Saturday 16 August 2014

Forget? Never! [Part 5]


Title:               Forget? Never!
Author:           TaraChun
Genre:            Friendship, Romance
Main Cast:     Calvin Chen as Chen Yi Ru
                        Hebe Tian as Tian Fu Zhen
Other Cast:    JJ Lin as Lin Jun Jie
                        Danson Tang as Tang Yu Zhe
                        Jiro Wang as Wang Da Dong
                        Genie Zhuo as Zhuo Wen Xuan
                        Ariel Lin as Lin Yi Chen


Cameo:           Bernice Tsai as Cai Yi Zhen (ch. 5)

Older Post: Part 1Part 2Part 3Part 4 


Disclaimer:: Saya membuat cerita akan selalu berkaitan dengan Fahrenheit karna saya amat sangat mengagumi mereka. Buat yang baca harap komen kritik dan saran nya. Silahkan mengcopy tapi jangan mengakui itu karya kalian. Makasih.



Sejak kedatangan Jun Jie, kehidupan Fu Zhen di Taiwan kembali seperti semula. Ia mulai mengerjakan lagi pekerjaannya padahal Jun Jie seringkali mengingatkan jika Fu Zhen harus menikmati masa cutinya dengan baik dan fokus pada tujuan awalnya. Namun, gadis itu tak peduli, ia hanya ingin mengalihkan pikirannya pada sesuatu yang dapat membuatnya merasa lebih baik.

“Untuk apa aku fokus pada tujuan awal jika dia tidak mengingatku? Lagipula aku lebih senang melanjutkan pekerjaan ini sampai masa cutiku benar-benar selesai. Sekaligus menikmati masa-masa SMA pada umunya,” selalu itulah yang menjadi tanggapan Fu Zhen jika Jun Jie sudah menasehatinya

Jun Jie sendiri tak bisa melakukan apa-apa jika Fu Zhen sudah menjawab pertanyaannya seperti itu.  Ia sangat mengetahui sifat gadis ini yang keras kepala dan kadang seenaknya sendiri tanpa mau mendengar saran dari orang lain. Terlebih lagi jika ia merasa apa yang dipikirkannya benar maka Fu Zhen dengan sangat percaya diri akan mempertahankan pendapatnya.

“Lalu bagaimana dengannya? Ada perkembangan?” tanya Jun Jie penasaran walau sebenarnya ada sebuah rasa aneh dalam hatinya ketika menanyakan hal itu

“Mungkin. Aku sendiri kurang yakin tapi saat ini ia mulai mendekatiku dan bertanya tentang masa lalu kami. Aku sendiri tak tahu harus menjawab apa? Jika ia bertanya, aku hanya bisa menghindar karena aku ingin ia mengingatku dengan caranya sendiri,” sahut Fu Zhen panjang lebar dengan pandangan menerawang jauh

“Seharusnya kau membantu ia mengingatmu. Bagaimana jika sampai akhir masih belum ada perubahan? Kau pasti akan menyesalinya Fu Zhen,” ujar Jun Jie memberi saran yang mungkin baik untuk gadis ini

“Entahlah! Namun, aku yakin ia bisa. Aku sendiri tak tahu kenapa seyakin ini tapi hati kecilku berkata jika memori tentangku masih tersimpan rapat dalam pikirannya entah di sudut bagian mana. Ia hanya perlu menggali ulang tumpukan memorinya,” Fu Zhen hanya bisa tersenyum tipis mendengar kalimat yang terlontar dari bibirnya sendiri

“Jadi kau hanya akan menunggu seperti ini hingga batas waktu yang telah kau tentukan dengan sendirinya, hm?” tanya Jun Jie lirih menekan perasaannya yang meluap setelah mendengar jawaban dari Fu Zhen barusan, sementara gadis itu hanya menjawab dengan anggukan kecil

Mereka terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Satu hal yang pasti, mereka saat ini sama-sama memikirkan perasaan masing-masing. Bagaimana jika dirinya kehilangan orang yang berarti bagi diri mereka? 

Suasana terasa canggung padahal tak pernah terjadi sebelumnya. Tiap kali bersama, pasti ada saja topik yang menjadi bahan pembahasan mereka. Namun, kali ini benar-benar terasa berbeda. Jun Jie dan Fu Zhen yang menyadari keanehan terjadi diantara mereka saling menatap satu sama lain dan tak lama terdengar suara tawa di apartement milik Fu Zhen tersebut.

“Uhmm… Jadi kapan aku bisa mendapatkannya?” tanya Fu Zhen mulai buka suara setelah berhasil mengendalikan tawanya, dahi Jun Jie mengerut bingung

“Apa?” tanya Jun Jie tak mengerti

“Oh ayolah, tak perlu kuperjelas bukan? Kapan dikirim kesini?” tanya Fu Zhen lagi yang kali ini ternyata disambut anggukan mengerti oleh Jun Jie

“Mungkin malam ini sudah tiba,” jawab Jun Jie sambil menggedikkan bahunya

Zhende ma?” Fu Zhen terlihat sangat antusias namun Jun Jie hanya menganggukkan kepalanya tak peduli hingga membuat gadis ini kesal

Hari semakin larut namun kedua anak manusia ini masih saling diam. Suasana terasa aneh, bahkan Fu Zhen sendiri merasa bingung dengan kediaman JJ yang biasanya cerewet. Entah apa yang dipikirkan pria itu saat ini? Kediaman JJ sejak terakhir kali mereka membahas tentang seseorang yang membuat Fu Zhen kembali ke Taiwan.

“Jun Jie ge!” panggil Fu Zhen yang hanya dijawab deheman oleh JJ. “Ni hen qiguai,” lanjut Fu Zhen ketus

Weishenme?” tanya Jun Jie masih fokus pada laptopnya namun mulai menanggapi ucapan Fu Zhen

Ni wen wo ‘weishenme’? Aish… Kau itu yang kenapa sejak tadi hanya diam saja?” Fu Zhen benar-benar kesal sekarang

Menurutnya lebih baik jika lelaki ini cerewet dan mengganggunya saja seperti biasa daripada diam seperti ini. Sungguh Fu Zhen merasa tidak nyaman jika menghadapi Jun Jie yang diam saja. Biasanya walau sedang serius dengan pekerjaannya pun Jun Jie masih sempat mengajak Fu Zhen bicara. Bagaimanapun juga mereka selama ini selalu menjadi partner dalam menjalani pekerjaan ini bahkan di kantor mereka dikenal sebagai best couple partner.

“Lalu kau mau aku bicara apa, hm?” Jun Jie hanya melirik sedikit, ia masih memfokuskan pandangan pada laptopnya

“Kau menyebalkan!”

Mendengar ucapan Fu Zhen yang lebih tepatnya gerutuan gadis tersebut akhirnya membuat senyum tipis terbit di wajah Jun Jie. Pria itu mengalihkan pandangannya dari laptop, menghadap ke arah Fu Zhen yang sedang melipat tangannya dan membuang muka. Kesal.

Okay, I’m sorry princess,” ujar Jun Jie seraya mengatupkan kedua tangannya di depan dada dan memasang wajah sememelas mungkin

“Apa yang terjadi?” tanya Fu Zhen ketus dan masih memalingkan wajahnya

Hey, look at me! Hanya sedikit terjadi masalah di kantor, aku harus mengontrol penelitian dari sini jadi sedikit menyulitkan,” jawab Jun Jie lembut

Fu Zhen melirik sedikit ke arah Jun Jie, ia masih sedikit kesal dengan pria ini yang sejak tadi terus saja mengabaikannya. Well, jika terjadi masalah di kantor memang sudah seharusnya Jun Jie sibuk tapi setidaknya pria ini menjelaskan terlebih dahulu. Namun, melihat Jun Jie yang masih memasang raut memelasnya membuat Fu Zhen luluh juga.

“Baiklah, aku memaafkanmu tapi jelaskan padaku apa masalahnya!”

No… No… No… Kau tidak boleh tahu karena masa cutimu sedang berlangsung dan aku disini untuk mengawasimu Miss, so jangan harap kau bisa menyibukkan diri dengan pekerjaan. Terima kasih untuk maafnya,” Jun Jie mengerlingkan matanya seraya menyeringai karena berhasil membuat Fu Zhen diam

Drrttt… Drrttt…

Ponsel Jun Jie bergetar beberapa kali menandakan adanya panggilan masuk. Ia langsung menjawab panggilan tersebut setelah melihat terlebih dahulu caller id di layar ponselnya. Pria itu tersenyum pada Fu Zhen yang menunjukkan rasa penasaran tingkat tinggi. Hanya sebentar bicara kemudian pria itu menutup teleponnya seraya memamerkan senyum manis khasnya.

“Hadiahmu sudah tiba di bawah princess,” ujar Jun Jie masih mempertahankan senyumnya dan hal itu disambut dengan mata Fu Zhen yang berbinar-binar

Gadis itu segera beranjak dari tempatnya dan keluar apartement menuju loby dimana ada seseorang yang membawakan hadiahnya. Jun Jie hanya bisa terkekeh kecil melihat kelakuan Fu Zhen yang terkadang bisa terlihat sangat menggemaskan seperti anak berusia 5 tahun yang baru mendapat permen dari ibunya. Padahal Fu Zhen merupakan salah satu wanita yang dewasa di umur remajanya. Yah, mungkin lebih tepat dikatakan pemikirannya lebih dewasa dari remaja lain seusianya.

Begitu sampai di loby, Fu Zhen langsung dihampiri oleh seseorang yang ternyata merupakan pengantar hadiahnya. Orang tersebut memberikan sebuah kunci yang terdapat simbol ‘Cavallino Rampante’ alias kuda jingkrak. Bahagia. Itulah yang ia rasakan saat ini. Fu Zhen pun keluar loby dan melihat sebuah mobil berwarna merah sudah terparkir manis di tempatnya. Senyum lebar yang menambah pesona gadis itu semakin terpancar pun terbit di wajahnya.

Happy?” tanya seseorang yang sudah berada tepat di belakangnya

Of course, thank you so much JJ ge,” sahut Fu Zhen

***

Berbeda halnya dengan seorang pria yang kini berada dalam kamarnya tengah memikirkan hal-hal yang seringkali muncul di otaknya. Walau bayangan-bayangan tersebut masih abu-abu namun ia bisa pastikan jika hal itu berkaitan dengan seseorang yang sangat penting baginya. Seorang gadis yang selama beberapa bulan ini memenuhi pikirannya.

Walau sebenarnya dalam bayangan-bayangan tersebut yang mucul selalu dua orang anak kecil berbeda gender. Ia meyakini jika salah seorang dari anak kecil itu adalah dirinya. Biarpun amnesia bukan berarti ia melupakan wajah dan suaranya semasa kecil. Apalagi tiap kali dalam bayangan itu selalu terjadi percakapan dimana kedua anak tersebut saling memanggil dengan sebutan Bear Boy’ dan ‘Barbie Star’ sama halnya dengan saat pertemuan pertamanya dengan gadis itu, Fu Zhen.

Barbie Star? Apakah benar gadis kecil itu dirinya? Apa kami benar-benar pernah memiliki masa lalu bersama? Apa aku dulu memanggilnya Barbie Star? Aishh… Kenapa tak ada satupun yang bisa kuingat?” pria itu yang tak lain adalah Yi Ru mengacak-ngacak rambutnya gusar

Yi Ru hanya ingin bisa mengingat kembali apa yang terjadi dahulu, memori-memori itu memang muncul tapi masalahnya ia sama sekali tak mengerti tentang semua bayangan yang muncul tersebut. Kunci untuk membuka kotak hitamnya belum muncul.

Lelah dengan berbagai pemikiran di otaknya membuat Yi Ru perlahan mulai memejamkan mata. Ia pikir mungkin dengan mengistirahatkan otaknya bisa membuat dirinya lebih fresh lagi esok hari.

Bulan berganti matahari menghiasi langit, aktivitas setiap orang dimulai kembali. Yi Ru sendiri sudah bersiap untuk berangkat sekolah menggunakan Bugatti Veyron-nya. Ia mengendarai dengan kecepatan sedikit di atas rata-rata karna perjalanan di pagi ini sudah sedikit ramai. Begitu memasuki halaman Fahrenheit International High School, Yi Ru langsung disambut oleh decak kagum dan histeria para siswi yang memanggil nama populernya.

“Calvin!” panggil seseorang yang sudah sangat dikenalnya.

Seseorang tersebut baru saja tiba dengan Aston Martin One 77-nya dan langsung berjalan menghampiri Calvin yang memasang senyum. Killer smile. Itulah menurut para wanita yang melihat senyuman tersebut.

“Kau terlihat lebih fresh Jiro,” ujar Calvin menyambut sahabat baiknya yang terus saja memasang senyum sejak turun dari mobil

Hal itu juga tak luput dari perhatian siswi-siswi di FIHS ini, melihat seorang Jiro yang tersenyum manis. Memang tak bisa dipungkiri jika saat ini Jiro sedang sangat bahagia. Semua terlihat jelas dari matanya yang berbinar-binar dan senyum lebarnya.

“Nanti kuceritakan,” sahut Jiro merangkul pundak sahabatnya dan pergi meninggalkan parkiran menuju kantin

Belum selesai terpesona dengan kedatangan dari dua pangeran sekolah itu. Para siswa dihebohkan dengan kemunculan mobil merah yang baru pertama kali mereka lihat memasuki pelataran sekolah ini.
 



Mobil merah berlambang‘Cavallino Rampante’ alias kuda jingkrak itu terparkir rapi di jajaran mobil-mobil mewah lainnya. Ferrari F12 Berlinetta. Super sexy car, mobil impian bagi siapapun yang melihatnya. Dengan mesin V12 tertangguh, kemampuannya cukup mengagumkan dengan kecepatan maksimum yang dapat diraih 211 mph atau 340 km/jam tanpa mesin turbocharge di dalamnya.

Seorang gadis yang bisa dibilang tak kalah mempesona dari mobilnya pun keluar. Tian Fu Zhen, gadis itu melepas red Gucci yang bertengger manis di wajahnya. Sungguh pesona yang terpancar dari aura gadis ini memang tak bisa ditolak oleh siapapun yang melihatnya.

Pretty girl,” gumam seseorang memandang penuh kagum pada gadis ini dari kejauhan

“Kau tertarik padanya?” tanya seseorang yang tanpa sengaja mendengar ucapan pria ini. 

Sementara yang ditanya hanya melirik sekilas seraya memasang wajah muaknya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan seseorang yang ada disebelahnya saat ini. Ia sangat malas menanggapi orang yang berada di sampingnya saat ini. Pria ini tersenyum meremehkan lalu kembali memerhatikan objek yang menarik perhatiannya tadi.

“Mau bekerja sama?” tanya orang itu lagi

Sorry Miss Genie, aku tak tertarik dengan tawaranmu,” sahut pria itu

Come on Danson! Sainganmu Calvin juga mengincarnya bukan? Lagipula sepertinya kau sudah kalah langkah darinya,” balas Genie dengan senyum senyum sinisnya

“Bekerja sama denganmu adalah hal yang takkan pernah kulakukan. Itu sama saja menjerumuskan diriku masuk ke lubang iblis,” Danson pergi meninggalkan Genie begitu saja yang merenggut kesal mendapat perlakuan seperti itu

“Sial! Kau akan menyesal karna menolak tawaranku Danson,” geram Genie menatap tajam objek yang masih menjadi pusat perhatian tersebut

Sementara Fu Zhen masih bersandar pada Ferrari-nya sambil memainkan kacamata yang sudah dilepasnya. Tak selang beberapa menit kemudian sebuah Maybach Zeppelin 62 memasuki pelataran FIHS.

Muncul seorang gadis manis dengan wajah kesalnya serta seorang pria tampan yang tersenyum simpul melihat ekspresi gadis manis tersebut. Fu Zhen pun ikut tersenyum melihat sahabat barunya yang kini mendelik tajam ke arahnya. Yah, mereka adalah Lin bersaudara, Yi Chen dan Jun Jie.

“Apa? Kalian benar-benar menyebalkan! Kalian ingin membuatku mati jantungan, huh?” keluh Yi Chen meninggikan nada suaranya

“Itu belum seberapa Yi Chen, kau bisa merasakan yang lebih jika bersama kami di California,” sahut Fu Zhen dengan senyum manis yang makin membuat Yi Chen kesal

“Ughh… Kalian memang menyebalkan,” Yi Chen pun meninggalkan parkiran sambil menghentak-hentakkan kakinya, masih kesal dengan dua orang terdekatnya itu

Well, seperti biasa I’m the winner, bro,” ujar Fu Zhen tersenyum penuh kemenangan

“Aku hanya mengalah untukmu princess,” balas Jun Jie menggedikkan bahunya

“Tian Fu Zhen! Kau mau masuk tidak?” teriak Yi Chen masih bernada kesal 

Jun Jie dan Fu Zhen saling melempar senyum penuh arti dan keduanya pun berpisah. Fu Zhen menghampiri Yi Chen sedangkan Jun Jie masuk ke mobilnya dan meninggalkan pelataran Fahrenheit International High School.

Kedua gadis ini melangkahkan kakinya menuju kantin. Suasana berbeda dari biasanya, tak ada pembullyan pada Fu Zhen. Entah apa yang terjadi saat ini di sekolah yang jelas terasa lebih nyaman. 

Bukan tanpa alasan anak-anak itu berhenti membully Fu Zhen. Semua karna kejadian beberapa tempo hari yang lalu dimana Fu Zhen bisa lolos dari hukuman kepala sekolah. Mereka banyak berspekulasi tentang gadis manis yang menuruk seisi FIHS ini misterius. Fu Zhen dikenal sebagai gadis yang tertutup kecuali pada Yi Chen dan Jiro.

***

Di kantin sendiri sudah ada Calvin dan Jiro yang asik mengobrol, lebih tepatnya Jiro bercerita dan Calvin mendengarkan. Tersirat jelas kebahagiaan yang terpancar di wajah Jiro ketika bercerita. Antusias dan senyum lebarnya menggambarkan suasana hati yang dipenuhi rasa berbunga-bunga, sang playboy yang kasmaran.

“Jadi kau berhasil kencan dengan Yi Chen sat-night kemarin?” Calvin pun tak dapat menyembunyikan senyum gelinya melihat Jiro yang sedang menikmati musim seminya

Jiro mengangguk penuh semangat dengan masih mempertahankan senyum lebarnya. Yah, Calvin memang sudah mengetahui tentang Jiro yang ternyata selama ini menyukai Yi Chen. Semua bermula ketika Jiro menanyakan pada Calvin bagaimana mengajak kencan seorang gadis? Aneh bukan? Tentu sangat aneh ketika seorang playboy yang mungkin sudah mengencani berpuluh-puluh wanita menanyakan hal itu. Akhirnya Jiro pun mengakui jika ia serius menyukai seseorang dan itu adalah Yi Chen.

“Semua berjalan lancar, aku memang tidak salah meminta saranmu,” ujar Jiro seraya mengacungkan kedua ibu jarinya

“Aku turut senang mendengarnya,” sahut Calvin memamerkan senyumnya yang sangat mempesona 

Namun, tak lama senyum itu pudar dan wajah Calvin berubah murung ketika ia menangkap seorang gadis yang baru saja memasuki kantin bersama sahabatnya. Fu Zhen. Gadis itu terlihat bahagia sedang dirinya masih dihantui oleh rasa penasaran pada memori ingatannya sendiri.

Fu Zhen sudah menduduki tempat di salah satu meja kosong bersama Yi Chen, mereka pun langsung memesan makanan. Dengan percaya diri penuh Calvin menghampiri meja Fu Zhen dan Yi Chen, ia ingin meyakinkan sesuatu.

Barbie Star,” panggilnya dan Fu Zhen pun mengangkat kepala menatapnya

Deg…

Keduanya terdiam merasakan detakan jantung mereka yang berdebar tak menentu. Apa ini? Perasaan yang aneh menjalari serambi-serambi dalam hati keduanya, menimbulkan getaran yang mereka sendiri sulit untuk mendeskripsikan. Tak ingin menyangkal dan mereka pun bukan orang bodoh. Yah, mereka mengerti apa yang terjadi pada diri masing-masing namun hanya pandangan yang berbicara saat ini.

Fu Zhen mengerjap setelah berhasil menyadarkan diri, mata hazelnya yang tadi menatap tajam pada sosok Calvin kini berubah sendu. Ia masih memikirkan panggilan Calvin barusan pada dirinya. Sebelum mendapat kepastian, ia tidak akan memulai pembicaraan.

“Aku…,” Calvin sendiri bingung ingin bicara apa

Grepp…

Calvin menarik Fu Zhen masuk ke dalam pelukannya. Getaran aneh itu semakin menjadi, mereka meraka bagai tersengat listrik 10000 volt. Detakan jantung masing-masing bertambah cepat tak seirama namun terasa nyaman bagi keduanya.

“Aku merindukanmu Bear Boy,” bisikan Fu Zhen ditelinganya kembali menghasilkan memori-memori dalam pikirannya

Mungkin memang benar inilah cara satu-satunya untuk kembali mengingat apa yang dilupakan. Calvin sudah memikirkannya sejak semalam, ia butuh sesuatu untuk merangsang ingatan otaknya dan itu hanya bisa didapat dari Fu Zhen.

Help me, please! I really want to remember you, Barbie Star. Don’t leave me!” Calvin berbalik membisiki Fu Zhen. “I know, you’re someone special for me,” lanjutnya

Fu Zhen melepas pelukan hangat Calvin, ia takkan bisa bertahan jika lebih lama berada dalam dekapan pria itu. Calvin menatap sendu penuh permohonan pada gadis ini agar mengabulkan permintaannya. Ia tidak mau ditinggalkan. Calvin selalu merasa ada suatu hal yang membuatnya berpikir harus mempertahankan Fu Zhen disisinya. Ia tak ingin merasa kehilangan lagi. Itulah yang dipikirkannya.

“Maka berusalah dengan baik Calvin dan jangan panggil aku Barbie Star sebelum kau mengingat semuanya,” ujar Fu Zhen seraya pergi meninggalkan kantin sebelum sempat memakan pesanannya, Yi Chen pun langsung mengejar sahabatnya

Calvin membalikkan badannya menatap punggung Fu Zhen yang berlari menjauh dan menghilang dari pandangannya. Seseorang dari kejauhan yang memperhatikan kejadian tersebut hanya bisa menyunggingkan senyum tipis. Ia sudah curiga sejak awal dimana pertemuan Calvin dan Fu Zhen di kantin. Ia merasa ada sesuatu di antara keduanya terlebih kecurigaan itu makin menguat ketika mendengar Fu Zhen memanggil Calvin dengan sebutan Bear Boy. Karna bagaimanapun ia salah seorang yang mengetahui masa lalu Calvin.




Danson. Seseorang yang pernah pernah menjadi sahabat Calvin dan Jiro namun semua berakhir ketika mereka berada di tingkat akhir Junior High School. Bisa dikatakan masalah di antara mereka dulu cukup serius. 

Persahabatan hancur karena seorang gadis yang muncul di antara mereka. Gadis yang Danson sukai ternyata lebih memilih bunuh diri ketika pernyataan cintanya ditolak oleh Calvin. Yah, ada alasan kenapa Calvin menolak gadis itu. Ia tahu sahabatnya sangat menyukai gadis bernama Cai Yi Zhen atau biasa dipanggil Bernice itu. Gadis mungil yang menjadi junior mereka di tingkat awal.

Flashback

Danson merasa gadis itu sangat manis sehingga membuatnya gemas tiap kali gadis itu tersenyum. Ia sendiri tahu jika Bernice menyukai sahabatnya Calvin sehingga membuat Danson merasa sedikit kesal. Tak ada yang bisa ia salahkan disini. 

Ketika di pertengahan semester, gadis mungil itu memberanikan diri menyatakan perasaannya pada Calvin. Hal itu disaksikan langsung oleh Danson dan Jiro karena mereka memang sedang berkumpul. Calvin yang tidak ingin menyakiti perasaan sahabatnya menolak dengan halus.

“Duibuqi Yi Zhen, aku tidak bisa menerimamu tapi mungkin ada seseorang di luar sana yang tulus mencintaimu,” itulah jawaban Calvin saat itu

Namun, tak ada seorang pun di sekolah itu yang mengetahui bagaimana sifat Yi Zhen karena ia termasuk anak yang pendiam dan sulit bersosialisasi. Gadis itu tidak terima dengan penolakan yang dilakukan Calvin, ia berteriak histeris membuat ketiga pria itu panic. Mereka bingung, tak tahu harus bagaimana menenangkan Yi Zhen

Perlahan Danson mendekati posisi Yi Zhen namun belum sempat menggapai gadis itu, Yi Zhen sudah berlari meninggalkan mereka. Refleks ketiga pria itupun berlari mengejar Yi Zhen yang berlari tak tentu arah sambil menangis.

Gadis itu keluar dari pelataran sekolah dan langsung menghentikan sebuah taksi yang tepat lewat di depannya. Taksi itu segera melaju meninggalkan sekolah serta Danson, Calvin, dan Jiro dengan nafas memburu mereka.

“Kenapa kau menolaknya?” pekik Danson seraya mendorong tubuh Calvin hingga mundur beberapa langkah

“Bodoh! Aku hanya ingin menyelamatkan persahabatan kita. Aku tahu kau menyukainya dan kau memintaku untuk menerimanya, huh?” balas Calvin membentak

“Tapi kau lihat bukan bagaimana reaksinya tadi? Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?” balas Danson tak kalah garang

“Hei! Aku tak tahu jika akan seperti itu reaksinya.”

“Sudahlah! Jangan hanya karena seorang gadis persahabatan kita hancur,” Jiro melerai pertikaian diantara dua sahabatnya

“Jika terjadi sesuatu padanya, aku tidak akan pernah memaafkanmu,” sentak Danson seraya pergi meninggalkan kedua sahabatnya

Keesokan harinya sebuah kabar menghebongkan seisi sekolah. Seperti ucapan Danson kemarin, hal yang ia takutkan terjadi. Cai Yi Zhen dikabarkan over dosis obat antipsikotik yang diketahui sebagai obat dari para penderita skizofrenia.

Setibanya di rumah kemarin Yi Zhen terus saja berteriak serta menggelengkan kepalanya. Ia terus menggumamkan kata “Aku ditolak” dan mengurung diri di kamarnya. Yi Zhen tahu jika dirinya mempunyai penyakit tersebut, dengan setengah kesadaran ia mengambil obat dari laci dan menuangkan beberapa tablet di tangan dan langsung meminumnya dalam sekali tegukan.

Seseorang yang mengalami skizofrenia seakan-akan mimiliki dunia sendiri. Pikirannya terbagi dimana hal itu mengacu pada terganggunya keseimbangan antara emosi dan pikiran. Remaja yang menderita skizofrenia akan menarik diri dari lingkungan sosialnya, cepat emosi dan sulit untuk tidur. Penderitanya akan mengalami halusinasi, khayalan, dan gangguan pada pemikiran terlebih akan mengalami rasa takut yang luar biasa.

Danson sangat terpukul mendengar kabar ini, ia tak bisa terima jika gadis manisnya sudah tiada. Danson menyalahkan Calvin sebagai faktor utama penyebab kematian Yi Zhen. Ia sangat membenci sahabatnya dan berbalik menjadi musuh hingga sekarang.

Flashback end

“Bagaimana kau disana?” Danson mengeluarkan selembar foto dari dompetnya, hanya itu satu-satunya foto yang ia miliki



“Semoga kau tenang dan bahagia,” ia tersenyum lirih memandangi foto itu, ada perasaan yang masih mengganjalnya hingga saat ini. Apakah selamanya akan seperti ini?

***


Waktu terus berjalan tanpa terasa dan sekarang sudah di akhir Juli. Apa artinya? Liburan musim panas. Seperti biasa siswa-siswi di setiap sekolah sangat menyukai yang namanya liburan musim panas begitupula dengan anak-anak di Fahrenheit International Higeh School. Mereka menantikan kemana tujuan liburan sekolah mereka tahun ini? 

“Kita akan berlibur ke daerah Timur, lebih tepatnya Haulien pada awal Agustus nanti.” Pengumuman yang diberikan tiap laoshi ketika memasuki kelas, semua murid bersorak bahagia.

Seminggu kemudian, waktu liburan tiba dan mereka kini sudah bersiap untuk berangkat bersama dengan Bus Pariwisata yang merupakan milik dari sekolah itu sendiri. Sudah ada enam bus yang terparkir manis di pelataran FIHS.

Setiap tingkatan masing-masing mempunyai empat kelas sehingga bus dibagi pertingkatnya. Jumlah anak-anak per kelasnya pun merata berjumlah lima belas murid. Berbeda dengan tingkat pertama, untuk di tingkat dua dan akhir satu bus ditempati oleh satu jurusan. Satu bus untuk tiga puluh murid dari Sains dan satu bus dengan tiga puluh anak lainnya untuk Social. Yah, dalam satu bus akan ditempati oleh tiga puluh murid dan dua guru pembimbing.

Setibanya di sebuah villa yang juga salah satu fasilitas milik sekolah membuat siswa-siswi berdecak kagum, membayangkan pemilik yayasan dari sekolah ini luar biasa kayanya. Bayangkan ketika melihat sebuah villa berbentuk U dengan bangunan terpisah-pisah dan masing-masing bertingkat tiga. Belum lagi kemewahan dari villa tersebut sudah menyerupai hotel bintang lima. Halaman yang luas dan hijau ditambah sebuah kolam renang super besar di bagian belakang villa.

Ketika memasuki villa, akan ada house maid yang siap melayani. Bagai memasuki sebuah castle, di dalam dapat terlihat berbagai jenis lampu Kristal yang bertengger manis di langit-langit ruangan. Ketika masuk kamar pun tak kalah mempesona, disambut dengan suasana seperti kamar putri atau pangeran yang sering terlihat di cerita dongeng. Masing-masing kamar akan ditempati oleh dua anak. 

Amazing,” decak kagum Yi Chen tak henti-hentinya tiap kali melihat design bangunan ini beserta interiornya

Fu Zhen hanya bisa tersenyum melihat sahabatnya mengagumi villa megah milik sekolah. Mereka tiba tepat saat jam makan siang sehingga ketika berkumpul di ruang makan pun sudah tersedia berbagai hidangan lezat yang menggugah selera. Semua sudah disiapkan oleh maid dengan hasil masakan Professional Chef.

“Hari ini kita tidak langsung berwisata, kalian bisa beristirahat dan jika ada yang ingin berjalan-jalan untuk melihat-lihat di sekitar diperbolehkan setelah makan siang dan harus kembali sebelum jam makan malam pukul tujuh,” jelas salah seorang guru pembimbing yang akrab dipanggil Zhang laoshi

Seperti yang dikatakan Zhang laoshi, setelah makan siang mereka keluar dari villa untuk sekadar berjalan-jalan menikmati suasana di Hualien ini. Berbeda halnya dengan Fu Zhen yang berkutat dalam kamar dengan laptopnya. Ia mendapat sebuah email dari kantor yang membuat senyum terbit di wajahnya.

Rover sudah diperbaharui, siap untuk digunakan.


Itulah tulisan yang tertera pada email tersebut. Usahanya selama ini tidak sia-sia bersama teman-teman seprofesinya dari MIT (Massachusetts Institutes of Technology). Sebuah institusi riset swasta dan universitas yang terletak di Cambridge, United States. MIT merupakan pemimpin dalam sains dan teknologi, dan juga banyak bidang lainnya. Berperan sebagai universitas riset dengan tingkat aktivitas penelitian sangat tinggi.

Malam pun tiba, semua murid sudah berkumpul untuk makan malam.Raut bahagia terpancar dari wajah Fu Zhen membuat beberapa orang yang melihatnya semakin terpesona dengan sosok gadis ini.

Usai makan malam Fu Zhen asik menikmati bintang-bintang dari balkon kamarnya. Ia tersenyum manis melihat bintang-bintang itu dan tak menyadari jika ada seseorang yang terus memperhatikannya.

“Melihat bintang?” seseorang yang berdiri tepat di balkon samping kamarnya bertanya

“Begitulah,” sahut Fu Zhen

“Jadi kau benar Barbie Star-nya?” tanya orang itu lagi yang sekarang juga ikut menatap langit bertabur bintang itu

“Kau sudah tahu jawabannya bukan Tang Yu Zhe tongxue?” Fu Zhen kini menoleh kea rah Yu Zhe atau yang dikenal dengan nama Danson itu

“Yah! Jadi bintang apa yang kau sukai?”

“Bintang yang terang,” jawabanya

“Sirius?”

“Kau salah Danson! Masih ada bintang lain yang lebih terang dari Sirius, salah satunya adalah Pistol Star.”

“Bukankah Sirius adalah bintang yang paling terang?” Danson terlihat bingung dan berpikir nama bintang asing yang disebut oleh Fu Zhen barusan

“Banyak orang berpikiran jika Sirius adalah bintang paling terang tapi sayangnya mereka salah. Sirius memang dapat dilihat dengan mata telangjang dan banyak dikatakan orang dengan bintang penunjuk arah. Pistol Star pun dapat kau lihat dengan mata telanjang jika bukan karena debu antar bintang yang menyembunyikannya dari pandangan dalam cahaya tampak. Bintang ini dikatakan sebagai bintang besar keempat dan terletak sekitar 25.000 tahun cahaya dari bumi. Sedangkan bintang terbesar di Galaksi Bima Sakti ini adalah V Canis Majoris yang terletak di rasi Canis Major,” jelas Fu Zhen panjang lebar sementara Danson yang mendengarnya hanyi bisa menganga

Menyadari terlalu banyak bicara mengenai pengetahuan yang ia miliki, Fu Zhen pun akhirnya menutup mulut rapat. Ia merasa kesal pada diri sendiri, jika sampai Danson mencurigainya maka bisa saja rahasia mengenai pekerjaannya terbongkar bukan?

“WOW!” decak kagum terlontar begitu saja dari bibir Danson. “Kau tahu banyak tentang bintang, tak salah jika ia memanggilmu Barbie Star. Jadi kau menyukai Pistol Star?” tanya Danson yang semakin penasaran dengan gadis misterius satu ini

“Aku menyukai Sirius,” sahut Fu Zhen yang lagi-lagi membuat Danson bingung

Jika gadis ini menyukai Sirius kenapa tidak katakan saja dari awal? Lalu untuk apa ia harus menjelaskan panjang lebar tentang bintang seperti tadi? Huh! Memang susah menebak pikiran gadis yang satu ini.

“Kenapa?”

“Karena selalu mengingatkanku pada seseorang yang spesial,” jawabnya seraya pergi meninggalkan balkon dan masuk ke kamarnya sebelum ia ceroboh dengan tanpa sadar membongkar rahasianya sendiri

Tanpa Fu Zhen sadari sejak tadi ada orang lain yang mendengarkan percakapannya dengan Danson. Yah, orang itu tak lain adalah Calvin. Berbeda dengan Fu Zhen yang tidak sadar, Danson sejak awal sudah mengetahui keberadaan Calvin disana. Kamar Fu Zhen dan Yi Chen memang terletak di antara kamar Calvin dan Danson. Sesuai peraturan kamar siswi akan diapit oleh kamar siswa untuk menjaga keamanan.

Sirius? Special? Apa maksudnya?” gumam Calvin, sesuatu yang taka sing menyergapi dirinya




 >>>To be continue.....

Ehemm... Untuk part ini aku sengaja bikin lebih panjang karna mau hiatus, mungkin sampe akhir Agustus nanti aku gak akan nyentuh FF sama sekali jadi untuk Final Chapter (Part 6) mungkin akan lama. Yah, aku usahain di bulan September ya. Aku mau urus TA yang mesti di revisi lagi sebelum sidang. Xie xie kalo bisa ngertiin ^_^

No comments:

Powered by Blogger.