama Cai Yi Zhen atau biasa dipanggil Bernice itu.
Gadis mungil yang menjadi junior mereka di tingkat awal.
Flashback
Danson merasa gadis itu sangat
manis sehingga membuatnya gemas tiap kali gadis itu tersenyum. Ia sendiri tahu
jika Bernice menyukai sahabatnya Calvin sehingga membuat Danson merasa sedikit
kesal. Tak ada yang bisa ia salahkan disini.
Ketika di pertengahan semester,
gadis mungil itu memberanikan diri menyatakan perasaannya pada Calvin. Hal itu
disaksikan langsung oleh Danson dan Jiro karena mereka memang sedang berkumpul.
Calvin yang tidak ingin menyakiti perasaan sahabatnya menolak dengan halus.
“Duibuqi Yi Zhen, aku tidak bisa
menerimamu tapi mungkin ada seseorang di luar sana yang tulus mencintaimu,”
itulah jawaban Calvin saat itu
Namun, tak ada seorang pun di
sekolah itu yang mengetahui bagaimana sifat Yi Zhen karena ia termasuk anak
yang pendiam dan sulit bersosialisasi. Gadis itu tidak terima dengan penolakan
yang dilakukan Calvin, ia berteriak histeris membuat ketiga pria itu panic.
Mereka bingung, tak tahu harus bagaimana menenangkan Yi Zhen
Perlahan Danson mendekati posisi Yi
Zhen namun belum sempat menggapai gadis itu, Yi Zhen sudah berlari meninggalkan
mereka. Refleks ketiga pria itupun berlari mengejar Yi Zhen yang berlari tak
tentu arah sambil menangis.
Gadis itu keluar dari pelataran
sekolah dan langsung menghentikan sebuah taksi yang tepat lewat di depannya.
Taksi itu segera melaju meninggalkan sekolah serta Danson, Calvin, dan Jiro
dengan nafas memburu mereka.
“Kenapa kau menolaknya?” pekik
Danson seraya mendorong tubuh Calvin hingga mundur beberapa langkah
“Bodoh! Aku hanya ingin
menyelamatkan persahabatan kita. Aku tahu kau menyukainya dan kau memintaku
untuk menerimanya, huh?” balas Calvin membentak
“Tapi kau lihat bukan bagaimana
reaksinya tadi? Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?” balas Danson tak kalah
garang
“Hei! Aku tak tahu jika akan
seperti itu reaksinya.”
“Sudahlah! Jangan hanya karena
seorang gadis persahabatan kita hancur,” Jiro melerai pertikaian diantara dua
sahabatnya
“Jika terjadi sesuatu padanya, aku
tidak akan pernah memaafkanmu,” sentak Danson seraya pergi meninggalkan kedua
sahabatnya
Keesokan harinya sebuah kabar
menghebongkan seisi sekolah. Seperti ucapan Danson kemarin, hal yang ia
takutkan terjadi. Cai Yi Zhen dikabarkan over dosis obat antipsikotik yang
diketahui sebagai obat dari para penderita skizofrenia.
Setibanya di rumah kemarin Yi Zhen
terus saja berteriak serta menggelengkan kepalanya. Ia terus menggumamkan kata
“Aku ditolak” dan mengurung diri di kamarnya. Yi Zhen tahu jika dirinya
mempunyai penyakit tersebut, dengan setengah kesadaran ia mengambil obat dari
laci dan menuangkan beberapa tablet di tangan dan langsung meminumnya dalam
sekali tegukan.
Seseorang yang mengalami
skizofrenia seakan-akan mimiliki dunia sendiri. Pikirannya terbagi dimana hal
itu mengacu pada terganggunya keseimbangan antara emosi dan pikiran. Remaja
yang menderita skizofrenia akan menarik diri dari lingkungan sosialnya, cepat
emosi dan sulit untuk tidur. Penderitanya akan mengalami halusinasi, khayalan,
dan gangguan pada pemikiran terlebih akan mengalami rasa takut yang luar biasa.
Danson sangat terpukul mendengar
kabar ini, ia tak bisa terima jika gadis manisnya sudah tiada. Danson
menyalahkan Calvin sebagai faktor utama penyebab kematian Yi Zhen. Ia sangat
membenci sahabatnya dan berbalik menjadi musuh hingga sekarang.
Flashback
end
“Bagaimana
kau disana?” Danson mengeluarkan selembar foto dari dompetnya, hanya itu
satu-satunya foto yang ia miliki
“Semoga
kau tenang dan bahagia,” ia tersenyum lirih memandangi foto itu, ada perasaan
yang masih mengganjalnya hingga saat ini. Apakah selamanya akan seperti ini?
***
Waktu
terus berjalan tanpa terasa dan sekarang sudah di akhir Juli. Apa artinya?
Liburan musim panas. Seperti biasa siswa-siswi di setiap sekolah sangat
menyukai yang namanya liburan musim panas begitupula dengan anak-anak di Fahrenheit International Higeh School.
Mereka menantikan kemana tujuan liburan sekolah mereka tahun ini?
“Kita
akan berlibur ke daerah Timur, lebih tepatnya Haulien pada awal Agustus nanti.”
Pengumuman yang diberikan tiap laoshi ketika
memasuki kelas, semua murid bersorak bahagia.
Seminggu
kemudian, waktu liburan tiba dan mereka kini sudah bersiap untuk berangkat
bersama dengan Bus Pariwisata yang merupakan milik dari sekolah itu sendiri.
Sudah ada enam bus yang terparkir manis di pelataran FIHS.
Setiap
tingkatan masing-masing mempunyai empat kelas sehingga bus dibagi
pertingkatnya. Jumlah anak-anak per kelasnya pun merata berjumlah lima belas
murid. Berbeda dengan tingkat pertama, untuk di tingkat dua dan akhir satu bus
ditempati oleh satu jurusan. Satu bus untuk tiga puluh murid dari Sains dan satu bus dengan tiga puluh
anak lainnya untuk Social. Yah, dalam
satu bus akan ditempati oleh tiga puluh murid dan dua guru pembimbing.
Setibanya
di sebuah villa yang juga salah satu fasilitas milik sekolah membuat
siswa-siswi berdecak kagum, membayangkan pemilik yayasan dari sekolah ini luar
biasa kayanya. Bayangkan ketika melihat sebuah villa berbentuk U dengan
bangunan terpisah-pisah dan masing-masing bertingkat tiga. Belum lagi kemewahan
dari villa tersebut sudah menyerupai hotel bintang lima. Halaman yang luas dan
hijau ditambah sebuah kolam renang super besar di bagian belakang villa.
Ketika
memasuki villa, akan ada house maid yang
siap melayani. Bagai memasuki sebuah castle, di dalam dapat terlihat berbagai
jenis lampu Kristal yang bertengger manis di langit-langit ruangan. Ketika
masuk kamar pun tak kalah mempesona, disambut dengan suasana seperti kamar
putri atau pangeran yang sering terlihat di cerita dongeng. Masing-masing kamar
akan ditempati oleh dua anak.
“Amazing,” decak kagum Yi Chen tak
henti-hentinya tiap kali melihat design bangunan ini beserta interiornya
Fu
Zhen hanya bisa tersenyum melihat sahabatnya mengagumi villa megah milik
sekolah. Mereka tiba tepat saat jam makan siang sehingga ketika berkumpul di
ruang makan pun sudah tersedia berbagai hidangan lezat yang menggugah selera.
Semua sudah disiapkan oleh maid dengan hasil masakan Professional Chef.
“Hari
ini kita tidak langsung berwisata, kalian bisa beristirahat dan jika ada yang
ingin berjalan-jalan untuk melihat-lihat di sekitar diperbolehkan setelah makan
siang dan harus kembali sebelum jam makan malam pukul tujuh,” jelas salah
seorang guru pembimbing yang akrab dipanggil Zhang laoshi
Seperti
yang dikatakan Zhang laoshi, setelah
makan siang mereka keluar dari villa untuk sekadar berjalan-jalan menikmati
suasana di Hualien ini. Berbeda halnya dengan Fu Zhen yang berkutat dalam kamar
dengan laptopnya. Ia mendapat sebuah email
dari kantor yang membuat senyum terbit di wajahnya.
Rover sudah diperbaharui, siap
untuk digunakan.
Itulah
tulisan yang tertera pada email tersebut.
Usahanya selama ini tidak sia-sia bersama teman-teman seprofesinya dari MIT (Massachusetts Institutes of Technology).
Sebuah institusi riset swasta dan universitas yang terletak di Cambridge, United States. MIT merupakan
pemimpin dalam sains dan teknologi, dan juga banyak bidang lainnya. Berperan
sebagai universitas riset dengan tingkat aktivitas penelitian sangat tinggi.
Malam
pun tiba, semua murid sudah berkumpul untuk makan malam.Raut bahagia terpancar
dari wajah Fu Zhen membuat beberapa orang yang melihatnya semakin terpesona
dengan sosok gadis ini.
Usai
makan malam Fu Zhen asik menikmati bintang-bintang dari balkon kamarnya. Ia
tersenyum manis melihat bintang-bintang itu dan tak menyadari jika ada
seseorang yang terus memperhatikannya.
“Melihat
bintang?” seseorang yang berdiri tepat di balkon samping kamarnya bertanya
“Begitulah,”
sahut Fu Zhen
“Jadi
kau benar Barbie Star-nya?” tanya
orang itu lagi yang sekarang juga ikut menatap langit bertabur bintang itu
“Kau
sudah tahu jawabannya bukan Tang Yu Zhe tongxue?”
Fu Zhen kini menoleh kea rah Yu Zhe atau yang dikenal dengan nama Danson itu
“Yah!
Jadi bintang apa yang kau sukai?”
“Bintang
yang terang,” jawabanya
“Sirius?”
“Kau
salah Danson! Masih ada bintang lain yang lebih terang dari Sirius, salah satunya adalah Pistol Star.”
“Bukankah
Sirius adalah bintang yang paling
terang?” Danson terlihat bingung dan berpikir nama bintang asing yang disebut
oleh Fu Zhen barusan
“Banyak
orang berpikiran jika Sirius adalah
bintang paling terang tapi sayangnya mereka salah. Sirius memang dapat dilihat dengan mata telangjang dan banyak
dikatakan orang dengan bintang penunjuk arah. Pistol Star pun dapat kau lihat dengan mata telanjang jika bukan
karena debu antar bintang yang menyembunyikannya dari pandangan dalam cahaya
tampak. Bintang ini dikatakan sebagai bintang besar keempat dan terletak
sekitar 25.000 tahun cahaya dari bumi. Sedangkan bintang terbesar di Galaksi
Bima Sakti ini adalah V Canis Majoris
yang terletak di rasi Canis Major,”
jelas Fu Zhen panjang lebar sementara Danson yang mendengarnya hanyi bisa
menganga
Menyadari
terlalu banyak bicara mengenai pengetahuan yang ia miliki, Fu Zhen pun akhirnya
menutup mulut rapat. Ia merasa kesal pada diri sendiri, jika sampai Danson
mencurigainya maka bisa saja rahasia mengenai pekerjaannya terbongkar bukan?
“WOW!”
decak kagum terlontar begitu saja dari bibir Danson. “Kau tahu banyak tentang
bintang, tak salah jika ia memanggilmu Barbie
Star. Jadi kau menyukai Pistol Star?”
tanya Danson yang semakin penasaran dengan gadis misterius satu ini
“Aku
menyukai Sirius,” sahut Fu Zhen yang
lagi-lagi membuat Danson bingung
Jika
gadis ini menyukai Sirius kenapa
tidak katakan saja dari awal? Lalu untuk apa ia harus menjelaskan panjang lebar
tentang bintang seperti tadi? Huh! Memang susah menebak pikiran gadis yang satu
ini.
“Kenapa?”
“Karena
selalu mengingatkanku pada seseorang yang spesial,” jawabnya seraya pergi
meninggalkan balkon dan masuk ke kamarnya sebelum ia ceroboh dengan tanpa sadar
membongkar rahasianya sendiri
Tanpa
Fu Zhen sadari sejak tadi ada orang lain yang mendengarkan percakapannya dengan
Danson. Yah, orang itu tak lain adalah Calvin. Berbeda dengan Fu Zhen yang
tidak sadar, Danson sejak awal sudah mengetahui keberadaan Calvin disana. Kamar
Fu Zhen dan Yi Chen memang terletak di antara kamar Calvin dan Danson. Sesuai
peraturan kamar siswi akan diapit oleh kamar siswa untuk menjaga keamanan.
“Sirius? Special? Apa maksudnya?” gumam
Calvin, sesuatu yang taka sing menyergapi dirinya
>>>To be continue.....
Ehemm... Untuk part ini aku sengaja bikin lebih panjang karna mau hiatus, mungkin sampe akhir Agustus nanti aku gak akan nyentuh FF sama sekali jadi untuk Final Chapter (Part 6) mungkin akan lama. Yah, aku usahain di bulan September ya. Aku mau urus TA yang mesti di revisi lagi sebelum sidang. Xie xie kalo bisa ngertiin ^_^
No comments:
Post a Comment